HAPPY READING
•••🖤•••
Udara segar terasa menyeruak disekitar ruangan, cahaya-cahaya pun mulai menyinari ruang kamar itu. Membuat mata cantik itu perlahan terbuka. Fay menggosok matanya, menyesuaikan dengan cahaya sang surya. Menoleh ke samping kanan, keningnya langsung berkerut dengan heran.
"Udah bangun dia?" gumam nya bertanya, tidak menemukan Raga di sampingnya.
Melirik jam di atas nakas, sudah menunjukkan pukul setengah tujuh. Fay bergegas bangun dari tidurnya, menguncir rambutnya lalu memberesi kamarnya. Langkahnya mulai menuju ke luar kamar, melihat kondisi di luar kamar.
Bi Ica tengah berjalan membawa keranjang baju kotor ke belakang. Langkahnya terhenti melihat Fay menuruni anak tangga, menyapanya dengan senyuman hangat.
"Aduh aduh, bangun-bangun tetep kelihatan cantiknya ya, Non," puji Bi Ica yang terdengar tulus. Fay dibuat tersenyum malu.
"Ah makasih, Bi." Fay tersipu malu. "Kalau Raga mah nggak mungkin ngomong gitu. Alergi fakta dia, matanya burem kalik, Bi."
"Hahaa tuan muda mungkin gengsi kalik, Non buat muji."
"Iya tu, Bi. Eh tapi, dia di mana, bi?"
"Tuan muda udah dari pagi pergi, Non."
Fay mengernyitkan dahinya heran, "sepagi itu? ke mana, bi?"
"Bilangnya tadi, kalau non nyariin suruh jawab pergi buat ngecek proyeknya. Gitu, Non," jawab Bi Ica seperti apa yang Raga pesan tadi.
Fay diam sejenak, lalu mengangguk-angguk kepalanya. "Iya udah, bi. Tolong buatin sarapan ya, aku tinggal mandi."
"Oke siap, Non!"
Fay memberikan jempol serta senyumnya, berbalik badan menuju kamarnya lagi. Sepertinya ia tidak semangat, tampak begitu lesu. Entah ada apa dengan dirinya.
"Ck, ah cuma belum ketemu Raga doang anjir."
•••🖤•••
Di pagi hari seperti ini jalanan ibu kota tetaplah ramai, lalu lalang orang berangkat kerja ataupun sekolah, atau bahkan kegiatan lainnya. Kemacetan sudah tidak diherankan lagi. Suatu hal yang menguji kesabaran di pagi hari.
Di tengah lalu lalangnya jalanan ibu kota yang ramai, laju mobil Porsche putih itu berhenti tepat di depan gedung yang menjulang tinggi dan besar. Tempat yang ramai pula, dijadikan mereka untuk menimba ilmu.
"Bagus juga kampusnya, gue pindah sini aja kali ya?"
Raga terkekeh sekali, lalu mematikan mesin mobilnya. Segera turun dan menggunakan kacamata hitamnya, mengamati sejenak kampus yang ditempati Fay. Mengangguk sekali, mulai berjalan memasuki area kampus.
Tujuannya untuk mencari kedua teman Fay itu, tapi Raga tidak mengerti harus mencarinya di mana, bahkan kelasnya yang mana. Namun, Tuhan membantunya. Baru beberapa langkah ia sudah dipertemukan dengan 2 orang itu.
"Suaminya Fay ya?"
"Raga? Ngapain ya?"
Raga langsung diserang dengan pertanyaan oleh ke dua teman Fay itu. Menggeleng pelan dirinya. "Sst! Jangan bilang Fay dulu kalau gue main ke sini."
"Ada apa?" tanya Bella.
"Lo mau cari cewek ya di sini, nggak jaga hati lo buat Fay. Baru juga nikah," cerocos Amel dengan ngawur.
Bella langsung menggeplak pundak Amel, melototkan matanya pada Amel. Pandangannya ia alihkan lagi pada Raga.
"Punya istri satu aja bingung mau diapain, ngapain gue nyari cewek. Makin repot," balas Raga menanggapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda: Ragatama
Teen Fiction"Lo mahal, Fay. Dapetin lo mahal." "Contohnya dengan mahar helikopter dan sejenisnya. Mahal anjir, istrinya tuan muda," lanjut Raga. •••🖤••• "Badan lo nggak nyaman di peluk, Raga. Lepas." "Badan gue nyaman buat dikelonin tapi. Mau?" •••🖤••• Tentan...