SELAMAT MEMBACA
•••🖤•••
Sekarang, tanpa ragu-ragu Raga membawa langkahnya memasuki ruangan Fay. Degup jantungnya menggebu-gebu, seolah segera ingin melihat kondisi Fay dan memastikannya sendiri bahwa Fay sudah baik-baik saja. Detik itu juga, senyumnya merekah melihat Fay dengan mata terbuka tapi tampak melamun.
Mendekat, menyentil pelan kening Fay. "Hayo ngelamun."
Lamunan Fay terbuyarkan, sedikit meringis sakit sambil mengelus pelan keningnya. Raga tiba-tiba panik, ikut mengusap-usap kening Fay. Raut panik Raga membuat Fay menahan senyum, dia yang melakukan dia juga yang panik.
"Sakit ya?" tanyanya lirih.
Fay berdesis, "sakit tau."
"Ya lo sih, mikirin apa? Sakit juga ngelamun," omelnya.
"Mikirin lo yang nggak ada kabar."
"Pikir kesehatan lo dulu."
Fay memanyunkan bibirnya, Raga datang membuatnya kesal. Ia pikir, Raga akan sedih seperti Arnav. Nyatanya tidak, tetap menyebalkan. Lalu, Raga duduk di kursi dan kembali mengusap-usap kening Fay lembut.
"Arnav duluan ke sini tadi ya?"
Fay membeo, lalu mengangguk ragu. "Iya kalik."
"Dia habis nangis pasti, sedih lihat lo begini. Makanya, jangan sakit."
Senyum tipis itu tercetak di wajah Raga, dengan tangan tetap mengusap-usap kening Fay. Tatapannya lembut dan hangat, diamnya Fay merasakan itu. Yang semula ia menyimpulkan Raga tidak sesedih Arnav, tapi sorot mata itu memberikan Fay jawaban.
"Gue udah lebih baik, Ga. Jangan khawatir," kata Fay menenangkan Raga.
"Gue bisa ngomong lancar, energi gue mulai kembali, gue mulai sehat. I'm ok!"
Senyum lebar itu tergambar jelas di wajah Fay, Raga senang bisa melihat lesung Fay lagi. Senyum tipisnya ikut melebar, tangannya mulai mengusap pipi Fay. Ia tidak berkata apa-apa lagi, hanya diam dalam keheningan beberapa saat.
Sebelum Fay, menepuk-nepuk kepala Raga. "Ayo nangis aja, sedih aja. Jangan nutupin rapuhnya lo di depan gue."
Fay memberikan ruang untuk Raga mengeluarkan isi perasaannya, mengekpresikan rasa emosional nya. Karena Fay tahu, Raga tidak akan semudah itu menunjukkan bagaimana perasaannya. Tapi sorot matanya, selalu menjelaskan itu.
Fay tersenyum lebar, merentangkan tangannya. Mempersilkan Raga untuk memeluknya. Dalam hitungan detik, Raga langsung mendekap lembut tubuh Fay. Terdiam larut dalam isak tangisnya, yang sudah ia tahan sejak tadi. Raga menangis, memeluk Fay seperti benar-benar tidak ingin kehilangannya.
"Jangan sakit, jangan kayak gini lagi. Gue takut, Fay."
Mengangguk-angguk, menepuk pelan pundak Raga. "Maafin gue, gagal jagain lo."
"No, Raga no." Fay menggeleng pelan. "Nggak begitu, nggak ada istilah lo gagal, Raga."
Fay mendongakkan kepala Raga, menangkup wajah Raga. Mengamati lekat-lekat, Raga yang pertama kali nya menangis di depannya. Mengusap lembut air mata itu sambil tersenyum.
"Lo memperlakukan gue selayaknya ratu, lo sehebat itu, Raga. Lo suami yang keren."
Sentuhan kalimat-kalimat itu benar-benar sampai pada hati Raga, hatinya mulai menghangat. Beradu tatapan sedekat ini dengan Fay, semakin membuat pacu jantungnya berdebar. Raga tidak tahan lagi, perlahan ia mengecup kening Fay.
Lalu mengusap rambutnya, "janji harus bertahan?"
"Gue tahu resiko istrinya Tuan Muda Ragatama, gue siap gue kuat."

KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda: Ragatama
Teen Fiction"Lo mahal, Fay. Dapetin lo mahal." "Contohnya dengan mahar helikopter dan sejenisnya. Mahal anjir, istrinya tuan muda," lanjut Raga. •••🖤••• Tentang Tuan muda yang bernama Ragatama, yang kabur saat ditunjuk menjadi CEO oleh ayahnya. Pergi dari ayah...