Part 87 - I'll See You Soon

667 55 1
                                    

"Lebih baik Liv mati daripada aku harus melihatnya bersamamu, Bajingan." ujar Joshua. "Seharusnya aku menusuk wanita itu lebih dalam lagi agar membuatmu semakin menderita."

...........

Seketika ruang interogasi itu pun menjadi sunyi senyap. Sergio dan Detektif Stone tampak menatap Joshua dengan begitu tajam, seakan-akan tidak menyangka jika mantan suami Liv itu akan berkata demikian.

"Apa kau bilang?" ujar Sergio.

Sergio tampak terkejut mendengar penuturan Joshua. Apa telinganya tidak salah mendengar? Pria yang tengah duduk di hadapannya itu benar-benar sudah gila. Obsesinya kepada Liv telah membuat Joshua menjadi gelap mata dan berubah menjadi seorang psikopat.

Tampaknya amarah Sergio sudah tidak dapat terbendung lagi. Tanpa berpikir lebih panjang lagi, pria itu mencengkram pakaian Joshua lalu mendaratkan sebuah pukulan di wajahnya.

Tidak berhenti sampai di situ. Sergio pun mendorong meja besi itu dengan kuat lalu menerjang tubuh Joshua. Pria itu tampak memukuli Joshua berulang kali, sampai-sampai Joshua mengalami luka yang cukup serius di bagian wajahnya.

Joshua terlihat berusaha untuk melindungi dirinya sebisa mungkin dari serangan Sergio. Namun, borgol yang membelenggu kedua tangan dan kakinya itu tampak membatasi pergerakkannya.

Melihat kericuhan yang semakin tidak terkendali itu, Detektif Stone pun segera memanggil kedua anak buahnya dan berusaha untuk memegangi tubuh Sergio. Pria itu berusaha untuk melerai keduanya dan menjauhkan Sergio dari Joshua.

"Tuan Beckford, tenanglah!" ujar Detektif Stone.

Sergio tidak menggubris ucapan Detektif Stone. Pria itu tetap melayangkan pukulan-pukulannya kepada Joshua dengan membabi buta. Cukup sudah usaha Sergio untuk menahan amarahnya kepada Joshua selama ini. Kesabaran pria itu tampak sudah mencapai ambang batasnya. Apa yang dilakukan dan diucapkan oleh Joshua barusan berhasil menjadi pemicu meledaknya amarah Sergio.

"Tuan Beckford, tenanglah. Lepaskan tanganmu dari Renner!" ujar Detektif Stone.

Detektif Stone terus menarik tubuh Sergio dengan sekuat tenaganya agar menjauh dari Joshua. Hingga akhirnya, Sergio pun akhirnya melepaskan cengkramannya dari pakaian Joshua lalu menghempaskan tubuh pria itu ke atas lantai dengan kasar. Salah satu anak buah detektif itu pun ikut memegangi tubuh Sergio dan anak buah lainnya tampak menarik tubuh Joshua ke pojok ruangan agar menjauh dari Sergio.

Nafas Sergio tampak terengah-engah. Baru kali ini rasanya pria itu mencurahkan seluruh emosinya hingga meledak-ledak seperti itu. Jika Detektif Stone tidak melerainya, mungkin saja Sergio benar-benar sudah menghabisi nyawa Joshua saat itu juga.

Kedua mata Sergio masih tidak melepaskan pandangannya dari Joshua yang sudah terlihat babak belur. Sedangkan mantan suami Liv itu tampak bersandar pada dinding sambil berusaha menahan sakit di wajah dan tubuhnya.

"Panggil petugas medis sekarang juga!" perintah Detektif Stone.

Ruang interogasi itu pun tampak porak-poranda. Meja  dan seluruh kursi besi yang di dalam ruangan itu tampak berantakan. Hampir saja Sergio menghancurkan ruangan berukuran empat kali empat meter itu, hanya dengan kedua tangannya.

Tiba-tiba, tawa Joshua pun meledak. Pria itu terlihat tertawa terbahak-bahak seperti tengah melihat sesuatu yang sangat lucu.

"Menyenangkan bukan rasanya, Beckford?" ujar Joshua. "Menyakiti seseorang rasanya begitu menyenangkan."

Mendengar bualan Joshua itu, membuat emosi Sergio kembali terpancing. Pria itu terlihat berusaha keras untuk melepaskan pegangan Detektif Stone dan anak buahnya di kedua lengannya. Ingin sekali rasanya Sergio benar-benar menghabisi Joshua agar mulut pria  itu tak lagi berkicau.

Suddenly YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang