71. Malam, Bulan, dan Matahari

562 31 2
                                    

HAPPY READING KALIAN SEMUA

•••💞•••

Angin berhembus dengan kencang, meraba ke setiap sudut ruang yang ada. Angin kencang tak terarah, mengikuti laju roda yang berputar begitu cepat, berpacu dengan mesin yang semakin lama semakin melaju cepat. Hawa dingin mulai menusuk ke dalam tubuh si pengemudi, yang bahkan tak peduli seberapa dingin malam ini. Hati nya mungkin jauh lebih dingin, tak ada lagi kehangatan di dalam nya. Hanya ada sisa-sisa amarah, rasa kecewa juga cinta nya yang entah bagaimana nasibnya?

Arah angin benar-benar berhembus kesana-kemari, tak tentu arahnya. Sama halnya seperti Raga dengan pacuan motor yang begitu cepat, melaju tanpa arah yang pasti. Di tengah jalan besar yang masih sedikit ramai. Telapak tangan nya memegang stang dengan erat, mata tajam nya menyorot lurus dengan dingin, kaki nya pun terus menambah pacuan gigi motor nya. Menembus jalanan malam yang dingin.

Jalanan besar ini, bukan hanya milik Raga yang bisa sesuka hati melaju dengan kencang. Raga benar-benar tak mempedulikan keselamatan nya ataupun orang lain. Ada banyak pengguna jalan lain, yang bisa saja ia bahaya kan. Laju motornya tak terkendali, membuat ia yang hendak berbelok malahan menyerempet sebuah motor di belokan itu. Alhasil, kedua motor itu pun sama-sama tersungkur pada aspal kasar ini.

Raga meringis, "sial!"

Tubuh Raga sudah menyatu dengan aspal, bahkan motornya pun meniduri sebagian tubuhnya. Dengan segera Raga berusaha bangun, meloloskan dirinya dari tindihan motor besarnya itu. Ia langsung membuka helm nya, mengamati korban yang bersamanya.

Netra Raga semakin terbuka kala menangkap objek di dekat nya, yang masih terduduk di aspal. Dengan mata nyalang, menatap begitu sengit.

"Nggak becus bawa motor lo!" serunya.

Raga terkekeh kecil, menjulurkan tangan nya. "Disenggol dikit aja jatuh, lemah!"

"Sialan lo!"

Arnav berdecak sembari menerima uluran tangan Raga, ia berdiri dibantu Raga. Ya, ternyata Raga baru saja membuat dirinya dan Arnav menyatu dengan aspal. Arnav segera mendirikan motornya, tak ada yang rusak parah. Arnav dan Raga pun tak ada yang terluka, hanya jatuh biasa saja.

Sesaat, kedua nya menepikan motornya. Memilih duduk di atas motor masing-masing, menghirup angin malam yang menusuk tajam pada rongga hidung. Malam yang dingin mulai sepi, suasana yang di rasa nyaman.

Dalam keheningan itu, Arnav buka suara. "Suka banget sekarang ngebut-ngebutan."

"Segitu di kata ngebut, nggak ada apa-apanya itu."

"Songngong banget!" kesalnya.

Raga kembali terkekeh kecil, kepalanya berputar beberapa derajat. Hembusan napas yang berat, dengan senyum tipis yang masih tersisa di wajah nya. Netra nya mengamati sekitar, ada perasaan gusar di separuh malam yang sunyi. Bukan malam yang membawa sunyi, namun hatinya sudah terlanjur sepi.

Lalu arah mata itu beralih pada objek di samping nya, "malam selalu dingin ya?"

"Nggak juga," jawabnya. "Lemah lo, cowok keluar malam gitu aja kedinginan."

Raga terkekeh, "gue pikir malam dingin karena nggak ada matahari."

"Emang pinter, matahari nggak mungkin datang bersama malam."

"Iya makanya, malam dingin karna nggak ada kehangatan."

Bibir Arnav bergumam lirih, "ada bulan."

"Bulan bisa menghangatkan malam yang dingin? Menggantikan posisi matahari?"

Bola mata Arnav menatap detail netra di sampingnya ini, keningnya berkerut heran. "Ngelantur apa sih? Mabuk lo?"

Si empun yang mendapatkan pertanyaan seperti itu malahan terkekeh sendiri. Dengan hembusan napas panjang, bola matanya kembali menyapu keheningan malam ini.

Tuan Muda: RagatamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang