70. Bertemu Orang Tua

408 19 1
                                    

HAPPY READING, AKU USAHAKAN UPDATE CEPAT YAA 💞

•••🖤•••

Tatanan kursi dan meja tersusun rapi di sudut ruangan, dinding-dinding dihiasi bingkai foto indah. Juga TV berukuran besar yang terpajang di dinding itu. Karpet bulu halus yang ada di bawah meja, dengan beberapa vas bunga pun mempercantik ruangan ini, memperlihatkan ruang keluarga yang begitu nyaman.

Dengan langkah perlahan membawa nampan, Mbok Asih duduk berjongkok di depan meja. Perlahan menurunkan minuman dari nampan nya. Tersenyum ramah mempersilakan ketiga orang yang tengah duduk bersama itu untuk meminumnya.

"Silahkan dinikmati," katanya.

Bu Nadin tersenyum, "terimakasih, Mbok."

"Sama-sama, Nyonya. Saya permisi ke belakang."

Mbok Asih pun segera berdiri dan kembali ke dapur. Pak Rangga mengambil secangkir teh nya, menyeruput nya sejenak lalu menatap Raga yang masih saja diam.

"Kamu kok datang sendiri, apa Fay tidak mau ikut?"

"Nggak mau ketemu Papa itu," sahut Bu Nadin sembari bercanda.

Raga terkekeh kecil, "aku memang nggak ngajak, Pa, Ma."

Mendengar jawaban Raga membuat kening Pak Rangga dan Bu Nadin berkerut, kedua nya saling bertatap muka sejenak. Lalu Pak Rangga menaruh secangkir teh nya, ia menatap Raga dengan lekat. Melihat raut wajah Raga yang terlihat masam. Mengamatinya nya, dapat di simpulkan Raga sedang tidak baik-baik saja.

Pak Rangga menepuk pelan pundak Raga, "ada kendala apa dalam rumah tangga kalian?"

Kepala Raga perlahan mendongak, mata nya yang sayu saling beradu tatap dengan Pak Rangga. Mulut Raga masih diam, ia belum berani untuk berbicara. Hati nya masih terasa berat, Namun meski begitu ia memberanikan diri untuk mengatakan semuanya pada mertuanya. Biar bagaimanapun, keputusan besarnya ini harus diketahui semua pihak keluarga.

Raga tersenyum getir, "Raga minta maaf, Pa. Raga nggak bisa mengemban tanggung jawab atas anak gadis, Papa."

"Memangnya apa yang salah? Bicara sama kami."

Menelan ludah nya sejenak, Raga menarik napas dalam-dalam. Mengumpulkan banyak keberanian, lalu mengembuskan napas perlahan. Mata Raga beralih menatap Bu Nadin, tatapan sendu dan penuh khawatir dari perempuan paruh baya itu. Raga tidak tega, tapi ia mencoba membuka mulut dengan berani.

Sekali hembusan napas, "maaf, Raga ingin menceraikan Fay."

Kalimat yang sudah Raga susun dan dengan berani ia lontarkan. Tentu saja membuat Pak Rangga dan Bu Nadin terkejut. Tangan Pak Rangga langsung lemas, terlepas dari pundak Raga, ia menatap Raga tak percaya. Bu Nadin pun menutup mulutnya terkejut, mata nya terus memandang Raga dengan perasaan campur aduk. Raga hanya mampu menunduk, ia tidak kuat melihat mertuanya.

Pak Rangga geleng-geleng kepala pelan, "tapi kenapa? Permasalahan apa sampai harus ada perceraian di antara kalian?"

"Apa Putri Mama membuat kesalahan besar, Nak?" tanya Bu Nadin dengan lirih.

Raga langsung mendongak, ia menggenggam kedua tangan Bu Nadin lalu menggeleng. "Bukan seperti itu, Ma."

Air mata di mata Bu Nadin tanpa izin keluar begitu saja. "Lalu kenapa Putri Mama kamu ceraikan?"

Hati Raga terasa sakit, melihat Bu Nadin menangis seperti ini. Ia tidak suka melihat nya, sama seperti ia tidak suka melihat Fay menangis. Jemarinya pun perlahan mengusap air mata Bu Nadin, Raga tersenyum getir.

"Raga minta maaf, benar-benar minta maaf," lirih nya.

Pak Rangga menghela napas, lalu mendekati Bu Nadin dan mendekapnya dalam pelukan. Memberikan usapan hangat di pundaknya, mencoba menenangkan Bu Nadin. Raga melihat nya dengan sendu.

Tuan Muda: RagatamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang