HAPPY READING
•••🖤•••
Raga melajukan mobilnya dengan kalang kabut, ia langsung ke bandara. Di sana ia hanya menunggu Bu Ana yang mengambil paspor dan barang penting lainnya, tapi koper dan pakaiannya ia tinggal. Tidak peduli itu, fokusnya hanya pada Fay saat itu. Laptopnya pun tetap menyala, merecord video call itu.
Duduk tidak sabaran menunggu jam terbangnya, pikirannya mengkacau. Terus mencoba menghubungi orang rumah sambil berdoa untuk keselamatan Fay.
"Argh! Yaallah tolong," lirihnya mengigit bibir. Tidak tenang sama sekali, apalagi tidak ada kabar pasti dari orang rumah. Dan cctv juga mati, Raga tidak bisa cek. Itu benar-benar membuat Raga semakin frustasi.
Berdecak kesal, "lama banget sih. Tau gitu gue bawa pesawat pribadi, sial!"
Terus mengumpat dan mengeluh, pikiran nya sedang tidak tenang. Berkali-kali meraup wajahnya dengan kasar, menjambak rambutnya berkali-kali. Sekarang, menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan nya perlahan.
"Astagfirullah astagfirullah," mulai berdzikir.
Karena Raga tahu, ia butuh ketenangan dan memohon pada Illahi untuk keselamatan Fay. Meski ia jauh dari Fay, tapi Tuhan selalu dekat dan membersamai nya. Raga percaya itu, Tuhan nya akan menolongnya.
•••🖤•••
Di dalam rumah yang begitu megah, tapi sunyi. Orang itu bersama anak buahnya saling berpencar, mencari apa yang ingin ia miliki. Kondisi rumah yang mendukung, membuat mereka leluasa. Kesana-kemarin, menggeledah dengan teliti. Sedang, orang itu hanya mengamati.
Tapi tiba-tiba, suara gemuruh dari luar membuat orang itu terkejut. Berdiri dari duduknya, melihat anak buah lainnya berlari dengan panik. Semuanya mulai berjaga-jaga.
"Kenapa? Ada apa?"
"Di depan ada beberapa bodyguard bersama dua gadis dan satu laki-laki," ujarnya panik.
Orang itu mengernyit heran. "Siapa?"
"Tidak tahu."
"Bukan kah kalian sudah memastikan Arnav, Bayu dan teman-temannya yang lain tidak akan bisa menolong Istri Tuan Muda itu?"
Anak buah itu mengangguk, "benar. Yang lainnya sudah mengamankan mereka."
"Tapi kenapa ada bodyguard? Suruhan siapa?!"
"Anda tidak hanya menghadapi Tuan Muda, tapi bersangkutan pula dengan Tuan Raymond."
Orang itu membulatkan matanya, sedikit terkejut. Berpikir sejenak, lalu menyunggingkan senyum miring. Melipat kedua tangannya di depan dada.
"OK, kalau mereka mau ikut campur. Libatkan nyawa mereka!" titahnya.
Anak buahnya saling tatap, mengangguk lalu saling mengeluarkan pisau masing-masing. Mulai berjaga-jaga di setiap sisi, orang itu semakin tersenyum lebar saat melihat Amel, Bella dan Sandi masuk bersama beberapa bodyguard.
Orang itu berbisik pada salah satu anak buahnya. "Tetap cari brangkas itu!"
Kemudian, beberapa anak buahnya berpencar dan ada yang masih tetap di sana sambil mengarahkan pisaunya. Amel menelan ludahnya, nyalinya semakin menciut, berlindung di balik badan Sandi.
Sandi menoleh ke belakang, "selamatin Fay, tapi jaga diri baik-baik."
"Gue takut, gue juga takut lo kenapa-kenapa, San."
"Gue lebih takut lo terluka di sini, Sayang." Sandi mengeratkan genggaman tangannya, mencoba meyakinkan Amel.
Menarik napas dalam-dalam, dengan yakin ia mengangguk. Amel menggandeng tangan Bella, tanpa melepaskan genggaman tangan Sandi.
![](https://img.wattpad.com/cover/281360360-288-k15121.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda: Ragatama
Teen Fiction"Lo mahal, Fay. Dapetin lo mahal." "Contohnya dengan mahar helikopter dan sejenisnya. Mahal anjir, istrinya tuan muda," lanjut Raga. •••🖤••• Tentang Tuan muda yang bernama Ragatama, yang kabur saat ditunjuk menjadi CEO oleh ayahnya. Pergi dari ayah...