Part 88 - To You I Belong

1.2K 82 2
                                    

Sudah beberapa hari berlalu sejak insiden di gudang tua itu. Luka-luka di tubuh Liv pun terlihat sudah mulai pulih walaupun belum sepenuhnya. Namun, batin dan mental wanita itu tampaknya masih terluka cukup dalam.

Setelah persidangan itu selesai dilangsungkan, Liv memilih untuk berdiam diri di dalam apartemennya. Mengurung diri di dalam kamar tidur dan meringkuk di dalam balutan selimut tebalnya.

Air mata Liv tak henti-hentinya mengalir dengan deras. Rasa lega, senang, sakit, dan marah pun bercampur aduk menjadi satu. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Liv jika hari yang dinanti-nantikan olehnya itu akhirnya datang juga. Hari dimana Joshua mendekam di dalam sel penjara untuk waktu yang cukup lama dan tidak akan mengganggu kehidupan Liv lagi, walaupun hanya untuk sementara waktu.

Harga yang cukup mahal bagi Liv untuk dapat menjebloskan mantan suaminya itu ke dalam penjara. Ya, wanita itu hampir saja kehilangan nyawanya untuk kesekian kalinya. Dan bukan hanya itu saja, Sergio pun ikut nyaris kehilangan nyawanya.

Liv rela untuk melakukan apapun juga asalkan Sergio tidak terluka sedikit pun. Apa saja...Bahkan jika harus kehilangan nyawanya sendiri.

Jika mengingat kembali insiden di gudang tua malam itu, dada Liv kembali terasa sesak. Kedua mata wanita itu harus melihat pria yang disayanginya itu rela dipukuli habis-habisan agar nyawanya selamat.

Liv tahu betul, Sergio akan melakukan apapun untuk membuatnya tetap selamat. Namun wanita itu tidak dapat membiarkan hal itu terus menerus terjadi dan semua ini harus segera dihentikan.

Menjaga jarak dengan Sergio untuk sementara tampaknya memang langkah yang paling tepat bagi Liv untuk mencegah pria itu terjerumus ke dalam konflik lainnya. Wanita itu tidak ingin melihat adanya kekisruhan lagi seperti sebelumnya. Sudah cukup sampai di sini, Liv harus merasakan beban yang begitu berat.

Saat ini, Liv lebih memilih untuk menghabiskan waktunya di tepi pantai. Ya, sudah dua hari ini wanita itu berada di Pantai St. Marie Cruz, sebuah tempat yang tenang dan begitu damai. Dimana Liv dapat menenangkan dirinya setelah menghadapi kegilaan yang terjadi akhir-akhir ini.

Liv terlihat sedang duduk di sebuah teras pondok kecil di tepi pantai. Wanita itu tampak membalut tubuhnya dengan selembar selimut tipis sambil meringkuk di atas sebuah kursi kayu. Liv sengaja pergi ke tempat itu untuk menyendiri dan beristirahat. Sungguh minggu yang sangat melelahkan bagi wanita itu.

Tok-tok.

Tak lama kemudian, terdengar suara pintu kayu itu diketuk oleh seseorang. Wanita itu pun segera meletakkan cangkir teh hangatnya di atas meja kayu lalu berjalan menuju pintu pondok kecil itu. Dengan sigap, Liv pun segera membuka pintu itu dan mendapati Darla, pengurus pondok itu, tengah berdiri di ambang pintu.

"Nona Miles?" ujar seorang wanita. "Kami akan mengantarkan makan malam untuk anda tepat pukul tujuh malam. Apakah anda keberatan dengan ikan strout dan kentang tumbuk?"

"Apa saja, Darla." ujar Liv. "Aku menyukainya."

"Baiklah. Kami akan segera menyiapkan makan malam untuk anda." ujar Darla.

Liv menutup kembali pintu pondok itu dengan perlahan. Wanita itu pun berjalan kembali ke arah teras lalu menjatuhkan kembali tubuhnya di atas kursi dan membalut kembali tubuhnya dengan selimut itu.

Pandangan Liv tampak menatap lurus ke arah hamparan pantai. Lautan yang begitu biru itu terlihat mampu memanjakan mata wanita itu dan membuat perasaannya semakin tenang. Suara deburan ombak yang terdengar cukup jelas dari kejauhan dan cuitan burung camar laut, mewarnai pemandangan sore ini menjadi lebih indah.

Sudah cukup lama Liv mendamba-dambakan momen seperti ini. Ketenangan tanpa adanya gangguan dari siapapun. Terutama dari Joshua.

Terbesit pula kerinduan Liv akan Sergio. Pria tampan yang sejak awal mampu membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Wajah tampan, senyuman manis, serta pelukan hangat pria itu membuat pikiran Liv menggila dan terus membayangkan Sergio.

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang