65. Raga yang Acuh

367 24 3
                                    

SELAMAT MEMBACA YAA

•••

Hari terus berjalan, bumi berputar layaknya tanpa kendala. Siang dan malam saling bergantian, tiada waktu yang berhenti. Begitu pun orang-orang tetap menjalani kehidupan mereka. Tanpa peduli, bagaimana perasaan mereka yang seakan ingin waktu istirahat yang lama. Tetap bertahan di dunia yang semakin tampak kejam.

Fay juga tengah fokus di dalam kelas, mendatangi kampus yang sudah beberapa hari tidak ia kunjungi. Mengurung diri di rumah dan terus meratabi kesedihan juga tidak baik. Fay mencoba kembali menjalani kehidupan seperti biasanya.

"Jadi kan nanti sore?" tanya Dicky setelah merapikan tas nya.

Alya mengangguk, "iya. Di rumah siapa?"

"Fay aja, luas rumahnya pasti."

Fay mendongak ketika mendengar usulan dari Bagas, kemudian ia menggeleng pelan. "Jangan deh, yang lain aja."

"Kenapa? Ada suami lo ya?"

"Gapapa. Di luar aja ngerjain tugasnya," kata Fay tidak mau teman-temannya datang ke rumahnya. Mengingat keadaan rumahnya yang sedang tidak baik-baik saja. Bahkan Fay sendiri tidak betah di dalam rumah itu, ia ingin banyak waktu di luar.

Yang lainnya pun hanya mengangguk menuruti. Kanaya memberikan usul, "di kafe Lamora aja."

"Boleh," sahut Fay dan disetujui lainnya. "Jam berapa?"

"Jam lima aja," jawab Dicky.

Semuanya menggangguk setuju, kemudian satu persatu dari mereka berpamitan pulang. Tersisa Bella dan Amel yang masih menunggu Fay merapikan tas nya.

"Lo belum juga baikan sama Raga?" tanya Bella.

Fay menggeleng, "belum."

"Raga aja bahkan keluar rumah, iya kan?"

Kepala Fay mengangguk sebagai jawaban untuk Amel, "lupain aja. Ayo pulang."

"Jangan lama-lama, selesain masalah kalian itu. Nggak baik loh," nasihat Bella.

Fay menghela napas, "gue aja nggak tahu dia dimana."

Tatapan Fay kembali sendu, keceriaan gadis itu seolah benar-benar terenggut. Sedangkan Bella dan Amel, hanya diam lalu memeluk Fay dari sampingnya. Mengusap-usap lengannya, memberikan sedikit kekuatan pada Fay.

•••

Seperti yang sudah dijanjikan, sore ini Fay dan teman-temannya akan melakukan kerja kelompok untuk tugas mereka. Sebagian dari mereka pun sudah berkumpul di Kafe Lamora. Kurang Fay, gadis itu sedikit telat. Dan pukul 17.15 gadis itu muncul dari balik pintu, napasnya terengah-engah. Fay terlihat terburu-buru sepertinya.

"Ah! Itu mereka," gumam Fay.

Setelah melihat meja yang dikerumin teman-temannya, Fay segera berjalan mendekati mereka dengan tergesa-gesa. Sampai, seseorang tanpa sengaja menabrak pundaknya. Fay sedikit mengaduh sambil memegangi pundaknya.

"Oh, sorry," katanya dingin.

Bahkan sebelum Fay mendongak, ia mengenali suara itu. Ingin memastikan nya, Fay mendongakkan kepalanya. Benar saja, suara berat khas Raga itu ia sangat hafal. Tapi, tatapan tak bersahabat dan nada dingin itu. Seolah mereka tak saling kenal.

Fay mematung, sedangkan Raga memalingkan wajahnya dan kembali berjalan ke meja tujuannya. Mata Fay terus mengamati, hatinya kembali sesak melihat tatapan dingin itu. Tapi ia hanya mampu diam, menahan semuanya.

Fay memalingkan wajahnya, kembali berjalan menuju meja teman-temannya. "Maaf ya, gue telat."

"Gapapa duduk aja, nanti lo yang bayar semuanya tapi," kata Bagas diiringi candaan.

Tuan Muda: RagatamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang