HAPPY READING 💜
•••🖤•••
"Duduk pojok aja," ucap Raga menunjuk meja di pojok ruangan dekat jendela. Fay mengangguk, berjalan mengikuti langkah Raga. Duduk berhadapan di sana. Fay mengamati sekitar, banyak yang duduk bersama pasangannya.
Menundukkan kepalanya, Fay merasa sedang selingkuh sekarang ini. "Jalan sama teman nggak salah kan? Enggak, nggak salah, Fay."
Mengangkat kepalanya, senyum kecil setelah menjawab pertanyaannya sendiri di dalam hati. Membuka buku menu, "coklat panas aja deh satu."
Raga menatap Fay, mengangguk sekali. "Oke. Gue ice coffe aja deh. Gue pesen dulu."
Raga mendorong kursinya ke belakang, memberi ruang untuk berdiri. Tapi tiba-tiba Fay ikut berdiri dan menahan pergerakan Raga. "Gue aja, gue yang pesenin."
Raga terbengong sejenak, lalu mengangguk menurut dan kembali duduk. "Oh okey. Bagus, gue bisa urus kerjaan dulu."
Fay menatap Raga yang kembali duduk dan fokus pada ponselnya sekarang ini. "Kerjaan?"
Raga mendongak sejenak, lalu kembali menatap ponselnya. "Gue kan udah selesaiin S2, udah ada jabatan dan otw pegang saham."
"Lo wisuda duluan?" Raga hanya berdehem sebagai jawaban. "Lo sekarang lanjut S3? Sambil jalanin kantor?"
Raga menaikkan pandangannya menatap Fay, terlihat antusias memberi Raga pertanyaan. "Iya. Keren kan? Bisa selesaain S2 dengan baik dan cepet. Udah gitu kerjaannya gokil lagi." Raga mulai sombong.
Fay tersenyum kecut, jenuh dengan sifat Raga ini. "Mau nyangkal, tapi lo langsung tunjukkin pembuktian."
Raga tertawa kecil. "Iyalah. Denger ya, semakin tinggi pendidikan gue, semakin tinggi jabatan gue. Semakin tinggi jumlah transferan duit buat lo nanti."
"Ih kok gue?" Fay mulai berdesis kesal.
"Ya duit suami kalau bukan buat istri buat siapa lagi? Anak juga belum buat, Fay." Fay memukul lengan Raga, tatapan sengit, wajah sinis dan bibir bawahnya yang maju kembali terlihat.
"Sakit, Fay."
"Biarin. Omongan lo makin ngaco. Kita nggak nikah, apalagi pembahasan lo sampai ke anak." Raga geleng-geleng kecil dengan omelan Fay, tidak kembali menatap Fay lagi, fokusnya tertuju pada ponselnya. Hanya tertawa kecil dengan kelakuan gadis itu.
Fay mengembuskan napas dengan kesal, kembali duduk sembari melipat kedua tangannya. Raga mendongak lagi dengan helaan napas. "Sana pergi pesen."
"Ah Iya lupa." Fay berdiri dengan kesal, mulai berjalan untuk memesan.
Raga benar-benar mengarahkan semua fokusnya pada ponselnya, mengotak-atik isi ponselnya, entah pekerjaan apa yang tengah ia perbuat. Tidak ada laptop, ia bisa memanfaatkan ponsel. Bahkan diluar seperti ini, ia tetap bisa bekerja. Entahlah kerja yang dilakukan Raga saat ini mengurus kuliahnya atau kantornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda: Ragatama
Teen Fiction"Lo mahal, Fay. Dapetin lo mahal." "Contohnya dengan mahar helikopter dan sejenisnya. Mahal anjir, istrinya tuan muda," lanjut Raga. •••🖤••• "Badan lo nggak nyaman di peluk, Raga. Lepas." "Badan gue nyaman buat dikelonin tapi. Mau?" •••🖤••• Tentan...