72. Kehangatan Pagi

599 30 3
                                    

HAPPY READING

💞💞💞

Malam yang sunyi perlahan mulai menghilang di telan waktu. Dalam kesunyian malam itu pun, Raga masih pada posisinya. Di samping ranjang, duduk termenung di lantai. Fokus pada gadis yang tengah terlelap di atas ranjang. Hingga perlahan sang surya mulai memancarkan sinar nya. Menerobos helaian gorden yang menjuntai panjang, cahaya yang diiringi kicauan burung, menelan kesunyian malam.

Pagi itu tiba, membawa cahaya yang menyentuh beberapa bagian dari bumi. Udara segar yang kembali, memberi semangat untuk setiap insan yang menghirup nya. Bersama harapan baru pula. Namun, hadirnya pagi tak dihiraukan sama sekali oleh Raga. Fokusnya benar-benar tersita pada gadis di hadapannya tersebut.

Lain dengan Fay, tidurnya mulai terusik dengan terobosan cahaya yang masuk. Kicauan burung membuat telinganya bising. Kelopak matanya pun mulai mengerjap, dengan perlahan terbuka. Menyambut pagi yang cerah dengan garis senyum tipis. Iris mata cantik itu menyapu sekitar, sampai bola matanya beradu tatap dengan sepasang bola mata hitam.

"Raga?" lirihnya.

Suara lirih itu masuk dengan lembut pada gendang telinga Raga. Seakan tersadar, cowok itu langsung mengerjapkan matanya sembari berdehem. Lalu memalingkan wajah nya.

Fay mengambil posisi duduk, "lo semalaman di situ?"

"Iya kalik," sahutnya cuek.

"Lo nggak tidur?"

Raga menoleh, "gue tidur."

"Iya kah?"

"Iya, gue kalau tidur matanya terbuka emang."

Mendengar jawaban yang tidak masuk akal tersebut membuat Fay terkekeh kecil. Ia menyibakkan selimut nya, menurunkan kaki nya. Menghadap Raga yang masih duduk seperti posisi awalnya.

"Lo bisa tidur di sofa padahal kalau nggak mau di samping gue."

"Kalau gue mau, gue juga bisa tidur di kamar lain. Rumah ini besar, kamar banyak."

"Kumat lagi songongnya!" Fay geleng-geleng kepala dengan kekehan nya, "terus kenapa nggak tidur?"

"Gue tidur. Tidur nggak harus selalu merem kan?"

"Mana ada."

"Ada, cuma orang pilihan yang bisa lakuin itu," katanya lalu berdiri, berjalan hendak pergi.

"Bilang aja mau sama gue, kangen kan?"

Langkah Raga langsung terhenti, ia berbalik badan dengan kening berkerut. "Apa? Coba ulangi!"

"Lo kangen gue," ulangnya dengan senyum terlukis indah di wajahnya, menampilkan lesung pipinya.

Manik mata Raga menangkap objek indah itu, sudah lama ia tidak melihat garis indah di wajah gadis itu. Di tambah lesung pipi nya, sebuah objek indah yang menyita fokus Raga. Namun detik berikutnya, Raga seakan tersadar. 

Berdecih, "pengen banget apa dikangenin gue?"

"Iya, pengen banget!" sahut Fay dengan lantang tanpa ragu. "Gue kangen banget soalnya."

Mendengar jawaban tegas itu membuat Raga terdiam, indra penglihatan nya dengan lekat menatap Fay. Seketika ia merasa seperti mendapatkan sentilan di jantung nya, membuat jantungnya berdegup tidak normal. Ia terpana dengan kecantikan itu, serta kalimat yang baru saja lantang di ucapkan.

Fay tertawa kecil, turun dari ranjangnya. "Sampai diem gitu, kenapa?"

Langkah kaki Raga mundur selangkah, lalu memalingkan wajahnya. "Kaget aja, lama nggak ketemu lo--"

Tuan Muda: RagatamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang