66. Isi Surat

384 22 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

•••

Ditemani dengan rintik hujan yang tak kunjung mereda, Fay masih betah duduk diam di depan Kafe Lamora. Merenung seorang diri disana, hanya menghela napas gusar beberapa kali. Masih menunggu ada taxi atau pun tumpangan lain yang lewat. Mengharapkan Raga, rasanya sudah tidak mungkin.

Namun, tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti tepat di depannya. Pengemudi itu membuka kaca nya, Fay bisa melihat jelas pengemudi itu Kamal. Fay mengerutkan keningnya heran saat Kamal melambai-lambaikan tangan ke arah nya.

"Malah diem, masuk cepetan!" teriaknya.

Fay mengerjapkan matanya, tanpa pikir panjang bergegas memasuki mobil itu. Mengibas-ngibaskan bajunya yang sedikit basah terkena percikan air. Fay kemudian menoleh ke arah Kamal.

Fay mengerutkan keningnya, "disuruh Raga ya?"

Dengan senyum lebar yang menampilkan gigi-giginya, serta alis yang naik turun. Kamal mengangguk yakin sembari memberikan jempolnya.

"Pasti no, cuan cuan!"

Jawaban itu membuat Fay menghela napas jengah, menyenderkan punggungnya di kursi sembari memasang sabuk pengamannya.

"Kenapa nggak dia sendiri?"

Kamal menggendikan bahunya, "malas katanya, gapapa sih, transferan gue nambah."

"Selalu cari peluang duit ya lo!"

"Jelas lah! Punya temen sultan itu porotin, apalagi lo istrinya."

Fay terkekeh pelan, "iya besok-besok."

Fay memalingkan wajahnya, membiarkan mobil itu melaju dengan dikemudikan Kamal. Mata cantik Becca menikmati rintikan air hujan di luar jendela. Melihat pemandangan malam yang diiringi air hujan. Tatapannya kembali sendu, bersama air hujan itu ia kembali bersedih.

"Bahkan dia udah malas sama gue, peduli aja nggak."

Fay berucap lirih, meski pelan tapi Kamal menoleh. Ia tersenyum kecil, "dia peduli. Nyuruh gue jemput lo buktinya."

"Dia peduli tapi acuh. Gue nggak suka."

Fay masih menatap kosong ke arah luar jendela. Sedangkan Kamal melirik Fay prihatin, ia menghela napas.

"Gue nggak bisa kasih nasihat. Tapi kata Bayu, lebih baik dibicarakan berdua tanpa mengunggulkan ego masing-masing."

Fay menoleh, "bahkan gue nggak punya kesempatan ngobrol berdua."

"Kata gue mah tinggal nikah sama gue aja."

Kamal tertawa kencang seperti orang gila, tawa itu membuat Fay kesal. Lalu memukul lengan Kamal, "salah gue bicara serius sama lo!"

•••

Laju motornya melesat begitu kencang ditengah jalanan yang basah, karena hujan tak kunjung mereda. Setelah memastikan Fay aman bersama Kamal, Raga mengendarai motornya menuju arah yang tak pasti. Seolah tak peduli badannya susah basah kuyup, ia mencoba melampiaskan segala penat dan keresahan hatinya.

"ARGHH! SIALAN!" teriak nya penuh emosi.

Raga semakin menancap gas kencang, keselamatan nya dan orang lain bahkan tidak ia pedulikan lagi. Menatap jalanan dengan lurus nan kosong, ia terus melaju tanpa arah. Tidak tahu rumah mana yang akan ia singgahi saat kacau seperti ini.

Pikirannya kacau, hatinya sakit dan resah. Benci dengan perlakuan nya sendiri terhadap Fay tadi. Tapi setiap melihat Fay, ia juga masih terbawa emosi. Sampai-sampai, mengendarai motor dalam keadaan sedikit mabuk dan tidak fokus. Hingga ia menabrak trotoar dan dirinya terjatuh bersama motornya.

Tuan Muda: RagatamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang