Jika aku mempunyai anak darimu
Maka hidup anakku pasti akan menderita
Tapi kau tak mau mengerti dan lebih memikirkan egomu saja
-Binar Swastika-Saat Binar sampai di rumah, hari sudah sore. Binar pun meminta Elis membawa belanjaan bukunya ke dalam kamarnya. Namun entah kenapa saat ia membuka pintu kamar, Elis masih diam berdiri di depan pintu, terlihat seperti ketakutan.
"Ayo masuk, Elis."
"Kenapa masih diam?"
"Maaf, Nona. Saya engga bisa masuk. Ada Tuan Faisal di dalam. Nona harus berhati-hati sepertinya Tuan Faisal sedang marah."
Kening Binar berkerut dan tatapannya langsung berubah jadi bingung, seingat Binar, Faisal sudah mengizinkan ia pergi ke Mall tadi bahkan suaminya mengembalikan tasnya yang sempat direbut. Tak ada pertengkaran saat ia pergi, tapi kenapa Faisal marah sekarang?
"Faisal bicara apa ke kamu?"
"Tuan tadi berteriak dan memukul saya .... Tuan menuduh saya menyembunyikan Nona lalu ....
Sebelum Elis sempat menyelesaikan ucapannya, terdengar suara benda terjatuh yang sangat nyaring hingga membuat Binar dan Elis berjingkat kaget. Binar yang melihat reaksi pelayannya yang menangis dan terlihat tertekan membuat ia tak tega meminta penjelasan lanjut dari Elis, ia memilih menghadapi amukan Faisal sendirian.
"Pergilah, Elis. Taruh saja buku-buku itu di kamarmu dulu."
"Nona, maaf saya tidak bisa membantu."
"Tidak apa-apa. Lagi pula ini masalah rumah tanggaku, sudah seharusnya hanya aku dan Faisal yang menyelesaikannya."
Elis pun terpaksa berbalik badan dan menjauh dari kamar Binar. Elis merasa bersalah dan tak berguna karena tak bisa membantu Binar menghadapi Faisal. Hal itu karena statusnya dengan Faisal jauh beda, ia hanya pelayan sedangkan Faisal adalah majikan.
Binar pun memberanikan diri masuk ke dalam kamar namun tidak menutup pintu karena ia pun takut pada Faisal saat pria itu sedang marah.
Faisal duduk di tepi kasur dengan tangan memegang gelas berisi minuman beralkohol karena ada botol minuman alkohol itu di atas meja. Binar tak pernah mengkonsumsi minuman tersebut jadi tak tahu jenisnya. Akhirnya Faisal menyadari keberadaannya dan menatapnya dengan mata sayu lalu berjalan ke arahnya dengan sempoyongan, sepertinya suaminya sudah mabuk parah.
"Istri terakhirku sudah pulang."
"Bagaimana kabarmu, Sayang?"
"Peluk aku sini."
Dugaan Binar terbukti benar bahwa suaminya sudah mabuk dan hilang kendali. Jika Faisal dalam keadaan sadar, suaminya tak mungkin memanggilnya dengan sebutan sayang yang malah terdengar menyeramkan, ketimbang romantis.
Binar langsung menggelengkan kepala dan menggerakkan kursi rodanya agar mundur saat Faisal merentangkan tangannya, mana berani ia berurusan dengan orang mabuk. Saat sadar saja Faisal bisa membuatnya berakhir di rumah sakit, lalu bagaimana saat mabuk? Mungkin Faisal hanya akan membuatnya tinggal nama saja.
"Faisal, kau mabuk. Menjauh dariku."
"Aku .... tidak mabuk, Sayang. Lihat, aku bisa mengenalimu."
"Faisal, jangan sentuh aku!"
Binar menghempaskan tangan suaminya yang hendak menyentuh pipinya, ia tak pernah berurusan dengan orang mabuk sehingga tak tahu bagaimana cara mengatasi Faisal saat ini.
"Beraninya kau menolakku, Binar?!"
Faisal melempar botol minuman alkohol itu ke arah Binar, untungnya Binar bisa menggerakkan kursi rodanya dengan cepat untuk mundur atau ia akan terluka lagi. Faisal terlihat sangat marah hanya karena hal kecil. Tubuh Binar bergetar hebat karena rasa takut yang ia rasakan saat ini, ia mulai meneteskan air mata saat Faisal malah tersenyum saat melihat ke arahnya. Suaminya terlihat senang karena hampir melukainya.
"Faisal, aku tak mencari masalah denganmu."
"Aku juga tidak menghinamu."
"Sebelum berangkat, kita pun baik-baik saja."
"Lalu kenapa kau mabuk dan bertindak kasar seperti ini padaku?"
Bukannya menjawab pertanyaan Binar, Faisal malah maju ke depan dan memegang kedua sisi kursi roda Binar hingga mengurung Binar di antara kedua tangannya. Faisal mendekatkan wajahnya ke wajah istrinya dan mencium bibir Binar.
Binar tak berani menolak karena takut dilempar barang lagi oleh Faisal, namun ia pun tak membalas ciuman Faisal, bahkan bibirnya tertutup rapat. Bagaimana bisa ia menikmati ciuman suaminya di saat suaminya sedang tak sadar?
"Malam ini akan aku buat kau mengandung calon anakku."
Mata Binar langsung membulat saat mendengar ucapan Faisal, ia seketika teringat pada botol pil pencegah kehamilannya, berarti Faisal tahu niatnya untuk tidak hamil anak pria itu. Faisal marah dan tak terima lalu ingin membalasnya dengan menghamilinya. Binar pun langsung mendorong tubuh suaminya agar menjauh darinya, Faisal yang mabuk pun langsung terdorong ke belakang karena tak punya tenaga lagi.
"Faisal, jangan lakukan itu."
"Kenapa, Sayang? Kita sudah menikah, wajar jika kita punya anak."
Faisal tersenyum miring melihat Binar yang semakin tahu, ia puas karena berhasil membalas istrinya walaupun balasan ini belum seberapa.
"Tapi pernikahan kita tidak wajar, Faisal. Kau punya tiga istri lainnya dan dua anak, kau pikir aku akan membiarkan anakku berada di lingkungan seperti ini? Tumbuh dengan berbagai pertanyaan karena kehidupannya tak seperti anak pada umumnya seperti, kenapa Ayahnya memiliki empat istri sedangkan ayah anak lain hanya memiliki satu istri? Kenapa ayahnya bersikap kasar? Kenapa harus ada anak yang lain yang bukan anak Mamanya? Kenapa Ayahnya tak menyayanginya dan Mamanya? Lebih baik aku tak punya anak dari pada memberikan kehidupan seburuk itu pada anakku."
"Namun sayangnya aku tak peduli, Binar. Mari bersenang-senang."
Faisal hanya mempedulikan nafsu dan egonya saat ini. Ia ingin menyentuh Binar dan melampiaskan nafsunya sekaligus membalas perbuatan istrinya. Binar mencoba memberontak saat Faisal mengangkatnya dari kursi roda lalu menjatuhkannya di kasur.
Ia berusaha melawan namun tenaga perempuan lumpuh tetap akan kalau dibandingkan dengan pria bertubuh atletis walaupun Faisal sedang mabuk.
"Faisal, kau sangat jahat padaku. Jangan buat hidupku lebih menderita dari ini. Aku mohon."
"Nikmati saja, Sayang."
Percuma memohon pada pria tak berhati seperti Faisal karena nyatanya pria itu langsung merobek pakaian Binar dan memulai aksi kejamnya. Kali ini Faisal lebih bersemangat melakukan hubungan intim tersebut dan sedikit lebih kasar, sedangkan Binar hanya bisa menangis dan menatap ke arah lain, ia tak sudi menatap tatapan penuh nafsu suaminya. Binar jijik pada suaminya sendiri.
Faisal membuktikan kata-katanya, berulang kali pria itu menanam benih di dalam rahim Binar. Belum cukup melakukan itu, Faisal mengambil sebuah pil dari kantong celananya dan membuat Binar bingung sekaligus panik karena takut pil itu termasuk rencana buruk Faisal.
"Telan pil kesuburan ini agar kau cepat hamil."
"Aku tidak mau! Buang pil itu! Aku tak sudi menelannya!"
Binar melempar pil itu hingga berhamburan di kasur, namun Faisal tak menyerah dan mengambil lagi pil itu, membuka paksa mulut Binar lalu memasukkan pil tersebut ke dalam mulut Binar hingga tertelan. Baru setelahnya Faisal turun dari tubuh Binar setelah melakukan aksi busuk nya. Binar mencoba memuntahkan pil itu tapi tak bisa, terlebih Faisal yang memeluk erat dirinya hingga ia tak bisa kemana-mana. Hanya keajaiban Tuhan yang bisa membantunya, ia berharap Tuhan mendengarkan keinginannya kali ini saja agar mematikan semua bibit Faisal dalam rahimnya.
[][][][][][][][][][][][][][][][][][]
Tangerang, 16 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Terakhir
RomanceBinar sudah terbiasa hidup bergantung pada kursi roda semenjak umur sepuluh tahun. Sejak saat itu kepribadiannya berubah, tak ada ada lagi keceriaan dan tawa, yang ada hanya kesedihan. Mimpi menjadi seorang atlet pun kandas karena satu tragedi palin...