"Saat kau menganggapku lemah, maka aku akan memanfaatkan kelemahanmu untuk membuktikan bahwa kau yang lemah."
-Binar Swastika-Ketiga istri Faisal dan Elis sedang duduk di ruang tunggu depan ruang operasi dimana tim medis sedang berusaha menyelamatkan nyawa Faisal.
"Bagaimana bisa hal ini terjadi?"
"Siapa yang menusuk Faisal?"
Shinta angkat suara untuk bertanya pada Binar maupun Elis yang saat itu berada di kamar bersama Faisal. Elis tak berani bicara walaupun ia tahu pelaku penusukan itu, ia tak mungkin menjerumuskan Binar ke penjara setelah Binar berusaha membantunya.
"Aku yang menusuk Faisal."
Di luar dugaan, Binar malah mengakui sendiri perbuatannya dan membuat semua orang terkejut. Elis langsung angkat suara untuk membantah hal itu.
"Tidak ... maksudku, Nona Binar hanya merasa syok saat hal itu terjadi, kami menemukan Tuan Faisal di dalam kamar dengan kondisi sudah tertusuk. Kami tak tahu pelakunya siapa."
"Tak perlu berbohong, Elis. Kau pun tahu bahwa aku pelakunya."
Binar menatap tajam ke arah Elis karena tak suka temannya berbohong demi menyelamatkannya. Sedangkan Elis tak lagi bicara dan memutuskan diam. Septhi dan Shinta masih terdiam untuk mencerna apa yang baru saja mereka dengar.
"Kenapa kau menusuk Faisal?"
"Karena dia mencoba melecehkan Elis."
"Apa yang kau pikirkan, Binar? Elis hanya seorang pelayan, wajar jika dia menjadi pelampiasan nafsu majikannya, kau melakukan hal yang tak berguna."
Septhi tak habis pikir dengan Binar yang nekat membunuh Faisal hanya karena Elis. Perlahan-lahan ia tak lagi membenci Binar dan tak menganggapnya sebagai musuh karena Septhi maupun Shinta sadar bahwa Binar adalah perempuan baik. Namun kebaikan Binar kali ini berlebihan. Sedangkan Elis tak merasa tersinggung dengan ucapan istri kedua majikannya karena ia tahu hal itu benar.
"Pelayan pun adalah manusia. Semua orang di hadapan Tuhan derajatnya sama, tidak ada yang berbeda."
"Tapi kau akan dipenjara setelah ini, kau harusnya memikirkan dirimu sendiri sebelum memikirkan orang lain. Terlebih kau sedang berjuang membantu Levron mendapatkan hak asuh Liya, jika Hakim tahu kau mencoba membunuh suamimu sendiri maka hakim akan langsung memutuskan memberikan hak asuh Liya kepada Faisal karena saksi terkuat di pihak Levron yaitu diri mu telah melakukan kejahatan."
Shinta berusaha menyadarkan Binar akan apa yang diperbuat Binar. Namun Binar tak terpengaruh dengan ucapan Shinta, yang lain pun sudah lelah menjelaskan hal ini pada Binar. Saat ini polisi belum datang karena tak ada yang mau melapor ke polisi atas kasus pembunuhan itu, terlebih saat tahu siapa pelaku pembunuhan ini yaitu Binar. Mereka tak tega melakukan itu pada Binar. Namun mereka tahu nanti Faisal akan melapor ke polisi setelah sadar dan setelahnya mereka tak bisa membantu Binar.
[][][][][][][][][][][][][][][][][][][]
"Operasi berhasil dan kami telah menyelamatkan nyawa Pasien, namun Pasien belum sadarkan diri, sebentar lagi Pasien akan sadar."
"Baik, terima kasih, Dokter."
Setelah Septhi membalas ucapan dokter, dokter tersebut pergi. Mereka masih diam bergeming di tempat, tak berani masuk ke dalam ruangan Faisal. Mereka takut hal yang tak diinginkan terjadi. Namun anehnya, Binar yang malah menggerakkan kursi rodanya dan masuk ke dalam ruangan Faisal. Yang lain hanya bisa saling pandang satu sama lain dengan ekspresi bingung lalu memutuskan menyusul Binar karena takut Faisal emosi dan melukai Binar.
"Perempuan sialan!"
Di luar dugaan, Faisal ternyata sudah bangun dan langsung melempar vas bunga ke arah Binar, lalu setelahnya meringis kesakitan sambil memegang punggungnya yang masih terasa sakit. Untungnya Binar berhasil menghindar. Yang lain terkejut melihat tindakan Faisal dan berusaha menenangkan pria itu.
"Faisal, tahan emosimu. Jangan bersikap seperti ini."
"Septhi benar, kami tahu Binar salah tapi dia pasti punya alasan melakukan itu, mohon tenang terlebih dahulu."
"Kalian berdua adalah Istriku! Harusnya kalian memihak padaku, bukan pada pembunuh itu! Aku akan melaporkan pembunuh ini ke kantor polisi."
Percuma berusaha menenangkan Faisal karena tak ada yang bisa mengendalikan Faisal. Mereka menatap kasihan ke arah Binar sedangkan Faisal menatap penuh kebencian pada istri terakhirnya itu. Binar sendiri tetap dengan tatapan tenangnya.
"Shinta, berikan ponselmu padaku!"
"A ... aku lupa bawa ponsel."
"Jangan berbohong, Shinta!"
Dengan terpaksa Shinta mengambil ponsel dari saku bajunya, ia sudah berusaha menyelamatkan Binar namun tak berhasil. Faisal langsung mengambil ponsel itu dengan kasar dan hendak menelepon polisi namun terhenti saat mendengar ucapan Binar.
"Telepon saja polisi, tapi kau akan kehilangan kesempatan mendapatkan penerusmu yaitu anak laki-laki."
[][][][][][][][][][][][][][][]
Tangerang, 02 Oktober 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Terakhir
RomanceBinar sudah terbiasa hidup bergantung pada kursi roda semenjak umur sepuluh tahun. Sejak saat itu kepribadiannya berubah, tak ada ada lagi keceriaan dan tawa, yang ada hanya kesedihan. Mimpi menjadi seorang atlet pun kandas karena satu tragedi palin...