HAPPY READING
•••
Pagi itu, sang Surya menampakkan sinarnya yang terang. Memberikan cahaya untuk kehidupan di muka bumi. Namun, tidak semua orang menyambut cahaya sang surya itu dengan perasaan bahagia. Ada juga, yang menyambut paginya dengan mata sembab.
Seperti hal nya Fay, semalaman mengurung diri di kamar dan menumpahkan banyak air matanya. Meluapkan semua emosi dan rasa sakit hatinya. Di pojok kamar yang gelap, ia rapuh. Sedangkan Raga, tak tahu kemana perginya.
"Ah, pusing banget." Fay memegangi kepalanya, terasa sakit akibat tidak makan semalaman dan terus menangis.
Setelah keluar kamar ia bertemu dengan Bi Ica. "Raga kemana, bi?"
"Dari semalam belum pulang, Non."
Fay terdiam sejenak, ia yakin Raga tidak akan pulang setelah keributan itu. Ia sendiri juga masih terbawa emosi.
Bi Ica menepuk pelan pundak Fay. "Sarapan dulu, Non. Jangan dipikirin, nanti Tuan Muda juga pulang."
Fay tersenyum hangat sambil mengangguk. "Makasih, bi. Bi Ica juga jangan lupa makan."
"Siap, Nona."
•••
Di sisi lain, ada Raga yang tengah berada di sebuah apartemen. Dimana tempat itu sudah sangat berantakan, semua barang-barang berserakan. Semalaman tempat itu diamuk Raga tanpa ampun, bahkan tubuh Raga pun penuh lebam. Akibat dirinya memukul samsak sembarangan, bahkan dinding pun ikut ia pukul.
Cara Raga melampiaskan semua rasa sakit dan emosinya. Memilih menjauh dari gadis itu dahulu, takut ia menyakitinya.
"Shit!" umpatnya berkali-kali.
Pagi ini sangat kacau, ia bahkan tidak mempunyai semangat untuk memulai harinya. Pikirannya kalang kabut. Tapi, Raga tetap memaksakan diri untuk pergi ke kantor, ia juga harus menyelesaikan kuliahnya. Ia tidak mau pekerjaan dan pendidikan nya berantakan hanya karena perempuan.
Meraup wajahnya kasar. "Berani lo buat gue kacau, Fay."
•••
Hari ini Fay juga ada kampus, meski kondisinya sedang tidak baik-baik saja ia tetap berangkat ke kampus. Ia tidak menggunakan mobil, tapi ia ingin menggunakan motor. Motor metic tentunya. Mencoba menikmati hembusan angin sejuk, setidaknya menenangkan dirinya.
Fay pikir dengan menggunakan motor ia akan terhindar macet, nyatanya tidak. Sekarang saja ia tetap terjebak macet. Tapi karena ia menggunakan motor, ia bisa menyalip-nyalip dengan pelan. Sampai ia tidak bisa menyalip lagi karena truk besar di depannya.
"Ah, kenapa selalu macet? Gue mau healing pakai motor padahal," katanya.
Fay mengamati sekitar, banyak sekali mobil-mobil yang pastinya membuat lalu lintas menjadi padat. Tapi, satu mobil menyita perhatiannya.
"Raga?" gumamnya melihat seorang pengemudi di salah satu mobil, kacanya terbuka. Raga juga menoleh ke arah Fay, tapi hanya sejenak kemudian Raga membuang muka acuh. Seakan tidak mengenali Fay sama sekali.
Melihat Raga yang acuh, Fay juga ikut-ikutan mengalihkan pandangannya. Mereka sama-sama masih dalam emosi dan amarah masing-masing. Sekedar untuk bertatapan saja keduanya enggan.
"Woi mbak! Maju!" teriak seorang pengemudi sambil mengtlakson mobilnya.
Fay sedikit terkejut, dengan tiba-tiba ia tancap gas. Karena tidak siap dan kurang fokus, membuat motor Fay menabrak belakang mobil seseorang alhasil ia sendiri pun terjatuh.
"Aduh! Sakit!" keluhnya dengan tersungkur.
Beberapa orang langsung keluar mobil untuk menolong Fay. Membantu Fay berdiri juga motornya. Membawa Fay ke tepi jalan, tapi Fay sama sekali tidak melihat Raga. Cowok itu tetap melajukan mobilnya, tanpa peduli dirinya yang terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda: Ragatama
Teen Fiction"Lo mahal, Fay. Dapetin lo mahal." "Contohnya dengan mahar helikopter dan sejenisnya. Mahal anjir, istrinya tuan muda," lanjut Raga. •••🖤••• "Badan lo nggak nyaman di peluk, Raga. Lepas." "Badan gue nyaman buat dikelonin tapi. Mau?" •••🖤••• Tentan...