Bab -37-

43.4K 4.5K 78
                                    

"Mungkin hubungan ini salah, pertemuan kita salah, namun aku bersyukur pernah bertemu dan sedang menjalin hubungan denganmu."
-Faisal Khasan-

TARGET: 1,2 K VOTE LANGSUNG UPDATE.
....................

Sudah seminggu semenjak kematian Shinta dan bayinya, Binar dan Faisal belum bertemu dikarenakan Faisal pergi ke proyek yang bermasalah selama seminggu ini. Kepergian Faisal untuk bekerja membuat Binar yakin jika pria itu hanya pura-pura sedih saat kematian Shinta dan bayinya.

Baik Binar dan Faisal tak ada yang mencoba menghubungi satu sama lain, keduanya memutuskan untuk membuat jarak pada satu sama lain karena sadar jika keduanya bertemu atau bicara maka akan saling menyakiti satu sama lain.

Kondisi rumah dan penghuninya sudah membaik dan bisa beraktivitas dengan normal lagi walaupun rasa rindu masih membayangi rumah ini karena tidak ada Shinta lagi di rumah ini.

Saat ini Binar sedang bermain bersama Liya yang diantar oleh Levron untuk tinggal di rumah ini selama seminggu ke depan karena ada jadwal asuh anak yang telah disepakati Levron dan Faisal.

"Wah, bonekanya cantik sekali, siapa namanya?"

"Nama bonekanya Lili, Tante."

"Lili dan Liya, kalian cocok sekali."

"Makasih, Tante."

Liya, walaupun masih sangat kecil dan tak mengerti apa yang terjadi pada pernikahan orang tuanya namun balita itu tidak rewel saat harus pindah tempat tinggal antara rumah Levron dan Faisal. Binar bisa melihat jika saat besar nanti, Liya akan menjadi perempuan yang bijaksana dan tenang.

"Ayah kemana ya, Tante?"

"Lagi kerja."

"Kapan pulangnya?"

"Hari ini."

"Liya engga sabar ketemu Ayah soalnya Ayah sudah janji mau membelikan boneka baru untuk Liya."

Sebenarnya Binar tak mau membicarakan Faisal karena kebenciannya pada pria itu semakin besar, tapi ia tak bisa mengacuhkan Liya dan membuat anak itu sedih sehingga terpaksa tersenyum dan membalas setiap pertanyaan Liya.

"Kak Liya!"

"Anjani!"

Anjani yang baru saja pulang dari taman kanak-kanak langsung berlari, begitu pun Liya. Kedua anak kecil itu saling berpelukan dan terlihat begitu bahagia bisa bertemu dengan satu sama lain. Walaupun beda ibu, tapi keduanya tampak akrab dan saling menyayangi.

"Anjani, lihat boneka aku, cantik kan?"

"Cantik banget, Mama ambilkan boneka aku di kamar, aku mau main boneka dengan Kak Anjani."

"Iya, Sayang."

Septhi yang baru masuk rumah setelah menjemput anaknya dari sekolah langsung masuk ke dalam kamar puterinya dan membawa keranjang berisi banyak boneka milik puterinya. Kedua anak kecil itu pun bermain boneka bersama di kamar Binar. Septhi melihat Binar yang mulai bisa tertawa lagi saat bersama dengan anak-anak, hal ini baik untuk kesehatan Binar karena dalam seminggu ini, Binar selalu sedih, murung, dan menangis saat mengingat tentang kematian Shinta dan bayinya.

"Ayah!"

Namun tawa Binar hanya sebentar dan langsung lenyap saat mendengar panggilan dua orang tersebut untuk Faisal. Ia bahkan tak sudi menoleh saat Faisal masuk ke dalam kamarnya dan kedua anak itu memeluk erat Faisal.

"Apa kabar, Kedua Puteri Ayah?"

"Baik, Ayah. Mana hadiah untukku?"

"Ini, Sayang."

"Hanya untuk Kak Liya, untukku mana?"

"Engga dong, pasti Ayah juga membelikan untuk Anjani."

