SELAMAT MEMBACA
•••🖤•••
Dengan emosi yang masih menyelimuti nya, melajukan motornya begitu kencang, menembus jalanan malam yang dingin. Mencoba meluapkan emosinya dengan cara seperti itu, tanpa memikirkan keselamatan nya. Meski begitu, Raga tetap sampai di warung tongkrongan nya dengan selamat. Melepas helmnya setelah menstandar kan motornya, serasa sudah lama ia tidak ke sini.
Ia berjalan masuk, seperti yang diketahui warung tongkrongan nya ini memang tersembunyi. Motor pun tidak bisa masuk, jadi harus berjalan kaki untuk ke dalam. Dari arah luar, terdengar suara ricuh.
"Tapi lo tau, gue suka sama Bella sejak awal!" bentak Aditya menatap Aknan emosi.
Bayu dan Kamal memilih bungkam dahulu, membiarkan mereka menyelesaikan perselisihan ini sendiri. Mereka masih diam memantau.
Aknan membalas tatapan sengit itu. "Gue juga ga tau kalau tiba-tiba perasaan ini muncul! Salah lo, dari awal yang melibatkan gue untuk banyak interaksi sama Bella."
"Gue pikir, lo bakal dukung gue. Bukan nikung."
"Bukan nikung. Gue juga berhak suka sama siapa aja, termasuk Bella. Bella juga bukan cewek lo."
Terkekeh sinis, "lo mau bersaing sama gue?"
Aknan tersenyum miris, menggeleng pelan. "Gue bisa aja bersaing sama lo, tapi gue nggak bisa bersaing sama Tuhan nya."
Aknan menyadari itu, bagaimana sekat diantara ia dan Bella yang tinggi. Ia juga menyadari perasaannya pada Bella yang mulai tumbuh, tapi juga mengingat bahwa temannya menyukai Bella. Aditya menarik napas dalam-dalam, mengacak-acak rambutnya sambil berbalik badan. Ia terkejut mendapati Raga yang berdiri, memasukkan kedua tangannya di saku celana.
"Udah?" tanya Raga di keheningan itu. Ia ikut duduk, lalu menggeleng pelan. "Cewek aja direbutin."
"Dia yang ikut-ikutan," kata Aditya.
Aknan menggeleng, "gue nggak rebut. Dia bukan milik siapa-siapa."
"Tapi lo nggak ngehargai gue, yang jelas-jelas berjuang buat dapatin hatinya." Aditya menyolot lagi.
Aknan menaikkan alisnya, "berjuang? Apa yang lo sebut berjuang? Lo bahkan banyak ngandelin gue."
"Sial!" umpat Aditya. Ia kembali tersulut emosi. Meraih kerah baju Aknan, rahangnya mengeras.
"Maju lo!" tantangnya.
Tertawa remeh, "itu fakta. Kenapa lo emosi?"
Aditya menggertakkan giginya, tangannya sudah terkepal kuat. Tapi sebelum ia melayangkan tangannya, Bayu lebih dulu menarik dirinya. Dan Kamal mengamankan Aknan.
"Lepasin!" berontaknya.
Bayu menyuruh Aditya duduk dengan kasar. "Kalian ini apa mau ribut cuma karena cewek? Lihat, Raga Arnav aja udah mulai baikan. Kalian jangan memulai perselisihan!"
"Liat kelakuan temen lo, Bay."
"Gue cuma suka, apa salahnya?" sahut Aknan.
Kamal berdecak, "jangan diterusin elaah."
"Cuma suka lo kata, lo--"
"BERISIK SIALAN!" teriak Raga sambil meremas jari-jari tangan nya kuat. Tatapannya menjadi tajam, ia ikut emosi dengan kebisingan itu. Yang tadinya ia ingin mencari ketenangan di sini, nyatanya ia semakin mendapat amarah saja.
"Najis lo berdua, kalau cewek aja ngebuat ribut. Belum tentu juga dia suka sama kalian!" katanya membuat semuanya diam.
Berdecih, "kalau ujung-ujungnya ngebuat persahabatan kacau. Nggak usah punya cewek!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Muda: Ragatama
Teen Fiction"Lo mahal, Fay. Dapetin lo mahal." "Contohnya dengan mahar helikopter dan sejenisnya. Mahal anjir, istrinya tuan muda," lanjut Raga. •••🖤••• "Badan lo nggak nyaman di peluk, Raga. Lepas." "Badan gue nyaman buat dikelonin tapi. Mau?" •••🖤••• Tentan...