HAPPY READING
•••🖤•••
Setelah mencuci muka, Raga tidak perlu repot-repot lainnya, dia hanya membuka kaos abu-abunya lalu mengganti celana menggunakan sarung. Bergegas menghampiri Fay yang sudah ada di tempat tidur.
"Loh? Baju dinas merahnya nggak dipakai, Neng?" Goda Raga.
Acara rebahan Fay terusik, mencubit perut Raga untuk kesekian kalinya, hanya membuat Raga terkikik. Apalagi kali ini ia mencubit perut Raga yang tidak terlapisi baju. Mendongak, melihat Raga yang tidak berbaring di sampingnya tapi malah duduk menyender.
"Kenapa lihatin?" Mata Raga langsung turun, menatap Fay.
Menggeleng pelan, "membuat mata gue berfungsi aja, untuk melihat."
Tawa kecil lagi dari Raga, melihat raut tenang Fay saat sudah kehabisan energinya. Pandangan Raga mengarah pada ponselnya, tapi tangan kirinya mengusap-usap kening Fay.
"Apa sih fungsi tangan lo gini?" tanyanya, tanpa menepis tangan Raga.
Menoleh, dengan tidak peka lalu menarik tangannya. "Yaudah kalau nggak mau."
Raga tidak memperhatikan Fay lagi, membiarkan gadis itu. Kedua tangannya dengan lincah diatas layar ponselnya dan arah matanya sangat fokus. Kelelahan di hari ini, akan Raga akhiri dengan bermain game sejenak.
Fay memperhatikan Raga yang sibuk lagi dengan game nya. "Game lagi, game terus."
"Katanya, bukan cewek yang cemburunya sama game," balas Raga tanpa menatap.
"Bukan poin itu nya, tapi lo tadi udah nge-game Raga."
"Kapan?"
Berdecak, "tadi siang."
Raga lupa, tadi siang ia berkata ngegame padahal nyatanya tidak. Ia sibuk bekerja mencari data si oknum Z. Tapi biarlah, Fay tidak perlu tahu itu.
"Kan ngegame nggak ada batasnya dong," balas Raga dengan nyenyir.
Memutar bola matanya jengah, sekalian berbalik badan. Fay tidak mau meladeni Raga lagi. Energi nya sudah terkuras, memilih ingin menutup harinya ini dengan tidur segera.
"Bentar, dikit lagi, tanggung."
Raga tahu Fay masih menunggunya, tidak mungkin gadis itu langsung tidur begitu saja.
"Lanjutin aja"
"Oke, tidur duluan aja," ucap Raga dengan tidak pekanya.
Fay menggeram kesal dalam diam, tidak mengerti dengan perasaan kesalnya ini, Fay heran. Kenapa juga ia harus menunggu Raga? Mencoba tidak peduli pada Raga yang sibuk bermain game, tapi tiba-tiba dering telpon membuat Fay tidak jadi memejamkan matanya.
"Asem! Kalah!" umpat Raga, kalah karena gangguan telpon.
Dalam diam Fay terkekeh, mengumpat pelan, "mampus."
"Kenapa telpon semalem ini, Vit?" Suara Raga memulai pembicaraan.
Fay seketika terdiam, memasang telinga baik-baik untuk menguping. Sudah bisa menebak siapa yang menelpon itu. Entah kenapa perasaannya menjadi gerah. Ada apa ini?
"Ah gitu, sorry gue nggak bisa balik kantor tadi."
"Gapapa, Ga. Bersyukur gue bisa ngehandle meeting tadi."
"Sip sip! Lo bisa diandalkan, best sektretaris lah," puji Raga diiringi sedikit kekehan.
Berdecih mendengarkan obrolan itu, tapi Fay hanya bisa diam mendengar pujian itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda: Ragatama
Teen Fiction"Lo mahal, Fay. Dapetin lo mahal." "Contohnya dengan mahar helikopter dan sejenisnya. Mahal anjir, istrinya tuan muda," lanjut Raga. •••🖤••• "Badan lo nggak nyaman di peluk, Raga. Lepas." "Badan gue nyaman buat dikelonin tapi. Mau?" •••🖤••• Tentan...