"Aku pernah gagal menjadi seorang ayah untuk Putriku yang lain, tapi aku tidak akan gagal kali ini untuk Anjani."
-Faisal Khasan-TARGET: 2,6 ATAU 2600 VOTE!
..........................Di tengah derasnya hujan saat malam hari, Faisal sedang duduk di tepi kasur dan ditemani lembaran foto yang berceceran di atas kasur, serta mainan anak kecil seperti boneka. Saat ini Faisal sedang menatap foto masa kecil Anjani yang berada di tangannya dengan mata berkaca-kaca dan air mata mengalir deras di pipinya.
"Aku masih ingat saat pertama kali aku menggendongmu. Kau sangat kecil, Nak. Sekarang kau sudah besar, tapi kenapa banyak orang yang ingin memisahkan kita?"
"Ayah."
Tanpa Faisal sadari, sejak tadi Anjani berdiri di pintu dan melihat apa yang dilakukannya serta mendengar ucapannya. Faisal menatap ke arah pintu dan terkejut saat melihat putrinya berjalan ke arahnya dan kini naik ke pangkuannya lalu memeluknya.
"Kenapa Ayah menangis? Anjani tak suka melihat Ayah menangis, biar Anjani hapus air mata Ayah agar Ayah tak menangis lagi."
Kata-kata polos dan gerakan lembut dari tangan kecil putrinya di pipinya membuat Faisal merasa terharu dan langsung membalas pelukan putrinya dengan cukup erat.
"Jangan tinggalkan Ayah, Nak. Ayah tak bisa hidup tanpamu. Kau malaikat kecil, Ayah."
"Kenapa Ayah mengatakan itu? Aku tak akan meninggalkan Ayah, aku akan selalu bersama Ayah selamanya karena aku mencintai Ayah."
"Nak, kau ingin tinggal dengan Ayah atau Mama?"
Anjani terlihat bingung saat ditanya demikian oleh ayahnya karena sedewasa apapun dirinya, ia tetap anak usia delapan tahun yang tak bisa menghadapi pertanyaan sesulit itu yang bahkan tak bisa dijawab oleh orang dewasa sekali pun.
"Ayah dan Mama bertengkar ya? Apa aku akan hidup sama seperti Liya, berpisah dari Ayah?"
"Tidak, Nak. Lupakan saja pertanyaan Ayah tadi, ini sudah malam. Kenapa kau belum tidur?"
Faisal yang melihat mata putrinya mulai berkaca-kaca pertanda sedih dengan pertanyaan tersebut, merasa bersalah dan mengalihkan pembicaraan.
"Aku ingin tidur dengan Ayah, sudah lama Ayah tak memelukku saat tidur."
"Baiklah, ayo kita tidur."
Faisal membereskan lebih dulu lembaran foto di kasur lalu berbaring bersama Anjani di kasur. Ia mendekap hangat putrinya dan menyelimuti putrinya dengan selimut agar putrinya tak merasa dingin. Dengan lembut ia mengusap rambut panjang putrinya. Lama-kelamaan Anjani merasa nyaman dan terlelap dalam mimpi. Faisal yang melihat wajah tenang putrinya saa tertidur, kembali teringat dengan kejadian di pengadilan.
"Kenapa semua orang meragukan Ayah untuk mengurus dan mencintaimu? Mereka mengatakan hal yang sangat buruk tentang kita, mana mungkin aku menyakiti Putriku sendiri? Apa tidak cukup kasih sayangku untuk membesarkan mu? Untuk pertama kalinya, aku menyesali takdir yang Tuhan berikan padaku. Ketika kau terlahir bukan sebagai anak biologisku. Tapi aku sadar, Nak. Aku tak bisa berjuang sendirian untuk dirimu, setelah malam ini, aku bukan Ayah satu-satunya di hidupmu. Akan hadir Ayah lain di hidupmu, aku harap kau tetap memanggilku dengan sebutan Ayah dan tetap menyayangiku. Aku takut kau meninggalkanku, Nak."
[][][][][][][][][][][][][][][][][][][]
Meja makan yang biasanya ramai saat pagi hari menjelang waktu sarapan, kini terlihat sepi dan sunyi. Hanya ada Anjani yang sedang sarapan sendirian dan terlihat sudah siap berangkat sekolah karena sudah memakai seragam olahraga serta menggendong tas di punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Terakhir
RomanceBinar sudah terbiasa hidup bergantung pada kursi roda semenjak umur sepuluh tahun. Sejak saat itu kepribadiannya berubah, tak ada ada lagi keceriaan dan tawa, yang ada hanya kesedihan. Mimpi menjadi seorang atlet pun kandas karena satu tragedi palin...