74. Boleh Peluk?

536 32 1
                                    

HAPPY READING

•••

Angin berhembus dengan perlahan membawa kesejukan. Menggoyangkan dedaunan serta ranting pohon-pohon, berhembus mengikuti arah matahari yang mulai meredup. Sore yang sejuk dengan pancaran cahaya orange dari sang surya. Dalam suasana itu Raga bersama Fay berboncengan dengan motor Raga, membelah jalanan ibu kota yang tidak terlalu ramai. Entah kemana tujuan Raga membawa Fay, gadis itu hanya menurut saja sembari menikmati sejuknya angin serta waktu bersama Raga.

Hingga laju motor itu terhenti, tepat di sebuah taman yang tak jauh dari jalan raya. Di tepi tamat itu keduanya turun. Fay dengan kebingungan mengamati sekitar, netra nya langsung menangkap sebuah objek. Melihat Arnav tengah duduk seorang diri di salah satu bangku taman.

Fay menoleh pada Raga, "lo bawa gue ke sini buat temuin Arnav?"

"Gue bantuin doang."

"Gue bilang nggak mau."

Fay hendak mengambil helm dan memakainya lagi, tapi Raga menahannya. "Kenapa sih? Udah sampai sini juga, temuin sana."

"Gue nggak mau ketemu Arnav. Gue nggak mau ribut sama lo lagi."

"Nggak ada ribut. Gue sendiri yang antar lo ke sini."

Beberapa detik netra keduanya saling beradu tatap. Fay dengan sorot mata sinisnya beradu dengan tatapan Raga yang sulit diartikan. Entah apa yang Raga pikirkan sampai melakukan hal seperti ini.

Fay berdecak, "nggak ngerti gue sama lo."

Setelah mengatakan kalimat itu dengan kesal, ia menyodorkan dengan kasar helmnya pada Raga lalu melengos pergi. Dengan langkah yang tidak Fay inginkan, ia berjalan menemui Arnav. Sedangkan Raga hanya diam mengamati keduanya dari tepi taman itu. Beberapa detik setelahnya, ia menyadarkan dirinya kemudian bergegas pergi dari sana.

•••

"Fay," sapa Arnav begitu yang ditunggu sudah datang. Fay hanya memberi senyum tipis saja. Melalui alisnya yang diangkat, Arnav mempersilahkan Fay untuk duduk di samping nya.

Arnav menoleh, "lo nggak mau datang kenapa?"

"Lo kenapa minta gue datang?"

"Gue mau kita bicara."

Fay mengembuskan napas pelan, ia menoleh dengan tatapan malas. "Bicara apa?"

"Lo mau cerai sama suami lo karena gue?"

Kelopak mata Fay berkedip sejenak, kerutan di dahinya mulai kelihatan. Ia mulai heran, darimana Arnav mengetahui perihal perceraiannya ini. Tentu bibir Fay tidak bisa menjawabnya, rasanya terlalu menyakitkan untuk mengatakan akan perceraian itu. Fay tidak mengharapkan nya sama sekali.

"Malam itu gue kecelakaan sama Raga," katanya mulai bercerita.

Mata Fay terbelalak, "kecelakaan? Raga baik-baik aja kan?"

Arnav menyeringai mendengar respon itu. "Yang Lo khawatirin Raga, padahal lo udah bareng sama dia. Lo lihat sendiri kondisi dia baik-baik aja. Sedangkan gue?"

"Ar ... bukan maksud gue--"

"Terus kenapa kalian harus bercerai karena gue?" potongnya. "Raga sakit hati denger lo bilang penyesalan lo nikah sama dia, denger lo bilang tentang gue, denger lo belain gue di depan dia."

Apa yang Arnav katakan itu membuat Fay terdiam. Netranya menatap Arnav dengan begitu dalam. Tatapan Arnav cukup menghangatkan baginya.

"Padahal, hati lo bukan lagi milik gue, Fay. Lo milik Raga seutuhnya!" tandasnya.

Tuan Muda: RagatamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang