64. Masih Marahan

415 21 0
                                    

HAPPY READING 🖤

••••🖤•••

Di tempat itu, Raga masih mematung melihat dua insan yang sedang duduk bersandingan. Seharusnya ia tidak terkejut, dari Arnav yang mengirimi pesan tentunya menandakan bahwa cowok itu ada di sekitar Fay. Dan seharusnya, ia tidak sepanik itu hingga buru-buru ke sini. Raga menghela napas, langkahnya hendak berbalik tapi suara Arnav mencegahnya.

Arnav berdiri, "kenapa diam disitu?"

"Mau pergi."

"Istri lo sakit."

Raga mengalihkan pandangannya pada Fay, gadis itu masih terduduk diam di tempatnya, memandanginya dengan tatapan sendu. Raga berjalan mendekat, "udah lo obati?"

"Udah," jawab Arnav.

Raga mengangguk, "yaudah. Kenapa gue harus ke sini?"

Fay mengernyitkan keningnya, ia sedikit terkejut dengan penuturan itu. Begitupun dengan Arnav, cowok itu menghela napas. Mengambil jaket dan kunci mobilnya, memilih segera meninggalkan rumah itu.

"Selesaiin berdua," Arnav tersenyum sejenak pada Fay kemudian menepuk-nepuk pundak Raga ketika melewatinya.

"Ar," panggil Fay menghentikkan langkah Arnav. "makasih udah di tolongin."

Arnav mengangguk sekali, "your welcome."

Setelah itu, Arnav berjalan keluar rumah, menyisakan Raga dan Fay. Kedua orang itu hanya saling diam, tidak ada yang mau memulai pembicaraan. Raga berdiri di depan Fay, menatap lekat gadis itu. Juga menatap luka-luka yang ada di tubuh fay. Raga menghela napas, duduk jongkok di depan Fay.

"Mana yang sakit?" tanya Raga memeriksa kaki Fay. Luka-luka tersebut sudah dibalut obat dan terplester.

Fay tidak menjawab, hanya memandangi Raga saja. Ia menahan air matanya, rasanya masih ada yang sesak. Mengingat bagaimana tadi Raga mengacuhkan nya. Dan sekarang cowok itu datang mungkin bukan karena kemauannya sendiri, tapi karena permintaan Arnav.

Raga mendongak, "kenapa bisa jatuh?"

Fay hanya menggeleng pelan sambil buang muka, ia masih enggan untuk berbicara.

Raga menarik napas dalam-dalam, "kenapa?"

"Nyerempet mobil orang," jawab Fay dengan malas.

"Kalau bawa kendaran hati-hati, gausah sok-sokan nyalip-nyalip. Lo bukan pembalap!"

"Gue juga udah hati-hati."

"Terus kenapa bisa jatuh?"

"Musibah."

Jawaban logis dan sederhana itu, membuat Raga meraup wajahnya kasar, "jangan buat gue gila, Fay."

Fay menarik napas dalam-dalam, mengusap air matanya yang hampir menetes. "Gue ga tau, Ga pusing."

"Jangan lo ulangi lagi!"

Fay menatap sinis, "gue cuma ga fokus aja."

"Apa sih yang buat lo ga fokus?"

Fay diam lagi, ia enggan menjawab. Hal itu membuat Raga mendesah kesal. "Jangan sillent treatment!"

Berdecak, "lo yang buat gue ga fokus!"

Raga diam, menatap mata nyalang itu.

"Kenapa lo ke sini? Sedangkan tadi lo acuh ke gue! Lo natap gue seakan ga kenal. Bahkan lo tetap lajuin mobil lo, padahal gue lagi kesusahan!"

Mata Fay menatap Raga dengan sinis nya, beberapa detik tidak berkedip. Seolah Fay juga menyalurkan rasa sesaknya lewat tatapan itu. Ia pun meluapkan emosinya, Sedangkan Raga diam mendengarkan.

Tuan Muda: RagatamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang