52. Perubahan Rencana Raga

381 23 2
                                    

SELAMAT MEMBACA

•••🖤•••

Deru napas yang mulai tidak teratur, rahangnya menegang, sorot mata yang tajam dengan langkah tegas yang pasti. Keluar dari ruangan yang sering disebut ruang iblis itu, menuruni banyaknya anak tangga untuk menuju lantai dasar. Tapi, langkahnya yang menggebu-gebu seketika berhenti di tengah jalan.

Di atas tangga, Raga dihadang oleh Bayu dan Arnav. Kehadiran mereka membuat wajah Raga semakin memerah, mulai emosi. Karena tahu, mereka akan menghalangi rencananya.

"Minggir, jangan buat gue juga celakai kalian."

Bayu menengadahkan tangannya, "kasih senjata itu."

"Minggir." Raga mengatakan satu kalimat itu dengan penuh penegasan, aura marahnya terasa.

"Ingat kata lo dulu, lo nggak akan bermain dengan benda-benda seperti ini lagi. Lo nggak akan sekejam itu lagi."

Memberi tahu dengan emosi yang sedikit menyulut, meski begitu Bayu tetap mengingatkan Raga. Memberanikan diri untuk mencegah jika temannya sudah bertindak kurang tepat. Menerapkan salah satu fungsi sahabat, saling mengingatkan.

Tapi meski diingatkan, Raga hanya sekedar ingat ucapannya dulu tanpa mau menaatinya.

Flashback on.

"Tuan muda, Ragatama is back. Bisnis, harta, kekuasaan, otak cerdas, benda tajam." Raga mendongkan kepalanya, terkekeh sinis diakhiri senyum miringnya.

"Gue nggak main kasar lagi," sahut Raga mengangkat satu alisnya. Yang diacuhkan oleh Bayu dan yang lainnya, tahu itu bukan hal yang mudah dipercaya.

Flashback off.

Raga mencebikkan bibirnya, "gue nggak akan kejam. Dengan syarat, Istri gue aman."

Ekspresi wajahnya mengeras, wajahnya tampak menegang mendengar kata demi kata dari Raga. Yang selalu ada penekanan, menyiratkan sebuah kemarahan besar.

"Istri gue diusik, gue bertindak." Lanjutnya.

Bayu berdecak, "oke, sekarang lo mau apa?"

"Bersenang-senang," jawabnya lalu terkekeh sinis. "Gue mau lihat kobaran api besar, mungkin menggambarkan luapan emosi gue."

Mata Bayu menyipit, mulai was-was. "Lo mau ngebom perusahaan mana?"

"Lihat kaki gue melangkah nanti."

"Lo mikir, Ga. Itu akan memakan banyak korban, bahkan yang nggak bersalah."

Raga maju selangkah, "bahkan Fay juga nggak bersalah, kenapa dia jadi korban?"

Mulutnya berkedut, tidak tahu lagi harus menjawab bagaimana. Mengusap-usap rambutnya, sudah mulai pusing. Sama halnya dengan Arnav yang menyimak.

"Nggak waras." Arnav ikut bersuara.

Raga manggut-manggut, "gue emang gila. Bahkan bisa lebih gila."

"Apa lagi?" tanya Bayu sudah pasrah.

"Gue mau mainin satu-satu semua benda ini. Contohnya, pistol, pisau, belati--"

"Berhenti!" Arnav bersuara lantang. "Waras, Raga waras dikit! Jangan kebawa emosi lo!"

"Biarin gue liar!"

"Lo mau tembak pistol itu ke kepala orang, seakan lo mainin pistol air? Lo mau potong-potong tubuh orang, seakan lo memotong daging untuk lo masak? Lo waras!"

Menghirup udara dalam-dalam, lalu senyum "iya, gue mau lihat banyak darah."

"Jangan bego, lo mau celakai siapa aja yang nggak bersalah?!"

Tuan Muda: RagatamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang