Bab -68-

25.3K 3.9K 282
                                    

"Apa yang kita lihat, belum tentu benar. Karena sejatinya kebenaran punya banyak sudut pandang yang sulit dijangkau."
-Berlin Swastika-

TARGET: 2000 ATAU 2K VOTE!

Sengaja aku turunin votenya agar cepat terpenuhi targetnya, jadi jangan protes lama update lagi, semakin rajin kalian vote maka semakin cepat update.
...............................

Tanpa kehadiran Berlin di rumah ini, Faisal kembali menjadi majikan yang kejam dan tak berperasaan, ada kesalahan kecil saja maka Faisal bisa marah besar dan membuat semua pelayan ketakutan, seperti saat ini ketika pelayan salah meletakkan posisi garpu dan sendok, Faisal langsung berteriak murka pada pelayan itu.

"Dimana otakmu?! Kau ini berniat kerja atau tidak?! Jawab!"

"Maaf, Pak. Saya lupa."

"Aku tak mau melihat wajahmu lagi di rumahku! Kau dipecat!"

"Pak, jangan pecat saya, saya mohon, Pak."

Pelayan itu memohon sambil memeluk kaki Faisal dan menangis namun Faisal tak memperdulikannya dan malah memanggil pengawal untuk mengusir pelayan ini dengan paksa. Pelayan lain merasa terkejut sekaligus kasihan dengan apa yang terjadi, mereka semakin yakin bahwa dugaan mereka benar, ada yang salah dengan hubungan majikan mereka yaitu Faisal dan Berlin.

"Apa yang kalian lihat?! Lanjutkan pekerjaan kalian dan siapkan makan siangku!"

"I... iya, Tuan."

Para pelayan langsung kembali ke pekerjaan masing-masing, kali ini mereka lebih hati-hati dalam bekerja agar tidak kena semprot Faisal namun bukan Faisal namanya jika tak bisa mencari kesalahan orang lain. Sekarang seorang koki dimarahi Faisal karena kesalahan yang sebenarnya tak dilakukan.

"Garam nya terlalu banyak sehingga asin! Dasar tak berguna!"

"Ta... tapi Tuan, saya memasak sesuai takaran biasanya."

"Kau mau membantah ucapanku?! Mau aku pecat?!"

"Tidak, Tuan."

Membantah Faisal rasanya percuma saat pria itu sedang marah, hanya akan memperburuk keadaan. Mangkuk berisi sup itu langsung dilempar hingga jatuh ke lantai dan pecah, Faisal tak menghargai hasil kerja siapapun.

"Buatkan yang baru dan harus lebih baik atau kau akan dipecat seperti pelayan tadi."

"Iya, Tuan."

Setelah berkomentar ini dan itu, memarahi para pelayan, bertindak kasar dan menghina mereka, Faisal pergi meninggalkan meja makan dan membuat para pelayan menghela nafas lega. Faisal masuk ke kamar Berlin, walaupun logikanya mengatakan jangan masuk ke dalam namun Faisal lebih mengikuti kata hatinya.

Saat berada di kamar Berlin, langsung terciuma aroma wangi tubuh Berlin yang membuat Faisal merasa rindu pada perempuan itu, ia menatap sekitar kamar yang rapi, banyak kenangan antara dirinya dan Berlin di kamar ini. Banyak hal romantis, lucu, sampai ke pertengkaran mereka terjadi di kamar ini, namun semua itu tinggal kenangan sekarang.

Faisal berjalan ke arah lemari Berlin dan melihat baju-baju milik Berlin masih berada di lemari, ia pun mengambil piyama tidur Berlin lalu berbaring di atas kasur sambil memeluk piyama Berlin.

"Aku masih mencintaimu."

"Aku merindukanmu, Berlin."

"Tapi aku juga tak bisa melupakan kebohonganmu."

Faisal merasa begitu lemah saat berurusan dengan Berlin, ia tak bisa berpikir dengan logika dan terus mengikuti kata hatinya. Seseorang mengetuk pintu kamar dan membuatnya langsung berdiri untuk membuka pintu, ternyata seorang pelayan yang datang.

"Ada apa?"

"Ini ada surat, Pak."

"Dari siapa?"

"Berlin, Pak."

Pelayan itu belum tahu siapa Berlin sebenarnya sehingga terlihat santai membacakan nama tersebut, namun tidak dengan Faisal yang langsung emosi dan mengambil paksa surat tersebut, merobek surat itu hingga menjadi kepingan kecil yang membuat pelayan itu ketakutan.

"Jangan terima surat atau barang apapun dari Berlin!"

"Ba... baik, Pak."

"Panggilkan Dokter secepatnya, kepalaku terasa pusing dan tubuhku demam."

Setelah pelayan itu mengangguk mengerti, pintu kembali ditutup oleh Faisal dengan kasar hingga membuat suara nyaring yang membuat pelayan itu berjingkat kaget.

Di dalam kamar, Faisal tak bisa mengendalikan emosinya dan langsung melempar barang-barang di kamar Berlin, melemparnya dan menghancurkannya. Tak terasa tangannya jadi berdarah karena memecahkan vas bunga, namun ia tak menghiraukan rasa sakit di tangannya dan terus merusak semua barang hingga tak sengaja ia menjatuhkan diary milik Berlin yang menjadi alasan Berlin marah besar pada Septhi.

Faisal yang penasaran akan isi diary itu akhirnya mengambilnya dan membawa setiap lembarnya. Isi diary itu mengungkap segala rahasia Berlin dan mungkin Septhi tahu rahasia Berlin dari diary ini.

[][][][][][][][][][][][][][]

Tangerang, 11 Maret 2022

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang