Bab -50-

39.5K 4.3K 247
                                    

"Terkadang kebaikan dianggap kelemahan, padahal nyatanya kebaikan adalah kekuatan seseorang."
-Faisal Khasan-

TARGET: 1,7 K ATAU 1700 VOTE.
..............................

Binar telah mengambil keputusan, ia akan memilih mengutamakan kepentingan nya sendiri, namun sebelum ia mengatakan pada Faisal, ia akan menjelaskan hal ini dulu pada Septhi karena ia tahu berita ini sangat berat bagi Septhi.

Saat ini ia berada di depan pintu kamar Septhi yang tertutup, ia berusaha memberanikan diri dengan mengetuk pintu tersebut.

"Septhi, ini aku Binar."

"Bolehkah aku masuk?"

Tak ada jawaban dan membuat Binar bingung, ia kembali mengetuk namun hasilnya tetap sama. Padahal tadi pelayan mengatakan bahwa Septhi ada di dalam kamar tapi kenapa Septhi tidak menyahut dan membukakan pintu?

"Septhi, kau ada di dalam? Aku akan masuk ke kamarmu."

Binar membuka pintu tersebut dan untungnya tidak terkunci, ia menggerakkan kursi rodanya dengan perlahan sambil menatap sekitar kamar yang tampak kacau dan berantakan. Entah apa yang terjadi tadi sehingga kamar ini berubah jadi kapal pecah. Belum cukup rasa terkejut karena kondisi kamar, ia harus melihat Septhi berbaring di lantai dengan berlumur darah dan ada pisaua tertancap di perutnya. Sontak Binar menutup mulutnya dengan tatapan tak percaya lalu berteriak histeris.

"Septhi!"

[][][][][][][][][][][][][][][][][]

Septhi telah dibawa ke rumah sakit oleh Faisal dan Binar. Setelah melihat kondisi Septhi, Binar langsung menelepon Faisal agar pulang ke rumah. Saat ini keduanya sedang menunggu dokter keluar untuk memberitahukan keadaan Septhi karena Septhi harus di operasi untuk mengeluarkan pisau dari perutnya.

Binar masih trauma dengan kejadian tadi sehingga ia terus menangis di pelukan Faisal. Ini kedua kalinya ia melihat seseorang mencoba bunuh diri, dulu ia kehilangan orang tersebut, kali ini jika ia kehilangan Septhi juga mungkin ia tak bisa menghilangkan trauma itu untuk selamanya.

"Faisal, Septhi pasti selamat kan? Dia tidak boleh meninggalkan kita, kenapa dia melakukan itu?"

"Saat ini kita hanya bisa berdoa kepada Tuhan untuk menyelamatkan Septhi. Aku pun tak tahu alasannya melakukan itu."

"Aku takut kehilangan Septhi."

"Kita tidak akan kehilangan Septhi. Percaya padaku."

Faisal menatap Binar dengan tatapan penuh percaya diri dengan apa yang dikatakannya, tangannya menggenggam tangan Binar untuk menguatkan istrinya. Ucapan Faisal mampu membuat Binar sedikit tenang.

Detik berubah jadi menit, menit jadi jam, hingga tak terasa sudah hampir tiga jam mereka menunggu, akhirnya dokter keluar dari ruang operasi bersama suster. Faisal langsung berdiri dan menghampiri dokter tersebut.

"Bagaimana kondisi Istri saya, Dokter?"

"Berkat doa kalian dan izin Tuhan, kami berhasil menyelamatkan nyawanya. Dia masih tertidur karena pengaruh obat bius."

"Syukurlah, apa Septhi sudah bisa dijenguk?"

Kali ini Binar yang bertanya karena ia sudah tak sabar melihat Septhi. Dokter tersebut mengangguk dan membuat senyum Binar semakin lebar, Binar dan Faisal akhirnya masuk ke dalam ruang operasi. Mereka melihat Septhi yang belum sadarkan diri, Binar langsung memeluk Septhi dan kembali menangis karena tak kuasa melihat kondisi perempuan yang sudah ia anggap seperti teman.

"Kau selamat, Septhi. Kau tetap akan bersama kami."

[][][][][][][][][][][][][][][][]

Setelah berjam-jam, akhirnya Septhi membuka matanya, ia menatap bingung ke arah sekitar, ia menebak jika dirinya berada di rumah sakit karena warna cat ruangan ini dan bau obat yang menyengat. Spontan ia memegang perutnya dan langsung merintih kesakitan, sedikit pergerakan saja membuat perutnya terasa sakit. Ia berusaha mengingat apa yang terjadi dan kelopak matanya langsung melotot saat ingat ia baru saja bunuh diri.

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang