Bab -29-

48K 3.7K 91
                                    

"Hidup ini lucu, karma datang pada orang yang bersalah melalui orang yang disakiti."
-Elis-

"Buka bajumu."

"Aku tak menyangka karena hamil kau semakin bernafsu padaku."

"Jangan berpikir kotor, Faisal. Bajumu terkena muntah sehingga harus diganti, aku pun harus mengoles minyak ke perutmu."

Bukannya malu karena dugaannya salah, Faisal malah terlihat santai bahkan senang saat membuka bajunya. Binar pun mengoleskan minyak di perut, punggung, leher, dan memijit kepala Faisal. Terlihat Faisal menikmati setiap sentuhan Binar namun bukan dalam artian kesehatan, lebih ke arah nafsu.

"Sudah selesai, pakai baju ini."

"Binar."

Binar yang baru saja meletakkan minyak kayu putih ke atas nakas langsung menoleh ke arah Faisal saat pria itu memanggilnya. Namun setelahnya ia menyesal karena telah menoleh karena ia tahu Faisal sedang bergairah.

"Jangan gila, Faisal. Ini rumah sakit, bukan rumahmu."

"Ini ruangan VVIP, privasinya sangat terjaga dan tak ada kamera CCTV. Ayolah."

"Kau sedang sakit namun masih sempat bernafsu, dasar pria mesum. Pakai bajumu karena Elis akan masuk!"

Faisal hanya bisa menghela nafas kasar karena tak bisa melampiaskan nafsunya pada Binar, ia tak bisa memaksa Binar seperti dulu karena saat ini Binar sedang hamil dan jika perempuan itu meronta saat ia paksa maka akan menyakiti calon anaknya. Faisal tak ingin hal buruk terjadi pada  calon anak laki-lakinya. Ia pun langsung memakai baju dan setelahnya Binar memanggil Elis masuk ke dalam.

"Nona Binar butuh sesuatu?"

"Tidak, temani aku di sini."

"Baik, Nona."

Elis duduk di sofa sedangkan Binar tetap duduk di kursi rodanya namun dekat brankar. Faisal yang frustasi pun akhirnya memutuskan untuk makan saja demi mengalihkan nafsunya.

"Aku lapar. Aku ingin makan."

"Biar aku panggilkan suster agar membawakan bubur untuk ....

"Aku tak mau bubur. Aku mau sate ayam!"

"Apa? Kau meminta sate saat malam-malam seperti ini? Semua toko, restoran, atau warung pun sudah tutup."

Binar berusaha menahan diri untuk tidak berteriak karena kondisi Faisal yang sedang sakit. Ia merasa kesal karena Faisal meminta hal yang aneh, sedangkan Elis hanya diam memperhatikan interaksi sepasang suami istri itu.

"Aku hanya mau makan sate. Aku tak peduli hari yang sudah malam atau toko yang sudah tutup."

"Kalau begitu tidak perlu makan."

"Kau kejam sekali padaku, Binar. Aku ini sedang sakit dan butuh asupan makan yant cukup, tapi kau membiarkan aku kelaparan di tengah malam?"

Entah makhluk halus mana yang memasuki raga Faisal hingga bersikap manja seperti ini, tak pernah Binar lihat Faisal merajuk dengan bibir cemberut karena permintaannya tak dipenuhi. Kepala Binar terasa pening karena permintaan Faisal.

"Faisal, kau ini kenapa? Tadi kau tak masalah makan bubur rumah sakit, lalu kenapa tiba-tiba kau banyak minta seperti ini?"

"Aku pun tak tahu apa yang terjadi padaku. Tiba-tiba aku muntah, ingin dekat denganmu dan merasakan hangat tubuhmu, lalu ingin makan sate. Aku pun merasa diriku aneh."

Faisal pun menyadari dirinya yang berubah, ini bukan jati dirinya. Namun ia tak bisa mengendalikan dirinya sendiri padahal ia paling anti bergantung pada orang lain.

"Mungkin Tuan Faisal sedang ngidam."

"Apa? Aku tidak hamil, Elis. Yang hamil adalah Binar. Jangan bicara aneh."

Faisal kesal sendiri mendengar perkataan Elis padahal Elis hanya mengutarakan pendapatnya. Namun balasan Faisal membuat Elis semakin yakin dengan dugaannya karena Faisal menunjukkan sifat sensitif seperti seseorang sedang hamil. Binar terdiam memikirkan ucapan Elis lalu angkat suara.

"Hal itu bisa saja terjadi. Ibuku pernah bercerita saat mengandungku, malah Ayah yang merasakan gejala kehamilan, lalu dokter mengatakan bahwa itu dinamakan sindrom couvade atau dikenal dengan kehamilan simpatik."

"Lalu aku harus apa?"

Perlahan Faisal jadi percaya bahwa ia sedang ngidam saat mendengar penjelasan Binar. Bukannya menjawab, Binar malah tersenyum dan senyum itu mengandung banyak makna yang Faisal tahu tak baik untuknya.

"Kau harus bersikap baik padaku dan calon anak kita agar calon anak kita tidak meminta atau menginginkan hal yang aneh-aneh."

"Baiklah, aku tak akan menyakitimu apalagi calon anak kita selama kau hamil. Tapi tolong carikan sate untuk diriku karena aku sangat ingin makan sate."

"Iya, aku dan Elis akan carikan, kau tetap di sini, jangan kemana-mana."

Binar terpaksa menuruti keinginan Faisal, bukan karena ia perhatian pada Faisal. Tapi karena ia ingin mewujudkan keinginan calon anaknya karena sekarang Faisal yang sedang ngidam.

"Aku bukan anak kecil yang akan kelayapan lalu hilang."

"Tapi sekarang sikapmu seperti anak kecil yang merengek meminta makanan kesukaannya."

Setelah puas mengejek Faisal, Binar pun mengajak Elis pergi. Mereka mencari penjual yang masih membuka toko di tengah malam dengan supir yang memang disuruh menunggu di parkiran rumah sakit karena Binar maupun Elis tak bisa mengendarai mobil.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Tangerang, 02 Oktober 2021

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang