"Ah, sialan!" gumam Liv.
Sudah berulang kali, Liv menepuk dahi dan kedua pipinya dengan sangat keras sehingga tampak bercak merah di wajah wanita itu. Siang itu, Liv terlihat tengah berada di sebuah coffee shop yang terletak di lantai dasar Gedung Beckford Corp. Wanita itu tampak sedang menghabiskan sisa waktu istirahatnya untuk merenung di ruangan yang cukup ramai itu.
"Mengapa aku melakukan hal itu di hadapan Sergio?" gumam Liv. "Argh! Aku sudah benar-benar gila!"
Liv tampak membentur-benturkan kepalanya dengan perlahan ke atas meja bar itu. Wanita itu terlihat begitu kesal setelah mengingat kembali apa yang terjadi kepadanya semalam. Tampaknya semalam Liv begitu emosi sehingga melakukan hal yang begitu gegabah.
"Wine sialan!" ujar Liv. "Seharusnya aku tidak minum sebanyak itu."
Bagaimana bisa dengan mudahnya, Liv melepaskan pakaiannya itu di hadapan Sergio? Wanita itu tampak tidak habis pikir bagaimana ia bisa melakukan hal itu. Saat ini, Sergio pasti telah menganggap Liv sebagai seorang wanita murahan yang bisa dengan mudahnya melepas pakaian yang dikenakannya begitu saja di hadapan seorang pria.
"Hish! Mengapa kau begitu bodoh Liv?" gumam Liv pada dirinya sendiri. "Mengapa...Olivia Miles? Mengapa?"
Liv tampak menepuk-nepuk kembali dahinya dengan cukup keras. Lantas, wanita itu pun menyesap Americano-nya dari dalam gelas kertas lalu menyandarkan kembali kepalanya di atas meja.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
Tiba-tiba saja, sebuah suara pria terdengar di samping Liv dan mengangetkan wanita itu. Hampir saja tubuh Liv terlonjak dari kursinya.
"Jeez!" ujar Liv. "Kau mengagetkanku, Rich."
Richard tampak menatap Liv dengan wajah keheranan sambil berdiri tepat di samping wanita itu. Pria itu lantas menarik sebuah kursi dan menjatuhkan tubuhnya tepat di atas kursi itu.
"Apa kau baik-baik saja, Liv?" ujar Richard. "Kau terlihat...cukup kacau."
"Aku baik-baik saja." ujar Liv. "Aku hanya...melakukan hal bodoh."
Liv tampak menyisir dan merapikan rambut brunette-nya dengan jari jemarinya yang terurai dengan indah. Benar apa yang dikatakan Richard. Wajah wanita itu terlihat begitu kusut. Bukan saja karena dihadapkan dengan setumpuk pekerjaan yang harus diselesaikan oleh Liv, namun juga insiden semalam yang begitu memalukan.
"Ngomong-ngomong, Brie mencarimu sejak tadi." ujar Richard.
Liv menoleh ke arah Richard sambil menatap wajah pria itu dengan intens. Brie? Ada apa wanita itu mencari Liv? Apa Arthur ingin bertemu dengannya lagi? Liv tampak menghela nafasnya dengan panjang. Jujur saja, wanita itu belum siap untuk menghadapi Arthur dengan suasana hati yang cukup buruk itu.
"Brie?" ujar Liv. "Untuk apa dia mencariku?"
"Entahlah. Aku tidak bertanya lebih jelas kepadanya." ujar Richard. "
Tanpa berlama-lama lagi, Liv meraih gelas kopi dan telepon genggamnya. Wanita itu pun segera beranjak dari kursinya lalu berjalan keluar dari coffee shop itu, meninggalkan Richard seorang diri di meja. Liv segera beranjak menuju ruang kerjanya dan meraih telepon yang terletak di atas mejanya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, wanita itu pun menekan nomor ekstensi milik Brie.
"Halo? Brie?" ujar Liv. "Apa kau mencariku sejak tadi?"
"Nona Miles, anda ditunggu di ruang pertemuan kecil di lantai lima puluh sekarang juga." ujar Brie.
"Siapa yang menungguku?" ujar Liv.
"Nyonya Beckford." ujar Brie.
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly You
RomanceKehidupan seorang Olivia Miles yang dipenuhi dengan drama itu pun berubah drastis ketika wanita itu bertemu dengan Sergio Beckford, seorang milyuner muda yang memiliki kepribadian yang menakjubkan. Pertemuan yang diawali dari sebuah ketidaksengajaa...