SELAMAT MEMBACA^^
•••🖤•••
Kedua kakinya melangkah keluar dari gereja, pandangannya kosong, terlihat tidak ada semangat. Langsung begitu saja masuk ke dalam mobilnya, menjalankan mesin mobilnya tanpa tujuan yang pasti. Membuka sedikit kaca mobilnya, membiarkan udara masuk.
Arnav menghela napas, menikmati suasana mengendarai mobil dengan angin sepoi-sepoi di jalan yang sepi. Pikirannya berkelana, pandangannya terlihat kosong namun ia tetap fokus.
"Fay nggak pantas dapetin cowok sampah kayak lo."
Kalimat Raga benar-benar sangat membebani Arnav, fokusnya benar-benar hilang karena terus memikirkan hal itu. "Gue emang seburuk itu?"
Arnav berbincang sendiri, bertanya pada dirinya sendiri. "Buruk atau nggak nya gue, gue tetap nggak bisa lawan tembok besar itu."
Apapun yang terjadi, Arnav tetap ingat bahwa salibnya tidak akan pernah bersanding dengan tasbis Fay. Satu hal yang benar-benar sudah jelas menghalangi dirinya dan Fay. Dan sekarang, Arnav semakin membuka pikirannya, bahwa bukan hanya ada 1 tembok penghalang besar, tapi semakin bertambah banyak.
"Dia sayang gue, tapi nggak nyaman. Dia nggak bisa bertahan sama gue," gumam Arnav pada dirinya sendiri. Tahu, Fay menyayanginya.
"Gue aja nggak berani lawan tembok penghalang itu, kenapa gue harus cegah jalan kebahagiaan yang dia pilih?"
Arnav mengacak-acak rambutnya, rasanya sangat frustasi, melepaskan seseorang yang sudah ia genggam tangannya, berjalan beriringan selama 5 tahun. Bukan hal yang benar-benar semudah itu, Arnav benar-benar sangat sesak. Bahkan, Arnav melepaskan nya untuk digenggam cowok lain.
Arnav mengetuk-ngetuk kan dahinya ke stir selama beberapa kali, lalu kembali mendongak. "Gue terlalu buruk, gue terlalu pengecut, gue terlalu jahat. Buat Fay yang mahal."
Arnav menarik napas dalam-dalam, tidak ada yang bisa ia perbuat selain mengikhlaskan. Menahan rasa sakit itu, menjalaninya dengan ikhlas.
"Percuma gue pertahankan hubungan gue, ujung-ujungnya tetap sakit." Arnav menghela napas kasar.
"Lebih baik udahin sekarang, sakitnya sekarang. Dibandingkan gue paksaa lanjut, bertahan dan sakit setiap saat."
Senyum tipis terbit di wajah Arnav, senyum yang menyimpulkan banyak rasa sakit. Arnav mengangguk-anggukkan kepalanya, senyumnya tipis semakin sesak rasanya. Rasanya sudah mantab dengan keputusannya.
"Fay berani ambil keputusan ini, gue juga harus berani lepasin dia."
•••🖤•••
Aditya memalingkan wajahnya dari obrolan Bayu dan Kamal, membiarkan keduanya tertawa. Perhatiannya di curi oleh Aknan, melirik cowok itu yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya. Matanya mencuri pandang di layar ponsel, tapi Aknan yang mengetahui aksi Aditya langsung mematikan ponselnya.
"Apa lo?" sewot Aknan melirik Aditya sinis, segera menyembunyikan ponselnya.
"Kirain sibuk sama pacar bang," sahut Aditya dengan kekehan kecil.
Aknan geleng-geleng kepala, "gagas pacar aja enggak."
"Cari lah bro."
"Bilang itu ke diri sendiri dulu bro," balas Aknan membuat yang lainnya ikut tertawa mengejek. Aditya menggaruk-garuk kepalanya, melirik Aknan lalu memberikan senyum aneh. Aknan sudah was-was, mulai curiga dengan senyum itu.
"Mau apa?" tanya Aknan langsung pada intinya. Aditya semakin tersenyum aneh, merangkul pundak Aknan.
"Bro, lo ingat Bella kan? Cewek yang di cafe itu," ucap Aditya membuat kernyitan di kening Aknan. Heran, tapi Aknan menjawab dengan anggukan, ingat Bella.
![](https://img.wattpad.com/cover/281360360-288-k15121.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda: Ragatama
Teen Fiction"Lo mahal, Fay. Dapetin lo mahal." "Contohnya dengan mahar helikopter dan sejenisnya. Mahal anjir, istrinya tuan muda," lanjut Raga. •••🖤••• Tentang Tuan muda yang bernama Ragatama, yang kabur saat ditunjuk menjadi CEO oleh ayahnya. Pergi dari ayah...