11. Raga Mengatakannya

588 29 2
                                    

HAPPY READING ALL📍

•••🖤•••

Suasana ramai bukan hanya terjadi di pasar saja, bahkan di kampus pun sama ramainya. Koridor kampus sangat ramai mahasiswa lalu lalang, entah menuju kelas, kantin, perpustakaan atau bahkan tempat lainnya yang ada di kampus.

Sama halnya dengan gadis berambut panjang yang digulung ke atas,  cardigan serta rok selutut yang terpasang cantik di tubuhnya. Melangkahkan kakinya menuju kelas, dengan tas yang ia selempangkan.

Dari kejauhan seseorang berlari mendekatinya, mengalihkan atensi Fay. "Fay, tumben telat."

"Males jadi anak rajin," sahut Fay melanjutkan jalannya, diikuti oleh Alya yang tadi berlari menghampirinya.

Alya memukul pelan lengan Fay dengan kekehan kecil. "Dicariin pacar lo tuh, gih sana."

Fay menatap Alya, berpikir sejenak lalu mengangguk, menepuk-nepuk pundak Alya, tersenyum. "Ya, terimakasih."

Alya mendesis mendengar jawaban formal dari Fay. Tanpa mempedulikan Alya, Fay berlari menuju kelasnya dengan cepat. Arnav pasti di kelasnya, menunggu dirinya di sana. Fay sudah hafal itu.

Langkah cepatnya membawa ia cepat sampai di kelasnya, melihat meja tengah yang di duduki Arnav. Tersenyum mendekatinya, melihat Arnav membaringkan kepalanya di atas meja, memejamkan matanya.

Fay mengelus-elus rambut Arnav dengan lembut, membungkuk kan badannya. Melihat Arnav yang perlahan membuka matanya. "Hai, ganteng."

Arnav tersenyum lebar melihat Fay setelah membuka matanya, menikmati elusan lembut dari Fay. "Lama."

Fay tertawa kecil, menepuk-nepuk pelan pipi Arnav dan berdiri, dibarengi Arnav yang mengangkat kepalanya. Mengusap-usap wajah dan rambutnya.

"Tidur di elus-elus, bangun lihat cewek cantik. Gue tidur maupun bangun tidur kek orang nggak punya kehidupan," celetuk Sandi di mejanya dengan wajah masam.

Seisi kelas menertawakan nya, Amel menendang kaki Sandi dengan wajah cemberut. "Nyindir pacar sendiri?"

"Tuh, mana ada lembut? Kasar gini, pacar ditendang-tendang," sahut Sandi mengusap-usap kaki nya.

Fay dan Arnav tertawa melihat itu, dijadikan bahan pembicaraan di kelas seperti ini sudah biasa. Meski mereka beda kelas, tapi Arnav sudah akrab dengan teman-teman sekelas Fay.

"Cium aja, Mel." Bella memberikan saran sambil memakan permen coklatnya.

"Nggak sudi. Mulutnya bau," sahut Amel dengan santainya. Sandi langsung memukul lengan Amel dengan wajah kesalnya, sekarang Amel yang dibuat meringis kesakitan. 

"Layak banget buat diputusin," sahut Sandi kembali duduk di tempatnya.

"Putus aja sana, nyakitin aja." Amel menendang pelan kaki Sandi lagi, memutar badan membelakangi Sandi dengan wajah cemberut. Sandi langsung berdiri dengan panik, menatap wajah Amel dari samping.

Tertawa melihat raut cemberut Amel, memeluknya sembari mengusap-usap lengan Amel yang tadi ia pukul. "Yaampun iya maaf ih. Ditunda aja putusnya, sakitnya belum seberapa kan?"

"Jauh-jauh lo!" usir Amel menepis Sandi dengan kesal, Sandi tertawa kecil. Semakin memeluk Amel erat dari belakang. Tidak peduli sorakan seisi kelas.

"Baru sambat udah mesra-mesraan halah," sindir Kanaya dengan kesibukannya sendiri, yang tengah  berkutik dengan buku-bukunya.

"Dia gelut ujung-ujungnya peluk. Gue gelut ujung-ujungnya bonyok iya," sahut Bagas si ketua kelas, yang kerap dipanggil 'bagong' oleh anggota kelas lainnya. Dikarenakan badannya yang berisi dan suka makan.

Tuan Muda: RagatamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang