Liv terlihat sedang duduk di depan cermin riasnya sambil termenung. Kedua mata wanit itu terlihat kosong. Sudah hampir tiga puluh menit lebih, Liv berusaha untuk menutupi memar di beberapa bagian wajahnya, namun hasilnya nihil. Entah sudah berapa banyak macam foundation yang Liv aplikasikan di wajahnya namun luka-luka memar itu pun belum berhasil tertutup dengan baik.
"Ayo, berpikir, Liv!" ujar Liv menyemangati dirinya sendiri.
Tiba-tiba, kedua mata Liv menatap sebuah plastik yang muncul dari balik tasnya. Wanita itu pun segera meraih plastik itu dan mengeluarkan selembar masker dari dalam plastik. Masker itu adalah pemberian dari Sergio dan Liv tidak ingat jika ia masih menyimpan sisanya di dalam tas.
Liv pun segera mengenakan masker itu di wajahnya. Dan...voila! Seluruh luka memarnya langsung tertutup dan Liv tidak perlu repot-repot melapisi kulit wajahnya dengan riasan yang begitu tebal dan lengket.
"Tampaknya...ini cara terbaik." ujar Liv.
Liv tampak merapikan posisi masker di wajahnya agar seluruh luka-luka itu tertutup dengan sempurna. Tak lama kemudian, Liv pun segera berangkat menuju kantornya dengan menggunakan taksi. Ya, berjalan sejauh beberapa blok dengan menggunakan tongkat penyangga akan terasa menyiksa bagi Liv, sehingga wanita itu pun memutuskan untuk menggunakan taksi.
Hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua puluh menit bagi Liv untuk tiba di Beckford Corp. Liv terlihat melangkah turun dari dalam taksi dan berjalan melintasi lobby besar itu, lalu bergegas menuju lantai dua puluh lima dengan menggunakan elevator.
Ruang kerja di lantai dua puluh lima itu terlihat masih sepi dan belum banyak pegawai yang datang. Liv memang sengaja datang lebih awal agar tidak banyak orang yang memperhatikannya. Setibanya di lantai dua puluh lima, wanita itu pun segera beranjak ke dalam ruang kerjanya.
Setibanya di dalam ruangan kerja itu, Liv pun segera berjalan menuju kursinya dan menjatuhkan tubuhnya di atas kursi kerjanya itu. Cukup melelahkan bagi Liv, berjalan dari lobby hingga ke ruang kerjanya. Padahal biasanya, wanita itu terlihat sangat gesit dalam bergerak.
Liv menoleh ke arah luar ruangan untuk memastikan tidak ada siapa pun di luar ruangan kerja. Lalu, wanita itu pun melepas maskernya agar dapat menghirup oksigen dengan bebas. Lega sekali rasanya Liv dapat menghirup oksigen itu dengan bebas. Wanita itu pun terluhat memejamkan matanya sambil menghela nafasmya dengan panjang.
Tiba-tiba, pintu ruangan itu terbuka dengan lebar. Tampak Jonah melangkah masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Seketika, Liv pun menoleh ke arah Jonah dengan terkejut. Wanita itu bahkan belum sempat menutup wajahnya dengan masker.
"Selamat pagi, No....na Miles." ujar Jonah.
Jonah tampak cukup terkejut ketika melihat wajah Liv yang dipenuhi dengan luka memar. Pria itu pun menatap atasannya itu dengan intens dan melihat juga jika kaki wanita itu pun dibalut dengan perban.
"Nona Miles, bukankah kau baru saja pulang berlibur?" ujar Jonah. "Kau terlihat baru saja tiba dari medan perang."
Sesungguhnya, Liv cukup terkejut dan tidak siap dengan kehadiran Jonah yang begitu mendadak. Jika saja, Liv tahu kalau Jonah akan masuk ke dalam ruangannya, tentu saja wanita itu akan tidak akan melepaskan masker itu dari wajahnya.
"A-aku mengalami...sebuah kecelakaan, Jonah." ujar Liv.
Jonah tampak menghampiri Liv untuk melihat kondisi wanita itu dengan lebih jelas dan mendengarkan seluruh pengalamannya. Pria itu pun menatap Liv dengan tatapan tidak percaya.
"Apa...kau baik-baik saja, Nona Miles?" ujar Jonah. "Apa tidak sebaiknya kau...istirahat saja di apartemenmu?"
"Aku sudah lebih baik, Jonah. Terima kasih." ujar Liv.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly You
RomanceKehidupan seorang Olivia Miles yang dipenuhi dengan drama itu pun berubah drastis ketika wanita itu bertemu dengan Sergio Beckford, seorang milyuner muda yang memiliki kepribadian yang menakjubkan. Pertemuan yang diawali dari sebuah ketidaksengajaa...