SELAMAT MEMBACA
•••🖤•••
Meski gorden tirai masih menjutai panjang menutupi jendela kamar, tapi hal itu tidak menghalangi cahaya sang mentari untuk menebus masuk. Memancarkan sinarnya, hingga kelopak-kelopak mata itu mulai mengerjap, terusik tidurnya karena datangnya sinar itu.
Mata cantik Fay yang langsung tersorot sinar, membuat kesilauan sehingga matanya terbuka secara perlahan. Berdesis, berbalik badan karena tidak mau menghadap jendela, namun wajahnya berhadapan langsung dengan wajah Raga. Seketika itu, matanya langsung terbuka lebar.
"Kok bangun?"
"Gue belum mati."
Di pagi seperti ini jawaban polos Raga membuat Fay terkikik, sebenernya pertanyaan Fay juga konyol. Mengingat ini sudah pagi, mentari sudah menampakkan dirinya.
Raga bertanya, "masih ngantuk? Nyenyak ya tidurnya?"
"Tiap hari gue tidur nyenyak."
"Apalagi semalem, habis itu." Raga tersenyum-senyum jahil sambil menaik-turunkan alisnya.
Fay langsung memukul lengan Raga, "apa? Kita nggak ngapa-ngapain loh? Jangan ngaco."
"Dih? Lo mikir apa coba?"
Raga semakin menggoda, membuat Fay dengan kesal langsung bangkit dari tidurnya. Duduk sembari mencepol rambutnya.
"Nggak ada."
"Halah, pikiran lo pasti jelek. Kayak orangnya." Raga mulai mengejek lagi.
Menolehkan kepalanya, menatap Raga dengan tatapan yang mulai jengah dan sinis. Ternyata cowok itu tetap saja tidak menerima fakta ia cantik untuk waktu yang lama. Bagi Fay, jika sedang normal cowok itu akan mengaku ia cantik, tapi saat seperti ini, cowok itu kembali menyebalkan.
"Terserah lo, nggak gue ladenin." Fay mengalah.
Hendak turun dari ranjang tapi tiba-tiba Raga menarik lengannya. Menaruh lengan kirinya sebagai bantalan kepala Fay dan menarik selimut seatas dada hingga menutupi keduanya. Tangan kanan Raga mendekap Fay erat dan hangat dari belakang, dagu Raga ia taruh di atas pucuk kepala Fay.
Raga terpejam, "semalem itu begini, nyaman kan? Makanya nyenyak."
Dalam beberapa hari ini, Fay benar-benar dibuat gila oleh Raga yang bisa setiap saat membuat detak jantungnya membara. Ini masih pagi, tapi jantungnya sudah berolahraga begitu keras. Diam-diam Fay tersenyum, mengingat dari kemarin seharian bersama Raga di kamar.
"Fay, lo deg-degan ya?" Pertanyaan konyol itu dilontarkan Raga, membuat garis senyum Fay memudar.
Mencoba tetap tenang dan mengkondisikan jantungnya. "Enggak lah."
"Bohong."
Raga menyangkal, tiba-tiba saja telapak tangannya bergerak, memeriksa detak jantung Fay. Fay langsung terlonjat kaget karena gerakan tangan Raga yang memegang dadanya, ia langsung menyibakkan selimutnya dan menatap Raga.
Fay menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan raut terkejut. Raga ikut duduk dengan raut kebingungan, seakan tidak ada dosa sama sekali.
"Nakal ya lo!"
Fay menautkan kedua alisnya sangking kesalnya, bibirnya juga maju beberapa senti karena cemberut. Jantungnya semakin berdetak kencang karena terkejut, sedangkan Raga menahan tawa.
"Lo kenapa sih?" tanya Raga sok polos.
"Ya lo yang kenapa? Tangan lo tuh dijaga!"
Raga melepaskan tawanya yang semakin membuat Fay kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda: Ragatama
Roman pour Adolescents"Lo mahal, Fay. Dapetin lo mahal." "Contohnya dengan mahar helikopter dan sejenisnya. Mahal anjir, istrinya tuan muda," lanjut Raga. •••🖤••• "Badan lo nggak nyaman di peluk, Raga. Lepas." "Badan gue nyaman buat dikelonin tapi. Mau?" •••🖤••• Tentan...