Bab -40-

44.6K 4.4K 179
                                    

"Rasa takut itu kembali hadir saat ada yang mengusik tentang rahasiaku."
-Binar Swastika-

TARGET: 1,4 ATAU 1400 VOTE, LANGSUNG UPDATE.
..................

Selama dua hari dirawat di rumah sakit, Binar sepenuhnya diurus oleh Faisal bahkan Elis yang hendak membantu Binar maka langsung ditolak oleh Faisal. Sehingga selama dua hari ini, Faisal tak berangkat kerja dan bekerja secara online dari rumah sakit.

Hari ini Binar sudah bisa pulang setelah dokter memastikan kondisinya sudah pulih dan perlahan selama dua malam di rumah sakit, Binar sudah bisa tidur tanpa perlu mengkonsumsi obat tidur lagi. Elis sedang mengemas kembali pakaian kotornya selama di rumah sakit dan barang-barangnya. Sedangkan Faisal sedang mengurus administrasi di meja resepsionis. Binar sedari tadi menatap ke arah pintu dengan penuh harap jika Septhi yang akan datang saat melihat pintu itu terbuka namun harapannya pupus saat Faisal yang masuk.

"Septhi mana? Dia tidak datang untuk menjemputku."

Faisal yang baru sampai di samping Binar langsung terdiam mendengar ucapan dengan nada sedih keluar dari bibir Binar, terlebih tatapan sendu itu membuat ia bisa merasakan bahwa Binar butuh kehadiran Septhi yang sudah dianggap sebagai kakak. Gerakan tangan Elis yang sedang melipat pakaian pun terhenti saat mendengar ucapan majikannya.

Sudah dua hari ini Septhi tidak datang ke rumah sakit, setelah menyuruh Elis yang mengantar pakaian Binar ke rumah sakit. Kemarin Faisal mencoba menelepon Septhi untuk memintanya datang ke rumah sakit namun panggilan tersebut ditolak oleh Septhi dan pesannya hanya dibaca tanpa dibalas. Faisal pun tak tahu apa yang terjadi pada Septhi padahal sebelumnya tak ada masalah.

"Dia akan menunggu kita di rumah."

"Apa yang terjadi? Kenapa dia tidak datang?"

"Anjani dan Liya rewel sehingga Septhi tak bisa datang ke sini dan harus menjaga mereka. Elis, cepat bereskan pakaian Binar agar kita bisa segera pulang."

Binar tahu Faisal berbohong agar pikirannya tak semakin dibebankan karena ketidakhadiran Septhi namun ia memutuskan pura-pura percaya lalu ketiganya pun keluar dari rumah sakit dan menuju rumah.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Saat Binar, Faisal, dan Elis sampai di rumah. Rumah tampak sepi, tak ada terlihat Septhi, dan tak terdengar suara anak-anak yang biasanya sangat berisik. Faisal pun langsung memanggil pelayan untuk ditanya.

"Pelayan!"

"Ya, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?"

"Dimana Septhi dan kedua anakku?"

"Nyonya Septhi sedang pergi keluar sejak dua jam lalu saat anak-anak sudah tidur."

"Baiklah, kau bisa pergi dan lakukan pekerjaanmu lagi."

"Baik, Tuan."

Jawaban pelayan itu membongkar kebohongan Faisal karena nyatanya Septhi memang tidak mau datang untuk menjemput Binar.

"Elis, bawa aku ke kamar."

"Baik, Nona."

Faisal hanya bisa terdiam dan menatap Binar yang terlihat begitu sedih, sedangkan Elis menyempatkan pamit dulu pada majikannya untuk sopan santun dan etika antara bawahan dan majikan.

Faisal langsung keluar rumah untuk mencari keberadaan Septhi karena ia pun khawatir Septhi tak memberi kabar padanya selama dua hari ini.

Di sisi lain, Septhi sedang berdiri di samping sebuah makam kecil yang merupakan makam seorang anak. Ia terdiam mematung dengan tatapan tak percaya saat melihat nama di baru nisan itu.

"Berlin Swastika?"

