Bab 78 sudah update di instagram aku, username: wattpadashella_123.
Vote, komen, dan follow.
____________________Pulang dari bandara, Faisal mengemudikan mobilnya menuju rumah mantan istrinya yaitu Levron. Ia mengetuk pintu rumah tersebut dan pintu dibuka oleh Levron yang terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba.
"Faisal, ada apa? Tumben kau datang ke sini."
"Aku ingin menemui Liya."
"Oh, silahkan masuk."
Pintu dibuka lebar oleh Levron lalu ditutup kembali saat Faisal sudah masuk ke dalam. Ia langsung berteriak memanggil putrinya yang berada di dalam kamar.
"Liya! Ada Ayah datang. Ayo sini, Nak."
"Ayah!"
Tak butuh semenit, terdengar suara nyaring Liya yang begitu senang saat melihat ayahnya, anak perempuan itu berlari menuruni tangga dan langsung memeluk erat ayahnya. Faisal pun balas memeluk putrinya.
"Aku kangen, Ayah."
"Ayah juga kangen, Liya."
"Bohong, kalau Ayah kangen Liya, harusnya Ayah menemui Liya dari kemarin."
"Ayah sibuk, Nak. Bagaimana kabarmu?"
"Baik, oh iya. Tunggu sebentar."
Dengan gaya lucunya, Liya kembali ke kamar setelah mengingat sesuatu. Levron hanya gepeng-geleng kepala melihat tingkah putrinya yang begitu antusias lalu menatap ke arah Faisal, ia merasa Faisal berbeda dari Faisal yang ia kenal, tampak tak bersemangat dan lemas.
"Faisal, kau sehat kan?"
"Sehat. Kau sendiri?"
"Sehat. Oh ya, bagaimana kondisi Berlin dan Putranya? Aku sempat berkomunikasi dengan Berlin lewat telepon dan hendak ke rumah kalian besok untuk melihat Putra kalian, maaf belum sempat datang menemui kalian dari kemarin. Ada kesibukan yang tak bisa kutinggalkan."
"Tidak apa-apa. Kau tidak perlu datang besok."
"Kenapa?"
"Berlin dan Putra kami sudah pergi ke Jerman, aku dan Berlin sudah bercerai."
"Bagaimana bisa? Apa alasannya?"
"Aku tidak perlu memberitahu kondisi pernikahanku padamu, Levron."
"Maaf karena aku sudah bertanya terlalu banyak."
Levron masih terkejut dengan kabar ini, ia masih memikirkan alasan perceraian Berlin dan Faisal, setahunya keduanya adalah pasangan yang serasi. Kemarin ia berbicara dengan Berlin lewat telepon namun Berlin hanya memberi kabar kelahirannya, tak mengatakan apapun tentang perceraian dengan Faisal. Ia tak bisa membayangkan bagaimana perasaan Berlin di saat terpuruk seperti ini.
Tak lama kemudian, Liya kembali dengan kertas hasil ujiannya dan dengan bangga menunjukkan pada Faisal. Ayah dan anak itu menghabiskan waktu bersama dengan berbagai kegiatan, sedangkan Levron hanya mengamati saja.
Menurut pengamatan Levron, Faisal sepenuhnya sudah berubah menjadi jauh lebih baik, jadi tak mungkin alasan perceraian mereka adalah orang ketiga. Dari pihak Berlin pun tak punya masalah. Tak terasa hari sudah sore dan Liya sudah tertidur di pelukan Faisal. Faisal langsung menggendong putrinya ke dalam kamar dan membaringkannya dengan pelan.
"Tidur yang nyenyak ya, Putri Ayah. Maafkan Ayah yang belum bisa jadi Ayah yang baik untukmu."
Levron yang mengamati dari pintu kamar merasa ada yang ganjil dengan Faisal. Pria itu keluar kamar dan pamit pulang, namun sebelum itu Faisal memberitahukan kabar duka yang membuat Levron kembali terkejut.
"Jika kau ada waktu, kunjungi makam Septhi, Septhi meninggal lima hari yang lalu akibat kecelakaan."
"Apa? Kenapa kau baru memberitahukan hal ini padaku?"
"Semuanya berjalan dengan cepat hingga aku pun masih tak percaya dengan apa yang terjadi sampai saat ini. Aku ada projek perusahaan dan akan pindah tempat tinggal selama kurang lebih setahun, aku harap kau bisa menjelaskan ini pada Liya dan jangan cari aku. Permisi."
Tanpa menunggu balasan Levron, Faisal langsung berjalan ke arah mobilnya dan masuk ke mobil, mengemudikan mobilnya menuju ke rumahnya. Meninggalkan Levron yang masih bingung dengan ucapan Faisal.
[][][][][][][][][][][][][][][][]
"Tidak!"
"Aku tidak mau ditinggal Ayah! Aku mau bersama Ayah, jangan tinggalkan aku, Ayah."
"Aku hanya punya Ayah sekarang."
Terdengar suara teriakan dari anak perempuan berusia delapan tangan yang menolak ucapan ayahnya. Anak itu adalah Anjani. Awalnya Anjani berpikir ayahnya akan mengajaknya jalan-jalan karena mengemasi pakaian dan semua barangnya ke koper namun ternyata ayahnya membawanya ke rumah Arman. Arman pun bingung dan terkejut dengan tindakan Faisal karena semua ini tiba-tiba saja terjadi.
"Anjani, Ayah engga bisa membesarkan kamu, Nak. Ayah harus pergi jauh."
"Bawa aku ikut dengan Ayah, tapi jangan tinggalkan aku. Aku sangat menyayangi Ayah."
Anjani yang ketakutan ditinggal oleh Faisal langsung memeluk erat leher ayahnya, Faisal bisa merasakan kerah kemejanya basah oleh air mata putrinya. Ia pun kini menangis namun langsung ia hapus air mata di pipinya agar tak terlihat lemah di depan Anjani. Arman yang tega melihat keduanya mencoba mengubah keputusan Faisal.
"Kenapa kau mau meninggalkan Anjani padaku, Faisal? Bukankah kau yang selama ini bersikeras ingin mengasuh Anjani dan tak mau Anjani menganggap aku sebagi Ayahnya? Lalu apa yang lakukan ini? Anjani terluka karena keputusanmu, Faisal."
"Keputusanku ini adalah keputusan terbaik untuk Anjani. Jika aku tak melakukan ini maka ke depannya, Anjani akan jauh lebih terluka. Septhi sudah tidak ada, Berlin pergi ke Jerman, Levron hendak memulai hidup baru dengan kekasihnya, hanya kau yang bisa aku percaya untuk menjaga dan merawat Anjani."
"Tapi apa alasannya, Faisal? Katakan padaku, jangan membuatku bingung."
"Aku tak bisa menjelaskannya padamu. Anjani, lepaskan Ayah."
Arman menghela nafas kasar dengan raut wajah frustasi saat Faisal bersikeras tak mau bicara tentang alasan memberikan Anjani padanya. Sebenarnya ia senang Faisal memberikan Anjani padanya karena ia ingin menjadi Ayah Anjani namun melihat tangisan dan kesedihan putrinya yang tak mau ditinggal Faisal membuat ia tak tega untuk langsung setuju. Ia tak mau menjadi penjahat yang memaksa putrinya untuk menerimanya sebagai ayah, ia ingin Anjani sendiri yang memanggilnya dengan sebutan ayah.
"Tidak mau! Anjani tak akan melepaskan Ayah! Ayah akan meninggalkan Anjani jika Anjani melepaskan Ayah."
"Cobalah mengerti, Nak. Jangan buat keadaan semakin rumit dan sulit untuk Ayah."
"Kenapa terus aku yang mencoba mengerti? Aku masih kecil saat Ayah mencoba membuatku mengerti ketika Mama mengerti, lalu sekarang Ayah mencoba membuatku mengerti kepergian Ayah. Aku tak mau mengerti apapun!"
"Maafkan Ayah, Anjani."
Faisal menyuntik Anjani di bagian lengan dengan suntikan bius yang membuat anak perempuan itu tertidur di pelukannya. Arman tak menyangka jika Faisal akan senekat ini sampai membius Anjani.
"Apa yang kau lakukan?! Kau menyakiti Anjani!"
"Aku terpaksa melakukannya karena Anjani tak akan membiarkan aku pergi dengan keadaan sadar. Jaga Anjani, sayangi dia, dan rawat dia dengan baik. Aku tak akan memaafkanmu jika terjadi sesuatu yang buruk pada Putriku."
Setelah memberikan Anjani ke tangan Arman, Faisal bergegas pergi meninggalkan Arman. Ia sudah menyelesaikan semua tugasnya mulai dari menjauh dari Berlin dan Ankara, mengajak Liya bermain untuk terakhir kalinya, dan memberikan Anjani ke tangan yang tepat. Kini ia bisa menghela nafas lega dan bersiap menghadapi tantangan terbesar dalam hidupnya.
[][][][][][][][][][][][][]
Tangerang, 12 April 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Terakhir
RomanceBinar sudah terbiasa hidup bergantung pada kursi roda semenjak umur sepuluh tahun. Sejak saat itu kepribadiannya berubah, tak ada ada lagi keceriaan dan tawa, yang ada hanya kesedihan. Mimpi menjadi seorang atlet pun kandas karena satu tragedi palin...