Bab -39-

43.7K 4.3K 104
                                    

"Setiap manusia punya rahasia. Tapi, aku tak pernah menyangka jika rahasiamu sangat menyakitkan."
-Septhi Primitya-

D O U B L E U P D A T E!

TARGET: 1,3 ATAU 1300 VOTE, LANGSUNG UPDATE.

PLEASE, JANGAN JADI SILENT READERS.
..........

Akhirnya Binar terbangun, Septhi dan Faisal langsung sigap berdiri untuk membantu Binar jika membutuhkan sesuatu. Binar masih terdiam sambil menatap bingung ke arah sekitar ruangan yang menurutnya asing, jelas ini bukan kamarnya karena warna cat kamarnya adalah abu-abu sedangkan ruangan ini berwarna putih. Terlebih ia tak ingat kapan dirinya dibawa ke rumah sakit.

"Kenapa aku berada di rumah sakit? Apa yang terjadi?"

"Kami menemukan dirimu dalam kondisi pingsan sehingga langsung membawamu ke rumah sakit."

Mendengar jawaban Septhi dan melihat tatapan tajam Faisal tertuju ke arahnya membuat Binar sadar bahwa keduanya sudah tahu bahwa ia mengkonsumsi obat tidur. Ia hanya bisa menunduk dan tak berani menatap keduanya.

"Kenapa kau menggunakan obat tidur, Binar? Tidak tahukah dirimu bahwa kami berdua khawatir padamu dan janinmu?"

Binar pikir Faisal akan sangat marah dan membentak bahkan mungkin memukulnya karena sudah membahayakan calon penerusnya. Namun di luar dugaan, Faisal malah berbicara dengan lembut sambil memeluknya bahkan Binar merasakan bahunya basah, apa mungkin Faisal menangis karena khawatir padanya?

Dugaan Binar terbukti benar saat Faisal melepaskan pelukannya dan langsung berbalik badan untuk menutupi dan menghapus air matanya.

"Kau khawatir padaku?"

"Jelas, aku khawatir padamu. Kau adalah Istriku."

Jawaban Faisal membuat Binar dan Septhi langsung diam mematung, tak menyangka jika Faisal akan menekan egonya dan menjawab jujur. Keduanya jadi canggung dan bingung harus berkata apa.

"Apa kau lapar? Haus? Atau lelah?"

"Aku merasa haus dan lapar."

"Biar aku panggilkan suster untuk membawakan makanan dan minuman untukmu."

"Iya."

Tak cukup dengan perhatian dan tindakan manis yang tiba-tiba Faisal tunjukkan pada Binar, sekarang Faisal mencium kening Binar sebelum akhirnya keluar dari ruang rawat. Binar spontan menyentuh keningnya, ia bisa merasakan bahwa itu adalah ciuman tulus, bukan ciuman nafsu.

"Septhi, Faisal kenapa? Apa dia terbentur sesuatu saat mengantar ku ke rumah sakit?"

"Mungkin Faisal mulai jatuh cinta padamu."

Binar dibuat melongo dengan jawaban Septhi, apalagi perempuan itu menggodanya dengan kedipan mata.

"Tidak mungkin, mana mungkin pria yang tak punya hati bisa mencintai seseorang?"

"Setiap manusia lahir dengan hati, jika dia tak punya hati maka dia tak akan hidup, hanya saja hati tersebut belum mengerti arti cinta, dan mungkin sekarang hati tersebut sudah mengerti arti cinta."

"Kau ini bicara melantur."

Septhi hanya tersenyum tipis melihat Binar yang tak percaya pada apa yang ia katakan, mereka pun kembali diam dan akhirnya Faisal datang bersama suster yang sudah membawa makanan dan minuman untuk Binar. Saat suster itu hendak menyuapi Binar, Faisal langsung mengambil mangkuk dan sendok di tangan suster.

"Biar aku saja yang menyuapi Istriku."

"Baik, Tuan."

Suster itu pasrah dan melakukan tugas lain yaitu mencatat perkembangan tubuh Binar setelah bangun dari pingsan. Faisal hendak menyuapi Binar namun Binar malah tetap menutup mulutnya dengan rapat.

"Binar, aku berniat baik untuk merawatmu, ayo buka mulutmu."

"Aku tidak mau disuapi olehmu, biarkan suster atau Septhi yang melakukannya."

Septhi yang melihat keduanya hendak bertengkar lagi langsung menengahi dengan menghampiri Binar dan mengusap rambut Binar dengan lembut lalu menasehatinya.

"Jangan bersikap kekanak-anakan, Binar. Kau butuh nutrisi yang banyak untuk janinmu. Makanlah."

Ucapan Septhi berhasil mempengaruhi Binar yang akhirnya Binar mulai makan dari suapan Faisal. Septhi pun memutuskan pamit pulang ke rumah untuk mengambil barang-barang Binar dan melihat kondisi Liya dan Anjani yang ditinggalkan di rumah bersama para pelayan.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Sesampainya di rumah, Septhi langsung masuk ke kamar Binar dan memerintahkan Elis untuk membantunya mengemasi barang-barang Binar. Elis yang sudah tahu apa yang terjadi tadi pagi dari teman sesama pelayannya langsung bergegas melakukan perintah dari Septhi dan terlihat jelas bahwa ia khawatir pada kondisi Binar.

Sembari menunggu Elis selesai berkemas, Septhi berjalan-jalan di kamar Binar dan memperhatikan isi kamar yang tampak biasa seperti kamar pada umumnya dan sedikit lebih kecil dari kamarnya. Namun ada satu hal yang menarik perhatiannya yaitu tumpukan buku di meja, ia pun mengambil satu-persatu buku tersebut, buku di tumpukan atas adalah buku novel, lalu selanjutnya buku tentang parenting, dan yang ketiga adalah diary.

Diliputi rasa penasaran karena Binar jarang mengatakan perasaannya pada siapa pun, Septhi pun memberanikan membuka buku diary itu walaupun ia tahu tindakannya tak sopan. Ternyata diary tebal ini adalah diary Binar dari umur sepuluh tahun, tepatnya setelah tragedi kakinya lumpuh.

Dear Diary

Ini pertama kalinya aku menulis pada sebuah diary tentang hidupku.

Tepatnya hari ini, aku akan mengubah identitasku.

Aku menjadi Binar dan Binar menjadi diriku di mata Mama.

"Nyonya sedang apa?"

Pertanyaan dari Elis membuat jantung Septhi berdegup kencang seakan tertangkap basah sedang mencuri. Sedangkan Elis terlihat bingung dengan reaksi berlebihan dari majikannya, terlebih majikannya sampai berkeringat di ruangan yang memiliki pendingin.

Tak pernah Septhi sangka jika halaman pertama buku ini telah mengungkap hal yang tak pernah ia tahu tentang Binar atau lebih tepatnya rahasia Binar. Ia pun segera menyembunyikan diary tersebut di belakang tubuhnya dan berusaha terlihat tenang namun saat ia bersuara, ia malah bicara terbata-bata.

"Kau saja .... yang antar pakaian tersebut ke rumah sakit, aku harus ..... harus melakukan sesuatu."

Tanpa menunggu jawaban dari Elis, Septhi langsung buru-buru keluar dari kamar Binar dan semakin membuat Elis bingung karena tak mengerti apa yang terjadi pada majikannya. Namun Elis tetap melakukan perintah Septhi dan pergi bersama supir ke rumah sakit.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Tangerang, 22 Oktober 2021

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang