SELAMAT MEMBACA
•••🖤•••
Dalam beberapa hari ini, selepas Fay diperbolehkan pulang dari rumah sakit ia menjalani perawatan mandiri. Di dampingi dengan keluarganya, teman-temannya dan tentunya Raga yang selalu siap sedia untuknya. Raga jadi sedikit lebih protektif, mungkin ia tidak ingin kejadian buruk terulang lagi. Ia benar-benar mengantisipasi, contohnya menaruh penjagaan ketat di sekitar rumahnya.
Meksi ditemani banyak orang-orang, Fay tetap saja bosan terkurung di rumah terus. Ia merindukan suasana kampusnya, jalan-jalan ke mana saja yang ia mau. Tapi apa boleh buat? Raga tidak mengizinkan nya.
Katanya, "lo harus sembuh total, Fay."
Ya, cowok itu berulang kali mengatakan hal itu. Bahkan sekarang Raga ikut-ikutan Arnav, memperhatikan makanan apa saja yang akan masuk ke dalam perut Fay. Benar-benar memilih makanan dengan baik.
Menghela napas, "gue udah sembuh."
"Bagi gue belum."
"Lo kan nggak ngerasain."
"Mau jajan nggak?" tawar Raga, seketika membuat bola mata Fay membulat. Berbinar-binar kesenangan.
Dengan cepat Fay mengangguk sambil tersenyum. "Mau! Ayoo!"
"Dasar ya! Kalau jajan semangat."
Fay mencebik, "ayo!!"
Raga tersenyum jahil, "iya nanti kalau udah sembuh."
"Sembuh versi lo itu yang kayak gimana?" kesalnya.
Berpikir sejenak, "ya sehat walafiat."
"Gue juga sehat walafiat."
"Lo masih harus cek up rutin."
"Bukan berarti gue belum sehat kan?"
Memijat pelipisnya, ia mulai lelah mendengar rengekan Fay tiap harinya. Gadis itu terus menyerukan bahwa ia sudah sembuh dan sehat total. Tapi bagi Raga, itu belum. Raga mengkhawatirkan kondisi gadis itu.
"Makanya, jangan sakit lagi." Raga mengjewer pelan telinga Fay. "Istirahat dulu."
"Lo ga asik! Posesif banget! Melebihi Arnav!"
Raga berdecak, "jangan bawa-bawa cowok lain."
"Lo sekarang bestian lagi ya sama dia? Makanya, ikut-ikutan ga asik!"
"Nurut dulu bisa nggak?"
Menggeleng, "kenapa gue harus nurut sama lo? Ga mau!"
"Gue suami lo."
"Cuma suami," jawabnya enteng.
Raga menghentikan aktivitas nya yang hendak mengcharger handphone nya. Menoleh ke arah Fay yang sudah menekuk wajahnya sambil melipat kedua tangan di depan dada. Mendekati Fay yang duduk di tepi ranjang, berdiri di hadapannya. Menatapnya lekat.
"Cuma lo bilang? seenggak berarti itu kah?" katanya, sedikit tidak suka dengan kalimat Fay tadi.
"Ya terus kalau lo suami gue, apa gue harus selalu nurut kata lo? Gimana kalau itu hal buruk?" Fay masih meneruskan dengan rasa kesalnya, sedangkan Raga, cowok itu tertawa kecil.
"Berpikir pakai akal sehat, gue nggak mungkin nyuruh lo kalau itu hal buruk. Gue minta lo nurut juga demi kebaikan lo."
"Kebaik lo kata, tapi gue nggak suka di rumah terus. Gue bosan, gue tertekan!"
Raga menaikkan satu alisnya, "jadi lo tertekan di sini? Lo nggak bahagia?"
"Gue mau bebas, gue nggak suka di posesif in gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda: Ragatama
Fiksi Remaja"Lo mahal, Fay. Dapetin lo mahal." "Contohnya dengan mahar helikopter dan sejenisnya. Mahal anjir, istrinya tuan muda," lanjut Raga. •••🖤••• "Badan lo nggak nyaman di peluk, Raga. Lepas." "Badan gue nyaman buat dikelonin tapi. Mau?" •••🖤••• Tentan...