HAPPY READING Y'ALL
•••🖤•••
Diiringi rintihan hujan yang perlahan mulai mereda, cahaya malam di langit mulai tampak, bulan sabit itu tampak indah meski langit malam yang mendung. Kesendiriannya di langit sana tanpa bintang, namun sendirinya tetap menghiasi malam.
Mata cantik Fay menangkap bulan itu dari jendela kamar, duduk sendiri memeluk kaki nya, masih menanti Raga yang belum juga pulang. Memeriksa layar ponselnya, tidak ada notif satu pun dari Raga yang memberinya kabar. Malahan Fay melihat jam yang sudah berangka 22.47, sudah larut.
Fay berdiri, "terserah lo, Ga. Pulang ga pulang, ga peduli gue."
Perasaan kesalnya sejak tadi siang masih berlanjut, Raga tidak memberitahu ia jika akan ke Bali dan sekarang Raga tidak memberi kabar seperti biasanya. Dengan perasaan kesal itu, Fay berbaring.
Saat hendak memejamkan mata, ia mendengar suara mobil Raga. "Ingat rumah ternyata dia."
Menyibakkan selimutnya, berjalan mendekati pintu. Tak lama Raga masuk ke kamar, terkejut melihat Fay berdiri di depannya. Sudah berjaga-jaga di depan pintu dengan kedua tangan di lipat di depan dada.
"Siapa yang nyuruh masuk?" sengit Fay dengan nada kesalnya.
Raga diam kebingungan, tidak tahu apa-apa tiba-tiba diserang kekesalan Fay. Menggaruk-garuk rambutnya, lalu hanya menggendikkan bahunya.
Fay balik badan, "ga usah pulang sekalian aja."
"Lo kenapa sih?"
Raga berjalan menyusul langkah Fay, menahan tangan Fay yang hendak tidur. Membalikkan badan Fay menghadap nya. Meneliti raut wajah Fay, terlihat jelas raut sinis itu kembali ditampilkan, merasa ada yang salah.
"Gue salah ya? Salah apa gue?"
Raga menurunkan egonya, mencari tahu letak kesalahannya di mana. Fay tetap saja acuh.
"Hp lo buang aja deh kalau ga guna," sewot Fay.
Otak cerdas Raga berpikir sejenak setelah diberi clue seperti itu, tapi ia malah terkekeh saat mendapat jawaban dari pertanyaan tadi. Raga mengambil ponselnya, memperlihatkan pada Fay ponsel itu mati.
"Gue males charger, Fay. Gue juga lupa ngabarin kalau ada meeting malam, maaf ya."
Fay menepis tangan Raga membuat ponsel itu terbanting. Raga hanya bisa pasrah mendapati kemarahan Fay ini, tapi Raga suka. Suka saat Fay tanpa ragu terang-terangan mengekspresikan kemarahannya.
"Oh, meeting sama sekretaris cantik itu ya? Pantas betah sampai malam."
Api di dalam tubuh Fay mulai membara, Raga yang sekarang dibuat ketar-ketir jika Fay sudah begini.
"Nggak berdua doang kok."
Fay tersenyum miring, "tapi ke Bali nya berdua."
Raga melongo, mendengar Fay membahas perihal ke Bali. Semakin kebingungan Raga sekarang.
"Kok lo tahu gue mau ke Bali?"
Terkekeh sinis, Fay mengambil surat yang tadi ia terima, ia lemparkan di depan tubuh Raga. Raga mengambilnya lalu segera membuka nya, sekarang ia tahu bagaimana Fay bisa tahu.
"Mau nutupin dari gue ya kalau mau ke Bali?"
Raga langsung menggeleng, "nggak lah."
"Halah! Lo mau ke Bali tanpa bilang ke gue, bahkan minta izin aja nggak. Ah iya, izin dari gue nggak penting."
Raga masih saja menggeleng kan kepalanya, semakin panik.
"Ada atau ga nya izin dari gue, lo tetap berangkat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda: Ragatama
Novela Juvenil"Lo mahal, Fay. Dapetin lo mahal." "Contohnya dengan mahar helikopter dan sejenisnya. Mahal anjir, istrinya tuan muda," lanjut Raga. •••🖤••• "Badan lo nggak nyaman di peluk, Raga. Lepas." "Badan gue nyaman buat dikelonin tapi. Mau?" •••🖤••• Tentan...