"Makasih, Ayah!"

Kedua anak kecil itu tampak bahagia saat diberikan hadiah oleh Faisal. Mereka pun kembali bermain, Binar langsung menggerakkan kursi rodanya keluar dari kamarnya sendiri dan berjalan ke arah dapur. Ia butuh sesuatu yang dingin untuk meredakan api amarahnya, ia pun meminum segelas air dingin. Namun tanpa diduga, Faisal juga menyusulnya ke dapur.

"Aku ingin bicara denganmu, Binar."

"Bicara saja."

"Sudah seminggu berlalu, aku harap hubungan kita bisa kembali membaik."

"Sudah selesai bicaranya? Aku muak mendengar suaramu."

Binar langsung menggerakkan kursi rodanya keluar dari dapur dengan raut wajah datar, Faisal hendak mengejar Binar namun tiba-tiba saja Harini muncul dan menahannya.

"Faisal, aku sangat merindukanmu, Sayang."

Binar menatap jijik ke arah Harini yang kini memeluk Faisal dengan tak tahu malunya padahal mereka belum menikah, sedangkan Faisal yang menyadari Binar sedang menatap ke arahnya langsung melepaskan pelukan Harini.

"Jangan bersikap seperti ini, Harini."

"Kenapa? Aku kan Calon Istrimu, tak masalah jika aku dekat dengan dirimu."

"Memang tidak salah, tapi hubungan kalian yang salah, seharusnya kau malu pada dirimu sendiri. Kau mendekati pria yang sudah menikah bahkan istri pria itu baru saja meninggal, sebelumnya kau pun sudah mengusir istri lainnya, perempuan yang tak punya harga diri seperti itu hanya bisa mencoreng harga diri setiap perempuan dengan tingkah murahanmu."

Bukan Faisal yang menjawab, melainkan Binar yang kini menatap tajam ke arah Harini. Suasana di antara Harini dan Binar pun menjadi mencekam, Harini menjadi emosi dengan hinaan Binar dan hendak maju mendekat ke arah Binar tapi Faisal menahan.

"Keluar dari rumahku, Harini."

"Kau mengusirku demi perempuan cacat ini?!"

"Sekali lagi aku perintahkan dirimu untuk keluar dari rumahku atau aku akan memanggil satpam untuk mengusirmu."

"Kenapa kau berubah, Faisal? Sebentar lagi kita akan ....

"Aku membatalkan pernikahan kita."

Empat kata yang terucap dari bibir Faisal dengan nada datar dan dingin mampu membuat tubuh Harini terdiam mematung dan matanya berkaca-kaca. Harini tak menyangka Faisal akan mengatakan hal itu, begitu pun Binar.

"Apa alasannya? Apa karena kau bosan padaku? Atau karena kau terhasut ucapan Binar?"

"Aku sudah lelah dengan semua drama ini, jadi aku tak mau menambah drama baru dengan menjadikanmu sebagai Istriku."

"Kejam sekali kau, Faisal! Setelah semua yang kita lewati, setelah aku memberikan segalanya padamu, kau dengan teganya mencampakkan aku?!"

Harini yang kecewa dengan keputusan Faisal mulai menangis keras dan memukul Faisal namun tenaganya tak seberapa dengan tenaga Faisal yang kini menyeretnya keluar dari rumah ini.

Binar yang melihat semua itu hanya bisa terdiam saat Faisal menutup dan mengunci pintu, membiarkan Harini berteriak meminta balikan dengan Faisal namun Faisal tak mempedulikan hal itu.

"Jika kau lakukan hal ini dari awal pernikahanmu, maka semua ini tak akan terjadi."

"Jika aku melakukan ini dari awal pernikahanku, maka aku tak akan bertemu dan menikahimu."

Faisal pergi begitu saja berlalu dari hadapan Binar, sedangkan Binar hanya bisa terdiam dengan kening berkerut karena tak paham dan bingung dengan ucapan Faisal.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Tangerang, 20 Oktober 2021

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang