Bab -34-

46.1K 4.7K 220
                                    

Poligami adalah hal yang menyakiti perempuan karena perempuan dianggap sebagai cadangan yang bisa diganti
-Arshinta Arundati-

TARGET UNTUK UPDATE: 2000 VOTE ATAU 2K VOTE, LANGSUNG UPDATE.

Aku sengaja kasih target lumayan sulit karena lagi sibuk ujian kuliah, kira-kira kalian bisa capai target ga ya?
...........................

"Shinta, bolehkah aku masuk?"

"Silahkan."

Shinta yang tadinya menangis pilu memikirkan sikap suaminya pada dirinya, kini langsung menghapus air mata di pipinya dengan buru-buru agar Binar tak melihat dirinya yang sedang menangis.

Namun akting Shinta yang berusaha tersenyum manis dengan wajah tenang tak mampu membuat Binar tertipu. Ia menggerakkan kursi rodanya ke hadapan Shinta lalu menggenggam tangannya.

"Jangan menyimpan kesedihanmu sendiri, ceritakan apapun dalam hatimu padaku, aku siap mendengarkan."

"Tidak, Binar. Aku baik-baik saja."

Walaupun Binar sudah bersikap sangat lembut dan perhatian padanya namun Shinta masih ragu untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan karena takut hilang kendali.

"Aku pikir setelah kejadian Levron, kita bisa menjadi teman, tapi kau masih menganggap diriku adalah musuhmu? Hanya sekedar istri terakhirmu Suamimu?"

Terlihat Binar yang kecewa dengan jawaban Shinta lalu melepaskan pegangan tangannya, ia hendak pergi namun Shinta menahan tangannya, tatapan keduanya bertemu dan kali ini Shinta tak lagi berusaha menahan kesedihan atau rasa sakitnya. Binar bisa melihat jelas rasa sakit itu di manik mata berwarna cokelat madu yang mulai berkaca-kaca tersebut.

"Aku sudah berusaha memberikan anak laki-laki pada Suamiku, program hamil yang aku jalani pun untuk mendapatkan anak laki-laki. Berbagai mitos aku lakukan agar aku mengandung anak laki-laki. Tapi aku bisa apa saat takdir menuliskan anak perempuan dalam kandunganku?"

Shinta tak mampu lagi menahan air matanya dan mulai menangis di depan Binar saat menceritakan berbagai usaha yang berakhir sia-sia dan tak dihargai oleh Faisal.

"Faisal seakan menjauh dariku saat hasil USG keluar padahal saat mengantarku ke rumah sakit, dia terlihat begitu antusias. Tanpa dia ketahui, aku pun kecewa dan sedih, aku selalu menyalahkan diriku yang gagal memberikannya penerus. Tapi dia tak mau mengerti diriku dan kesedihanku, dia memilih fokus pada kehidupannya sendiri dan membiarkan aku menjalani masa kehamilan ini sendirian."

Binar tak mengatakan apapun, namun setiap bulir air mata yang menetes di pipinya membuktikan jika Binar pun merasakan kesedihan yang Shinta rasakan sebagai sesama perempuan dan calon ibu. Ia tahu jika saat ini Shinta tak butuh nasehat atau arahan, Shinta hanya butuh pendengar yang baik sehingga Binar tak mengatakan apapun dan memeluk Shinta sambil mendengarkan keluh kesahnya.

"Aku akui jika pernikahan adalah hubungan timbal balik untuk keuntungan. Dia memberikan kemewahan dan aku memberikannya kepuasan, pelayanan, dan anak. Tapi perlahan aku pun mulai mencintainya, bodohnya diriku, terjebak dalam perasaan yang hanya aku rasakan sendirian sedangkan dia tidak mempunyai rasa apapun padaku kecuali nafsu. Aku hanya ingin perhatiannya sedikit saja untuk ..... Awwhhh!"

Di sela-sela menceritakan apa yang dirasakannya saat ini akan perilaku Faisal padanya, Shinta tiba-tiba merintih kesakitan dan memegang perutnya, Binar pun jadi panik ketika melihat air ketuban mengalir di kaki Shinta.

"Shinta, kau kenapa?"

"Sepertinya ..... aku akan melahirkan. Tolong aku, Binar."

Shinta yang merasakan sakit luar biasa pada perutnya tak mampu bicara dengan benar sehingga bicara tersendat-sendat. Wajahnya sudah pucat pasi dengan keringat mengalir di keningnya. Binar yang mendengar hal itu berusaha menenangkan Shinta dan mencari pertolongan.

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang