HAPPY READING ALL📍
•••🖤•••
Menikmati angin sepoi-sepoi sembari berjalan di tepian jalan, sedikit bermanfaat untuk olahraga kaki. Berjalan ditepi jalan yang ramai, setidaknya berjalan bisa mengurangi polusi udara. Itu lah yang dilakukan Arnav.
Kakinya menuntun berjalan menuju rumah Fay, tidak terlalu dekat, hanya berada di dekat rumah gadis itu. Arnav sama sekali belum pernah ke rumah Fay, biasanya hanya di dekat rumahnya saja. Jika mengantar Fay pulang pun tidak sampai depan rumah.
Rasa rindunya menginginkan dirinya menemui gadis itu. Sengaja tidak menghubungi, nanti saja jika sudah sampai katanya. Matanya mengedar, melihat seseorang berlari sembari berteriak memanggil penjual telur gulung. Matanya masih memperhatikan, sampai melihat gadis yang ia ingin temui juga ikut berlari.
Matanya masih mengamati, bagaimana Fay membeli jajanan tersebut. Bagaimana interaksi Fay dengan cowok tersebut. Arnav melihatnya, sampai mata Fay menangkap dirinya. Tersenyum miring, berjalan mendekati Fay yang sudah melihatnya.
"Lo selalu ngeyel," ucap Arnav tiba dihadapan Fay, melihat jelas raut heran dan panik gadis itu. Melirik ke cowok di sebelahnya, lalu melirik tusuk telur yang masih Fay genggam. Cepat-cepat Fay menjatuhkan nya.
"Ar, lo di sini? Sejak kapan?" tanya Fay mencoba mencairkan suasana.
"Lama."
"Kok nggak ngabarin? Ngapain?" Arnav terkekeh sinis mendengar pertanyaan itu.
"Temuin pacar sendiri harus banget ditanya ngapain?" tanya Arnav balik, dengan nada suara yang kesal. Rahangnya mengeras, tatapan terus tertuju pada Fay. Menghela napas, Fay mencoba bersikap santai.
"Ar, gue cuma jajan telur gulung. Udah ya?" bujuk Fay mencegah kemarah Arnav. Meski tau, Arnav marah bukan hanya karena itu. Ingat ada Raga.
"Berminyak. Gue selalu bilang makan, makanan yang sehat. Lo nggak bisa pilih makanan sehat?" Arnav mulai lagi, sifat protektifnya muncul. Terlalu hidup sehat dan pemilih dalam makanan. Sampai-sampai Fay pun juga diharuskan seperti itu. Fay terlihat pasrah, sudah lelah berdebat soal ini.
"Yaelah, cuma itu doang. Isi acara diatur," protes Raga ikut-ikutan.
"Lo orang luar, nggak perlu ikut campur hubungan gue," sahut Arnav dengan nada lebih dingin. Raga melihat Arnav dari atas sampai bawah, meneliti dan berpikir keras. Saling adu pandang, lalu tersenyum miring. Sepertinya keduanya memikirkan hal yang sama.
"Lo pacarnya? Harusnya tau cara bahagiain pacar sendiri. Sehat-sehat, apa guna kalau nggak enjoy sama hubungan yang dijalani?" serang Raga. Fay menatap Raga tajam, memberikan peringatan agar diam dan tidak ikut campur. Tapi Raga tidak langsung menurut, ia semakin nekat.
"Berhenti ikut campur urusan orang," balas Arnav hendak menggandeng Fay. Tapi kalah cepat dengan Raga. Menggenggam tangan Fay erat, yang digenggam langsung terkejut melihat perlakuan Raga di depan Arnav. Dengan bangga Raga memamerkan genggaman tangan itu.
"Raga, lepas!" Fay mencoba melepaskan tangannya, tapi Raga terlalu menggenggam dengan erat.
"Lo nggak bisa jajanin dia? Tenang aja, gue mampu," ucap Raga diakhiri senyum miring. Menarik tangan Fay agar mengikuti jalannya. Tapi tangan kiri Fay ditahan Arnav, membuat langkah Raga ikut terhenti. Menoleh ke belakang, melihat tangan Fay juga digenggam Arnav.
"Lo nggak berhak," ketus Arnav, tapi dibalas ekspresi meremehkan dari Raga. Fay menundukkan kepalanya, situasi seperti apa yang ia hadapi sekarang ini? Hanya karena jajan?
"Setiap orang berhak membuat orang lain bahagia. Dan gue tau cara buat dia bahagia. Cara sederhana," balas Raga menarik tangan Fay hingga genggam tangan Arnav lepas. Memimpin jalan dengan menarik Fay. Meski gadis itu terus mencoba melepaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda: Ragatama
Teen Fiction"Lo mahal, Fay. Dapetin lo mahal." "Contohnya dengan mahar helikopter dan sejenisnya. Mahal anjir, istrinya tuan muda," lanjut Raga. •••🖤••• "Badan lo nggak nyaman di peluk, Raga. Lepas." "Badan gue nyaman buat dikelonin tapi. Mau?" •••🖤••• Tentan...