Spontan mulut Septhi mengucap nama tersebut, otaknya bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dalam hidup Binar, selama dua hari ini ia melakukan pencaharian tentang tulisan Binar di diary dan berakhir di makam ini. Ia berusaha berpikir keras berbagai kemungkinan yang ada namun nyatanya ia tidak bisa menemukan jawaban atas semua pertanyaan karena teka-teki ini sangat sulit ditaklukan.

Suara langkah kaki menuju makam ini membuat Septhi langsung bersembunyi di balik pohon besar dengan jarak cukup dekat pada makam. Ia bisa melihat seorang wanita paruh baya yang ia kenal sebagai ibu Binar datang berkunjung ke makam tersebut. Ia mendengar dan melihat segalanya dan ia semakin yakin jika ada rahasia yang disembunyikan oleh Binar termasuk dari ibunya.

[][][][][][][][][][][][][][][][][]

Faisal baru saja pulang setelah gagal mencari keberadaan Septhi di mana pun, hari sudah menjelang malam dan hujan turun dengan deras sehingga ia memutuskan pulang. Ia sengaja tak menyuruh pengawalnya mencari keberadaan Septhi karena ada kemungkinan Septhi sedang sibuk berbelanja atau berpergian bersama teman-temannya.

Namun saat ia pulang, ia menemukan pemandangan yang sangat langka yaitu Binar yang sedang marah dan berteriak pada semua pekerja di rumah, entah apa yang terjadi karena ini pertama kalinya Binar bersikap demikian, hal itu membuat Faisal khawatir dan langsung berlari menghampiri Binar.

"Binar, ada apa? Kenapa kau berteriak dan semarah ini pada semua orang?"

"Ada yang mengambil barang berhargaku! Namun mereka tak mau mengaku!"

Semua pekerja menunduk takut dan tak berani menatap mata Binar yang seperti kobaran api dan seakan siap membakar siapa pun yang berani balas menatapnya.

PRAKKK.

Bingkai foto keluarga langsung pecah menjadi korban pelampiasan amarah Binar karena semua orang diam dan tak kunjung menjawab pertanyaannya. Suasana semakin mencekam dan Faisal menjadi penasaran barang apa yang membuat kepribadian Binar langsung berubah seketika.

"Barang apa yang hilang? Katakan biar aku dan para pekerja mencarinya."

"Barang itu adalah ....

Binar hampir saja mengatakan nama barang itu pada Faisal namun terhenti saat sadar bahwa ia hampir membongkar rahasianya lalu kembali diam lagi, Faisal pun jadi bingung dengan Binar.

"Aku tak bisa memberitahumu barang apa itu, yang pasti barang itu hilang dari kamarku. Aku yakin seseorang mencurinya dan pasti berasal dari rumah ini. Tolong aku menemukan barang itu, Faisal. Aku mohon juga jangan paksa aku katakan barang apa itu."

Binar yang sudah putus asa karena takut barang tersebut diambil oleh orang yang salah akhirnya memutuskan meminta bantuan pada Faisal karena hanya kekuasaan pria itu yang bisa menemukan barangnya.

"Baiklah, aku akan membantumu mencari barang itu, kita bisa melihat kamera CCTV di kamarmu lewat laptopku."

"Apa? Di kamarku yang merupakan ruangan pribadiku, kau menaruh CCTV dan mengintai diriku?!"

Mungkin ini hanya masalah kecil jika diketahui Binar saat hari biasa, bukan pada saat hari ini dimana ia kehilangan barang pentingnya sehingga emosinya tak terkendali.

"Aku mohon maaf atas tindakanku yang kurang sopan, Binar. Tapi ini bukan waktunya bertengkar tentang CCTV melainkan mencari barangmu."

Ucapan Faisal membuat Binar teringat tujuan awalnya dan mengangguk setuju, Binar memberi perintah lewat tatapan mata untuk mendorong kursi rodanya. Elis pun menuntun kursi roda Binar dan ikut masuk ke dalam kamar Faisal. Namun selangkah lagi mereka masuk, suara seseorang menghentikan mereka.

"Barang penting mu ada padaku, Binar."

Sampai sini udah ada yang bisa menebak rahasia Binar?

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Tangerang, 24 Oktober 2021

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang