SELAMAT MEMBACA
•••🖤•••
Selama hampir 3 hari Fay betah di rumah sakit, mengistirahatkan dirinya di sana, memulihkan tubuhnya. Raga juga yang masih betah menjaga dan menemani Fay, semalaman berjaga terus, hingga tubuhnya benar-benar sangat kelelahan. Bahkan, sekarang ia ketiduran di sofa dengan posisi tengkurap.
Fay yang terbangun, menyaksikannya posisi tidur Raga. Memperhatikan raut letih Raga, hendak menghampiri tapi rasanya tidak punya tenaga. Hanya terus melihat wajah Raga, sambil berpikir.
"Dia kecapekan banget pasti, ditambah ngejagain gue terus. Padahal dia juga butuh istirahat," gumam Fay.
Sayu-sayu manik matanya terus memperhatikan wajah penuh kelelahan itu. Hati Fay tersentuh, tapi sejenak ia menarik napas dalam-dalam, mengingat sesuatu hal yang mengganjal.
"Gue kok bisa-bisanya berpikir kembali lagi ke Arnav sih?"
Bayang wajah Arnav mengganggu pikirannya, hatinya juga mulai terusik lagi. Keyakinan nya mulai goyah kembali, apalagi perasaannya yang diakui juga masih ada untuk Arnav.
Bergumam, "perasaan sulit diatur. Gue baru tahu, sedalam itu Arnav sayang sama gue."
"Tapi Raga?" Di sisi itu, Fay juga mengakui perasaannya pada Raga. Perasaan yang mulai tumbuh, tapi mulai goyah karena keusikan dari Arnav.
"Perjuangan dia buat gue juga nggak remeh. Cara dia mencintai gue sejak dulu, itu hal yang berharga."
Beradu lagi pikiran dan hatinya, meributkan tentang dua cowok yang sama-sama memiliki effort nya masing-masing. Tidak bisa untuk dibandingkan, tapi tidak bisa juga untuk memilih keduanya. Menyadari, permasalahannya bukan pada mereka.
"Masalahnya, ada apa sama perasaan gue? Kenapa harus bimbang? Padahal, posisinya sekarang, gue istri sahnya Raga."
Benar, status Fay sekarang sudah berubah. Sah menjadi istri Raga. Memang seharusnya tidak ada lagi kebimbangan, pengakuan Arnav tidak seharusnya menggoyahkan Fay. Tapi, perasaan Fay masih terikat dengannya.
"Harusnya, gue nggak ragu untuk mencintai Raga dan mengakhiri perasaan gue dengan Arnav."
Walau hubungan itu telah berakhir, tetap tidak akan ada artinya jika perasaan itu masih saling terikat. Sekecil apapun rasa itu, tetap masih ada. Dan itu, tetap akan menjadi hambatan untuk memulai hubungan dengan orang baru.
Fay, harus memutuskan perasaan itu.
•••🖤•••
Setelah semalaman bersiteru dengan pikirannya, menghabiskan banyak energi. Tubuhnya perlu diisi banyak energi baru, seperti hal nya sarapan. Pagi harinya ia mulai dengan sarapan sup bubur ayam, dengan beberapa makanan khas rumah sakit.
Bukan Fay jika tidak menyisakan makanan, menyodorkan mangkuk itu di hadapan Raga. Raga yang menopang dagu mengerjapkan matanya, menerima mangkuk itu dengan heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda: Ragatama
Ficțiune adolescenți"Lo mahal, Fay. Dapetin lo mahal." "Contohnya dengan mahar helikopter dan sejenisnya. Mahal anjir, istrinya tuan muda," lanjut Raga. •••🖤••• "Badan lo nggak nyaman di peluk, Raga. Lepas." "Badan gue nyaman buat dikelonin tapi. Mau?" •••🖤••• Tentan...