Bab -49-

37.1K 4.1K 262
                                    

"Saat masalah datang, pikiran bunuh diri pun muncul, hingga orang tersebut lupa seberapa berharga dirinya."
-Ashella_123-

TARGET: 1,6 ATAU 1600 VOTE.
................................

Binar baru saja selesai membersihkan diri dan keluar dari kamar mandi, ia melihat Faisal sedang berbaring di kasurnya. Ia pun menghampiri Faisal dan berusaha naik ke atas kasur. Ia mematikan lampu dan berniat tidur, namun belum memejamkan mata, ia mendengar suara Faisal, ternyata Faisal belum tidur.

"Bagaimana dengan makan malam tadi, kau suka?"

"Suka. Terlebih daging buatan mereka sangat lembut dan bumbunya sangat pas."

"Lain kali kita akan ke sana lagi, kau mau?"

"Tentu saja mau, tapi kau jangan pesan makanan pedas lagi karena kau tak bisa memakannya."

Binar kembali tertawa mengingat kejadian di restoran saat Faisal sok mengikuti selera makannya yang suka pedas, pria itu memesan makanan dengan kadar kepedasan sama seperti pesanannya sehingga merasa kepedasan dan minum sangat banyak, alhasil Faisal keluar masuk kamar mandi untuk buang air kecil.

"Kau sangat bahagia mengingat kesengsaraanku."

"Bagaimana aku tidak bahagia? Kau terlihat sangat lucu dengan wajah memerah karena kepedasan."

"Binar, aku ingin bertanya satu hal padamu."

"Apa itu?"

Faisal yang berubah jadi serius membuat Binar berhenti tertawa dan kini fokus menatapnya. Sedangkan Faisal terlihat ragu mengatakannya membuat Binar harus menduga-duga apa yang hendak Faisal katakan.

"Kenapa hanya diam?"

"Maukah kau memulai pernikahan kita dari awal, bukan pernikahan dengan keterpaksaan, tapi pernikahan dengan cinta. Hanya ada kau, aku, dan calon anak kita. Aku akan meninggalkan kebiasaan burukku seperti tak setia, suka menggoda para wanita, bahkan menceraikan Septhi agar .....

"Aku .... aku lelah, Faisal. Aku ingin tidur."

Belum sempat Faisal menyelesaikan ucapannya, Binar sudah menyelanya dengan nada gugup lalu berbaring membelakangi Faisal dan menarik selimut sampai bahu. Faisal hanya bisa menatap kecewa ke arah punggung Binar, perilaku Binar sudah menjelaskan penolakan istrinya terhadap keinginannya. Ia pun memutuskan untuk ikut tidur namun memeluk Binar.

Tanpa Faisal ketahui, Binar masih terbangun dan menangis. Tangannya mengepal kuat karena tahu telah menyakiti hati Faisal. Bohong jika Binar mengatakan menolak keinginan Faisal karena hati kecilnya menginginkan hal itu, tapi ia sudah berjanji pada Septhi dan ia tak bisa melanggar janjinya.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

"Aku berangkat kerja dulu, jaga dirimu dan anak kita dengan baik."

"Iya, kau juga berhati-hati di Jalan."

Faisal mengangguk lalu mencium kening Binar dan pergi ke kantor setelah menyelesaikan sarapannya. Sedangkan Binar masih lanjut makan namun Elis yang sedang menemaninya tahu bahwa fokus majikannya bukan pada makanan tapi ke hal lain. Ia hendak bertanya namun kedatangan Septhi membuatnya memilih tetap diam.

"Pagi, Binar."

"Pagi juga, Septhi."

"Faisal mana? Dia belum bangun?"

"Sudah, bahkan dia sudah berangkat kerja."

Septhi yang baru saja duduk di samping Binar dan hendak mengambil piring untuk makan langsung terhenti dan menoleh ke arah Binar. Nafsu makannya langsung hilang setelah mendengar perkataan Binar.

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang