13. Pertengkaran Membosankan

587 31 0
                                    

HAPPY READING^^

•••🖤•••

Wilayah perkotaan memang menjadi pusat yang ramai, berbagai macam hal ada di sana, tempat yang strategis pula. Bangunan-bangunan berdiri menjulang tinggi di sana, jalanan yang mulus dan selalu ramai, orang berlalu-lalang dengan tujuannya masing-masing.

Begitu pula kurang lebih gambaran kota Jakarta, wilayah yang menjadi pusat Ibu Kota Indonesia. Berbagai kafe sudah banyak di sana, banyak para remaja meminatinya. Seperti halnya Fay, Amel, Bella dan juga Sandi yang mengunjungi salah satu kafe yang tengah ramai di Jakarta.

Menyeruput ice americano nya, mengambil tisu dan mengusap pelan bibirnya. "Ngajak jalan, mukanya nggak ngenakin gitu."

Semua mata mengarah pada Amel yang berbicara, lanjut mengikuti arah bola mata Amel yang menatap Fay. Fay mengerutkan keningnya, menunjuk dirinya sendiri, diiangguki yang lainnya dengan singkat. Menghela napas, menggeram kecil lalu menaruh kepalanya di atas meja dengan lesu.

"Beban apa lagi sih yang lo dapat?" Bella menepuk-nepuk pipi Fay, melihat temannya memejamkan mata dengan wajah lesu sedari tadi.

Menggeleng pelan, mengangkat kepalanya dengan menghembuskan napas mantap. "Kayaknya gue perlu ngomong sama Arnav."

"Apa lagi?" Fay mengambil tas selempang nya, berdiri dan tidak menjawab pertanyaan Amel. Mengeluarkan dompetnya, menaruh beberapa uang lembar berwarna merah di atas meja.

Tanpa sungkan Sandi mengambilnya, dengan senyum senang. "Peka banget mau traktir."

Amel memukul lengan Sandi, merebut uang itu dan menaruhnya kembali di atas meja. "Tangan lo suka banget main nyomot gitu."

"Bersyukur Fay traktir, gue cuma ambil buat dijaga. Ntar gue bayar ke kasir elah."

"Ya setidaknya nunggu, Fay pergi. Basa-basi kek." Sandi memutar bola matanya malas.

"Ribet banget punya pacar satu." Amel berdecak kesal, memberikan kembali uang itu ke tangan Sandi dengan kesal. Sandi geleng-geleng kepala, melihat Amel buang muka.

Mengacak-acak rambutnya dengan menggeram kecil, memukul pelan lengan Amel. "Ngajak ribut ujung-ujungnya lo yang ngambek."

Amel tidak menjawab, duduk membelakangi Sandi dan asik menyeruput ice nya. Sandi tertawa kecil, mengacak-acak pelan rambut Amel yang sedang ngambek.

Bella memalingkan wajahnya, tidak mau melihat drama 2 orang itu. Serius menatap Fay. "Ada masalah apa?"

"Masalahnya nggak jauh-jauh kayak dulu," jawab Fay bernada lesu.

"Dikenalin ke orang tua?" tebak Bella yang diangguki Fay seadanya. Bella ikut menganggukkan kepalanya, mengusap-usap lengan Fay dengan senyum memberikan semangat.

Bella berdiri, mengambil uang Fay yang dipegang Sandi. Mengembalikan nya pada Fay lagi. "Cabut ya cabut aja. Kurcaci ini biar gue urus."

"Sembarang dikatain kurcaci," protes Sandi, Fay dibuat tertawa kecil.

"Emang Bellanjing," timpal Amel menambah ucapan Sandi. Bella tidak peduli, berjalan menuju kasir untuk membayar, sedangkan Fay langsung pergi.

Bella mengantri sejenak, diantara 2 cowok yang sedang membayar juga. Satu cowok sudah selesai membayar, tapi saat giliran cowok selanjutnya, cowok itu menoleh ke belakang. Memberikan ruang agar Bella dahulu.

"Lo dulu." Bella menyipitkan matanya heran, menunjuk dirinya sebagai tanda tanya. Cowok itu tersenyum kecil sembari mengangguk.

Bella ikut tersenyum canggung, lalu maju selangkah untuk membayar. Setelah menyelesaikannya, menoleh ke cowok itu. "Eh, makasih kesempatannya."

Tuan Muda: RagatamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang