"Ada kalanya kebenaran harus disembunyikan demi kebaikan orang tercinta."
-Berlin Swastika-KARENA BANYAK YANG MINTA TURUNIN TARGET, MAKA AKU LAKUKAN DEMI KALIAN.
TARGET: 1,3 ATAU 1300 VOTE, JANGAN MALAS VOTE!
.......................Semua orang langsung terdiam mematung mendengar ucapan santai dari Aruna. Jacob langsung menjadi gelisah karena puterinya yang berbicara hal di luar dugaannya.
"Apa? Kenapa kau mengatakan itu? Kau mendoakan Istriku yang merupakan Adikmu sendiri meninggal?"
Faisal yang tak tahu kebenaran keluarga ini akhirnya menjadi emosi karena ucapan Aruna. Ia maju untuk mendekat ke arah Aruna namun Binar menahan tangannya.
"Dia Kakakku, jangan berani menyakitinya."
"Tapi dia mendoakan hal buruk untukmu, Binar. Dia tidak pantas disebut Kakak."
Faisal tahu istrinya sangat baik namun bukan berarti Binar menerima begitu saja saat seseorang mendoakannya meninggal. Suasana semakin menegang di antara keluarga Swastika. Jarvis yang melihat Faisal emosi langsung buka suara.
"Maaf, Faisal. Aruna pasti tak bermaksud demikian. Dia sedang kelelahan setelah pemotretan, jadi kurang fokus."
"Aruna, minta maaf pada Binar dan Ayahmu. Tak seharusnya kau mengatakan hal itu."
Carol yang tadimya lembut pada Aruna berubah jadi tegas karena tak suka pada sikap puteri sulungnya. Sedangkan Septhi hanya bisa melihat drama keluarga ini dan tak berani mengatakan apapun karena ini bukan urusannya. Lefi terlihat bingung dengan keadaan ini dan menatap Aruna, ia tahu jika kakaknya bukan perempuan jahat, kasih sayang Aruna pada Binar sangat besar bahkan melebihi dirinya sehingga tak mungkin kakaknya berkata demikian jika tak ada yang disembunyikan.
"Jadi, Ayah masih menyuruh Mama mengkonsumsi obat itu untuk melupakan siapa Puterimu yang meninggal dan siapa Puterimu yang masih hidup?"
Perkataan Aruna menimbulkan teka-teki di otak Lefi, Carol, Faisal dan Jarvis. Bahkan Carol hampir pingsan jika saja Jacob tak menahan tubuh istrinya. Suasana semakin kacau hingga membuat Binar tak tahan dan langsung menghampiri kakaknya.
"Kakak, cukup. Jangan dilanjutkan."
Kali ini Binar sendiri yang berusaha menghentikan kakaknya. Ia tak bisa melihat mamanya yang syok dengan ucapan kakaknya. Kondisi mamanya sangat rentan untuk hal ini. Namun Aruna menolak dengan menggelengkan kepalanya.
"Lihat foto itu, katakan pada kami semua siapa anak perempuan itu?"
Pertanyaan Aruna kepada Binar membuat semua orang menoleh ke arah Binar lalu pada foto Berlin saat kecil. Binar menjadi panik dan gelisah mendengar pertanyaan kakaknya, tangannya saling bertautan dan menatap semua orang secara bergantian yang sedang menatapnya untuk meminta penjelasan. Saat pandangannya bertemu dengan pandangan ayahnya, ia melihat ayahnya memberikan kode padanya melalui gelengan kepala.
"Kak Binar, apa maksud pertanyaan Kak Aruna? Apa kau menyembunyikan sesuatu dari kami semua?"
"Aku ....
BRUKKK.
"Mama!"
Mama Binar jatuh pingsan dan berbaring di lantai, semua orang langsung menghampiri Carol dan Jacob menggendong Carol lalu meletakkannya di sofa. Sekarang perhatian semua orang tertuju pada kondisi Carol dan melupakan pembicaraan Aruna dan Binar.
"Ini yang kau mau kan, Nak? Kau puas melihat Mama-mu dalam kondisi seperti ini?"
Jacob menatap tajam ke arah puteri sulungnya dan bertanya dengan nada dingin yang membuat Aruna merasa bersalah. Binar merasa kasihan pada kakaknya padahal ia tahu bahwa niat kakaknya baik, kakaknya tidak berniat buruk. Sedangkan yang lain malah setuju dengan Jacob karena merasa kasihan pada Carol yang tertekan dengan kondisi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Terakhir
RomanceBinar sudah terbiasa hidup bergantung pada kursi roda semenjak umur sepuluh tahun. Sejak saat itu kepribadiannya berubah, tak ada ada lagi keceriaan dan tawa, yang ada hanya kesedihan. Mimpi menjadi seorang atlet pun kandas karena satu tragedi palin...