28. Makan Masakan Terenak

570 25 2
                                    

HAPPY READING!!

Jadwal rutin update: Senin, Rabu, Jumat, Minggu!
Kalau aku lupa update, ingetin ya🖤

•••🖤•••

Mobil Porsche putih itu melaju dengan kecepatan sedang, lajunya begitu santai menikmati udara yang cukup panas di Ibu Kota ini. Jendela mobil tetap di biarkan terbuka, membiarkan AC mobil dan AC alami saling bertemu. Mobil itu tak tahu ke mana arah perginya, tapi si tuan muda tahu arah.

Pohon rindang yang terjejer di pinggir jalan, di bawah sana terdapat gerobak-gerobak pedagang. Di sana lah, di depan para pedagang itu mobil Porsche putih itu menghentikan lajunya. Si tuan muda menentukan arahnya, di depan gerobak tukang martabak.

"Laju mobil ku telah berhenti, Nona. Mari turun."

Kalimat drama itu masih Raga lanjutkan, setelah mematikan mesin mobilnya dan melepas sabuk pengamannya. Tatapan jengah Fay lemparkan pada Raga, membuka sabuk pengamannya serta pintu mobilnya.

"Dih, bahasa lo, Ga." Fay segera turun dari mobil tanpa meladeni Raga. Helaan napas itu keluar dari mulut Raga, menggerutu sendiri melihat tidak ada respon baik dari Fay.

Raga juga segera turun mobil mengikuti Fay yang sudah berada di dekat penjual martabak itu.

"Gue mau martabak coklat sama keju aja. Tapi dipisah coklat sama kejunya," tutur Fay berbisik pada Raga.

Raga sibuk memasukkan kunci mobilnya di saku celana, "bilang sendiri."

"Bilangin," cicit Fay menarik-narik kemeja Raga.

Raga menolehkan pandangannya, menatap Fay yang memohon padanya. Lalu menatap penjual martabak itu yang masih membuatkan martabak untuk pembeli lainnya. Raga maju satu langkah, menepuk mas-mas penjual itu.

"Mas, martabak dua ya. Coklat sama keju," kata Raga memesankan sesuai yang Fay sampaikan tadi.

"Oke siap, Mas. Duduk dulu ditunggu," sahutnya.

Raga memberikan acungan jempol. "Cepet ya, Mas. Istri saya nanti rewel kalau kelamaan."

Penjual itu tertawa pelan mendengarnya, sembari melirik Fay yang mencebik kesel sembari memukul pundak Raga. Raga menatap wajah kesal itu lagi, hanya terkekeh senang. Mengambil 2 kursi, segera duduk, mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan.

Fay ikut duduk, diam-diam sudut bibirnya membentuk sebuah lesung di pipinya. Lagi-lagi perlakuan Raga membuatnya kesal tapi kemudian ia tersenyum.

"Apa maksud senyum-senyum?" tanya Raga dengan kening yang berkerut heran. Fay dengan cepat langsung menarik senyumnya, memasang wajah kesalnya lagi.

Raga tertawa setelah menggoda Fay, mencubit lengan Fay yang semakin membuat si empunya kesal.

"Woo jutek-jutek gitu gue suruh bayar sendiri," ancam Raga.

"Jahatnya kumat," balas Fay. Raga hanya kembali tertawa kecil.

Keheningan mereka dihabiskan sembari menunggu pesanan martabak mereka yang siap. Sibuk dengan pikirannya masing-masing, diam nya Fay masih Raga perhatian. Menunggu gadis itu setidaknya bercerita sendiri tentang apa yang terjadi di kampus. Raga tahu sesuatu terjadi, tapi Raga tetap tidak apa yang terjadi.

"Kenapa liatin gue gitu? Mulai terpesona?" kata Fay yang sadar di perhatikan sedari tadi oleh Raga.

"Lagi cari, dimana letak kecantikan lo itu," ungkap Raga balik sembari membuang muka, masih dengan ego yang tidak menerima fakta betapa cantiknya Fay.

Fay berdesis, "orang kok alergi fakta."

Raga kembali tersenyum kecil, pandangannya menatap martabaknya yang sebentar lagi siap. Tahu jika Fay tidak akan seterbuka itu padanya. Raga membiarkan, tidak mau memaksa Fay untuk sekarang.

Tuan Muda: RagatamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang