03. Pacar Arnav

962 42 0
                                    

ENJOY FOR READING ALL📍

•••🖤•••

Setelah mengakhiri akhir pekannya, Fay mulai masuk kuliah. Menjalani kembali pendidikan nya, mengawali pagi dengan semangat. Setelah bersiap-siap, memastikan kucing-kucing nya sudah makan dan baik-baik saja. Sekarang Fay merasa tenang di kampus.

Melihat jam yang melingkar cantik di tangannya, masih ada waktu sebelum ia masuk kelas. Mengalihkan pandangannya, ingin menghabiskan waktu sejenak sebelum masuk kelas. Baru ia akan berjalan, seseorang mengelus-elus rambutnya dari belakang.

Menoleh, tersenyum senang membalas senyum Arnav. Menatap cowok dengan outfit casual serta tas di pundak nya. "Masuk pagi juga? Gue pikir lo libur loh."

"Kangen lo," jawab Arnav dengan santai, memasukkan kedua tangannya di saku celana, menampilkan senyum tipisnya. Fay terkekeh dengan gelengan kecil, berjalan beriringan dengan Arnav. Perlahan, kedua tangan mereka saling bergenggaman.

"Hari sabtu lo sibuk? Ke mana?" tanya Arnav mengingat akhir pekan itu, saat ia kebingungan menanyakan kabar Fay, yang bahkan tidak bisa dihubungi.

"Iya. Hari minggu lo juga selalu sibuk. Ke mana sih?" tanya Fay balik. Arnav menghela napas, melepaskan genggaman tangannya, merangkul Fay dan mencubit pipi gadis itu. Sedikit membuat Fay mengaduh sakit.

"Jangan tanya balik, jawab dulu," ucap Arnav membahas pertanyaan nya yang tadi. Fay berpikir sejenak, tidak mungkin ia memberi tahu ia pergi ke tempat tongkrongan cowok itu. Ia bisa mendapat masalah baru.

"Jalan-jalan, sama kucing," jawab Fay dengan senyum lebar yang menampilkan lesung pipinya, ciri khas yang membuat ia semakin cantik. Senyum yang mencoba meyakinkan Arnav. Arnav manggut-manggut saja, paham gadis nya suka kucing.

"Lo kemana hari minggu? Kenapa hari minggu lo selalu sibuk?" tanya Fay balik, Arnav bergumam-gumam. Lalu hanya tersenyum lebar sebagai jawaban, Fay menghela napas, tahu jika hari minggu Arnav selalu sibuk. Tapi, sibuk apa? Kemana?

Fay tidak pernah tahu. Membahasnya lebih lanjut bisa membuat Arnav tidak mood. Keduanya melanjutkan jalannya, dengan berbincang-bincang kecil. Tawa kecil mengiringi mereka, saling melempar canda. Mata Fay bergerak ke arah lain, melihat di tepi jalan ada penjual kue putu. Menatap Arnav sejenak.

"Nggak boleh," ucap Arnav seakan tahu yang dipikirkan Fay. Menghela napas dengan kesal, menjauhkan tangan Arnav dari pundaknya. Menghentikan langkah keduanya.

"Kemarin gue nggak sempat makan kue putu," ucap Fay mengadu.

"Bahkan lo jajan gitu di belakang gue, nggak baik," omel Arnav.

"Itu enak, nggak mengandung racun, nggak bahaya. Nggak semua jajanan dijalan tuh nggak baik, Ar." Fay mulai kesal, tidak pernah bisa jajan seperti ini bersama Arnav.

"Lo selalu ngeyel." Arnav menghela napas, berjalan lebih dulu dari Fay, meninggalkan gadis itu. Fay menatapnya dengan kesal, kedua tangannya terkepal kuat.

"Kok bisa sih gue bertahan sama cowok kek dia?" gumam Fay sendiri. Ia jadi teringat dengan cowok berjas itu, karena cowok itu ia gagal makan kue putu. Dan sekarang Arnav melarang-larang seperti ini, terkadang Fay memberontak, tapi juga lelah menghadapi Arnav.

Jika dengan cowok itu, bahkan ia bisa dibelikan kue putu segerobak. Dia kan sultan. Arnav juga kaya, tapi masalah jajanan seperti itu Arnav pelit.

•••🖤•••

Fay memasuki rumahnya, tubuhnya terasa sangat lelah. Melirik, lalu melambai-lambaikan tangannya pada kucing-kucing nya yang bermain di ruang tamu. Menaiki tangga menuju kamarnya, bertemu dengan Mbok Asih. Memeluknya dengan manja, seperti ibu nya sendiri.

Tuan Muda: RagatamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang