Bab -33-

47.2K 4.1K 73
                                    

"Berharap pada pria yang tak menghargai mu hanya membuat hati sakit."
-Arshinta Arundati-

Mungkin hari ini adalah hari yang paling bahagia untuk Binar setelah hampir sebulan harus menghadapi tingkah aneh suaminya, akhirnya ia punya secercah cahaya untuk keluar dari masalah berupa suaminya.

Berita Faisal yang akan pergi selama seminggu untuk sebuah proyek di Padang yang sedang ada masalah saat pembangunan karena beberapa warga menolak pembangunan rumah makan mewah itu membuat Faisal sebagai pimpinan harus turun tangan sendiri karena pembangunan jadi terhenti selama dua minggu ini karena warga sekitar tak mau bernegosiasi. Berita ini ia dapatkan dari Septhi yang saat ini sedang mempersiapkan Anjani untuk masuk ke play group di hari pertamanya.

Ia, Septhi, dan Anjani sudah duduk di kursi ruang makan sambil menunggu masakan selesai dihidangkan oleh pelayan dan menunggu Shinta serta Faisal datang.

"Wah, Anjani cantik sekali. Nanti Anjani pasti punya banyak teman di sekolah."

"Iya, Tante. Anjani senang banget hari ini."

"Tapi sekolah, Anjani jangan nakal ya, harus bersikap baik sama guru dan teman-temannya."

"Baik, Mama."

Melihat betapa menggemaskannya Anjani membuat Binar mengusap perutnya yang sudah terlihat membesar, ia membayangkan anaknya akan berada di posisi Anjani saat ini. Ia tak sabar menyambut kedatangan anaknya dan merawat serta mendidik anaknya dengan baik.

"Selamat pagi semuanya."

"Pagi, Shinta."

"Pagi, Tante."

Semua orang membalas sapaan Shinta yang sedang baru saja duduk di kursi, berhadapan dengan Binar. Usia kandungan Shinta sudah menginjak sembilan bulan, sebentar lagi Shinta akan melahirkan. Kemungkinan besar Shinta akan melahirkan secara normal karena tak ada masalah dengan kandungan maupun kesehatan Shinta.

"Apa kabar semuanya?"

"Baik, kau sendiri bagaimana? Sebentar lagi kau akan melahirkan, jangan terlalu banyak bergerak, kurangi aktivitasmu dan persiapkan segalanya untuk proses melahirkan mu agar lancar."

Septbj yang sudah mempunyai anak dan tahu proses perempuan saat mengandung dan melahirkan mulai memberikan beberapa nasehat pada Shinta. Binar pun mendengarkannya dengan serius karena ini adalah ilmu untuknya.

"Aku baik-baik saja tapi terkadang aku suka takut, khawatir, dan cemas sendiri saat memikirkan proses melahirkan. Padahal kandunganku sehat dan baik-baik saja."

"Jangan terlalu dipikirkan soal hal itu. Itu wajar bagi semua ibu hamil, kau harus menenangkan dirimu sendiri agar tidak gugup nantinya."

Di sela-sela mendengar percakapan Shinta dan Septhi, Binar dibuat terkejut dengan kehadiran Faisal yang tiba-tiba. Faisal langsung mencium keningnya dan mengubah kata manis yang membuatnya ingin muntah setiap harinya.

"Selamat pagi, Sayang. Selamat pagi, Jagoan Ayah. Baik-baik dalam kandungan Mama, jangan menyusahkan Mama ya."

"Faisal, sudah cukup."

Binar yang risih sekaligus tak enak hati pada kedua istri Faisal lainnya yang hanya bisa memperhatikan sikap sok manis Faisal padanya, akhirnya menurunkan tangan Faisal dari perutnya. Binar bisa melihat tatapan sendu di mata Shinta saat melihat perhatian Faisal pada dirinya dan kandungannya. Namun Faisal tidak melakukan hal yang sama pada Shinta dan kandungannya. Jawabannya hanya karena perbedaan gender antara anak yang dikandung Binar dan Shinta.

Jika Septhi sudah terbiasa dengan hal itu dan tak pernah memikirkannya karena memilih fokus mengurus Anjani dan sadar jika mencuri perhatian Faisal saat ini sulit, maka Shinta berbeda. Bagaimana pun Shinta berusaha bersikap acuh, masih saja ada kecemburuan dalam hatinya karena perasaannya sedang sensitif akibat kehamilan. Ada keinginan untuk diperhatikan namun Faisal selalu tak peduli pada Shinta semenjak hasil USG keluar.

Faisal yang membuat hati Shinta sedih tapi Binar yang memikirkannya. Sedangkan Faisal malah asyik memakan sarapannya. Faisal adalah makhluk paling tidak peka terhadap sekitar.

"Faisal, kau mau pergi selama seminggu untuk pekerjaan ya?"

"Iya."

"Tidak bisakah kau menundanya, aku sedang hamil tua, Dokter memprediksikan bahwa aku akan melahirkan minggu ini. Aku ingin kau ada di sisiku dan memberiku dukungan serta semangat saat melahirkan. Aku mohon."

Shinta menatap penuh harapan pada Faisal dengan raut wajah memelas. Yang lain pun berhenti makan kecuali Anjani. Septhi dan Binar menatap kasihan pada Shinta yang masih saja berharap pada Faisal. Padahal Shinta sendiri pun sudah tahu jawaban Faisal.

"Pekerjaan itu penting, aku tak bisa meninggalkannya untuk hal yang tak penting."

Seketika Shinta langsung beranjak dari kursinya dan berjalan cepat masuk ke dalam kamar, pasti perempuan malang itu menangis namun tak mau memperlihatkan kesedihannya pada orang lain. Faisal tampak santai lanjut makan tanpa memikirkan bahwa perkataannya sudah menyakiti hati Shinta.

Setidaknya jika Faisal menolak permintaan Shinta, maka tolak dengan kata-kata yang lembut dan halus, bukan kata-kata kasar yang menyakiti lebih dalam hati Shinta. Beginilah pahitnya mempunyai suami yang memiliki istri lebih dari satu bahkan tak mencintaimu.

"Jika sedikit saja kau punya hati, kau akan mengejar Shinta. Bukannya bersikap seperti iblis seperti ini."

Belum selesai Faisal mengerti maksud ucapan Binar, namun istrinya itu sudah menggerakkan kursi rodanya menuju kamar Shinta sambil membawa piring di pangkuannya dan gelas di tangannya. Faisal yang bingung dengan sikap Binar akhirnya bertanya pada Septhi.

"Binar kenapa? Dia tiba-tiba saja marah padaku."

Septhi memilih menggelengkan kepalanya, pura-pura tidak tahu karena ia tak mau memperkeruh suasana. Membiarkan Faisal mencari jawaban atas kebodohannya sendiri.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Tangerang, 10 Oktober 2021

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang