Bab -2-

68.6K 4.4K 51
                                    

Dari ketiga istrimu, kualitas istri keempatmu yang paling rendah
-Arshinta Arundati-

Supir membantu Binar turun dengan menurunkan kursi rodanya dari mobil dan menuntun Binar untuk duduk di kursi roda. Sedangkan suaminya sendiri malah berjalan duluan menghampiri tiga istri dan dua anak yang sudah menunggu di depan pintu.

"Terima kasih, Pak."

"Sama-sama, Nona."

"Biar saya bantu dorong kursi rodanya, Nona."

"Tidak perlu, saya bisa sendiri."

Binar menolak bantuan pelayan yang berdiri berjejer di samping pintu mobil, mungkin tugasnya untuk menyambut kedatangannya dan membantu dirinya yang cacat ini. Ia pun menggerakkan kursi rodanya untuk menyusul suaminya namun sialnya ia tak melihat ada batu di depan jalan hingga kursi rodanya oleng dan hampir saja ia terjatuh jika saja tak ada sebuah lengan kokoh yang menahan tubuhnya. Membayangkan wajahnya mengenai aspal membuat Binar bergidik ngeri.

"Terima kasih."

Binar terkejut sendiri saat melihat suaminya yang menolongnya. Ia menelan ludah dengan susah payah saat melihat tatapan tajam suaminya.

"Pelayan!"

Binar sudah tahu sifat pemarah suaminya namun ia belum terbiasa hingga ia terkejut dan terlonjak kaget saat mendengar teriakan tiba-tiba suaminya setelah membantunya duduk dengan benar di kursi roda.

"Iya, Tuan. Ada apa?"

"Bukankah sudah aku perintahkan bantu dia saat datang lalu apa tugasmu sekarang hingga dia hampir terjatuh?!"

"Maaf, Tuan. Tadi saya sudah ....

"Aku tidak mau mendengar apapun! Kerjakan tugasmu dengan benar atau kau akan dipecat!"

"Baik, Tuan."

Sekarang Binar merasa bersalah dan kasihan pada pelayan yang harus menanggung kesalahannya, ia pun berusaha menjelaskan kepada Faisal bahwa ini bukan salah pelayan itu.

"Faisal, pelayan itu tidak ....

"Kau diam saja!"

Belum selesai Binar bicara, Faisal sudah memotong ucapannya dengan nada membentak sehingga Binar tak berani lagi bicara dan membiarkan pelayan tadi mendorong kursi rodanya memasuki rumah.

"Selamat datang Suamiku."

Sambutan meriah dari ketiga istri Faisal. Istri pertama bernama Levronka Messya langsung memeluk dan mengecup pipi Faisal, lalu dilanjut dengan anak perempuan mereka yang Binar ketahui bernama Liyandra. Kemudian dilanjut istri kedua Faisal yang bernama Septhi Primitya dan anak perempuan mereka yaitu Anjani Lavanty. Istri ketiga Faisal yang bernama Arshinta Arundati pun ikut memeluk Faisal dan istri ketiganya ini belum mempunyai anak karena baru dinikahi beberapa bulan yang lalu oleh Faisal. Umur ketiga istri Faisal tak jauh beda, Levronka berumur tiga puluh tahun, Septhi berumur dua puluh sembilan tahun, dan Shinta berumur dua puluh delapan tahun. Sedangkan kedua anak perempuan Faisal berumur tiga tahun. Memang jarak antara kehamilan Levron dan Septhi berdekatan sehingga umur anak keduanya tak jauh beda. Semuanya dinikahi karena Faisal menyukai ketiganya, wajar saja karena ketiganya sangat cantik. Semua info itu diketahui Binar dari ibunya.

Jika pria lain menikah sampai berkali-kali karena sulit punya anak dan istrinya belum juga mengandung, berbeda dengan Faisal yang menikah karena memang nafsu. Terbukti jika Faisal sudah punya anak dari dua istrinya tapi masih menikah lagi. Terlebih usia pernikahan Faisal dengan Levron baru dua bulan saat Faisal memutuskan menikahi Septhi. Begitu pun saat Faisal memutuskan menikahi Binar, usia pernikahan Faisal dengan Shinta baru tiga bulan. Satu kata buat suaminya yaitu mesum.

"Jadi ini istri barumu?"

"Iya. Kenalkan dia adalah Binar. Binar, kenalkan juga ini ketiga istriku dan dua anakku."

"Binar."

Sebenarnya Binar malas berbasa-basi seperti ini, terlebih saat melihat tatapan mengejek dan tak suka yang terlihat jelas di mata tiga istri suaminya, namun ia terpaksa melakukannya agar Faisal tak memarahinya lagi. Ia pun berjabat tangan kepada satu persatu istri suaminya dana anak-anak suaminya.

"Levron."

"Septhi."

"Shinta."

"Nama aku Liya, Tante. Tante mau jadi teman aku ga?"

"Kalau aku Anjani, Tante juga mau kan jadi teman aku?"

Untungnya anak-anak Faisal tidak seperti ibunya sehingga Binar bisa sedikit terhibur dengan tingkah lucu mereka dan senyum manis mereka. Ia pun langsung mengangguk setuju.

"Iya, Tante mau jadi teman kalian."

"Nanti kita main barbie ya, Tante."

"Terus kita main monopoli, ular tangga, buat istana pasir, dan ....

"Liya! Anjani! Cepat masuk ke kamar kalian!"

"Tapi Mama ....

"Jangan membantah!"

Kedua anak perempuan itu terlihat sedih saat dibentak oleh kedua ibunya, mereka pun terpaksa masuk ke rumah padahal Binar yakin mereka masih ingin bercerita banyak hal padanya. Seegois ini orang dewasa hingga tak mampu menyingkirkan kepentingannya sendiri demi kebahagiaan anak-anak.

Mungkin mereka terasa terancam dengan kehadiran Binar di rumah ini sebagai istri baru suaminya. Entah apa yang harus mereka takutkan, Bubar bahkan tak sempurna secara fisik dibandingkan mereka, aneh sekali.

"Aku pikir kau akan mencari istri dengan kualitas yang lebih dari kami bertiga tapi kenapa sekarang kualitas istri keempatmu menurun?"

Terang-terangan, Shinta menghina Binar dan membuat kedua istri lainnya tertawa seakan ada yang lucu. Binar hanya bisa tersenyum tipis dan malas berdebat, lagi pula suaminya sendiri tak berniat membelanya.

"Pelayan, bawa Binar ke kamarnya."

"Baik, Tuan."

Akhirnya Binar bisa menghela nafas lega karena tak melihat lagi wajah ketiga istri suaminya dan juga wajah suaminya. Baru beberapa saat di rumah ini namun Binar sudah mulai merasa lelah dan ingin pulang ke rumah orang tuanya namun ia yakin ia tak akan diterima pulang.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Tangerang, 13 September 2021

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang