"Kehadiranmu adalah harapan fana yang akan selalu aku tunggu."
-Berlin Swastika-TARGET: 3100 VOTE ATAU 3,1 K VOTE.
.........................Aruna dan Lefi terkejut dengan ucapan suster tersebut, mereka jadi khawatir dengan keadaan Berlin di dalam ruang bersalin sehingga Aruna meminta izin pada suster.
"Boleh kah aku masuk sebentar ke ruang persalinan untuk menasehati Adikku?"
"Silahkan, semoga berhasil."
Aruna dan Lefi langsung masuk ke dalam ruang persalinan, mereka melihat Berlin yang menangis menahan rasa sakit sambil menyebut nama Faisal.
"Berlin, apa yang kau lakukan? Kau tidak memikirkan kondisi bayimu? Kenapa kau menolak ditangani Dokter?"
"Kak, tolong jangan egois. Kak Faisal pasti datang, tapi tolong lanjutkan persalinan demi kebaikanmu dan Bayimu."
Walaupun sudah dibujuk oleh dua saudarinya namun Berlin tetap menolak, Berlin yang keras kepala membuat Aruna kesal dan Lefi pusing memikirkan apa yang harus mereka lakukan.
"Faisal... harus menemaniku selama persalinan."
"Tapi, Berlin...
"Tolong jangan menekan Pasien saat ini, kondisinya sangat buruk dan akan semakin buruk dengan tekanan dari kalian. Lebih baik kalian keluar."
Aruna dan Lefi terpaksa keluar setelah dimarahi oleh dokter. Namun keajaiban terjadi saat mereka melihat Faisal berada di rumah sakit. Lefi spontan berteriak memanggil Faisal.
"Kak Faisal!"
"Lefi? Aruna? Kenapa kalian di sini?"
Faisal terkejut saat melihat dua saudari Berlin ada di rumah sakit. Sedangkan Aruna dan Lefi melongo tak percaya karena pria itu datang ke sini bukan untuk Berlin, buktinya malah bertanya alasan mereka ada di sini.
"Berlin hendak melahirkan, dia terus menolak ditangani Dokter karena tak ada kehadiranmu. Cepat temani dia."
"Apa? Bagaimana bisa prediksi persalinan Berlin lebih cepat?"
"Kami pun tak tahu, ayo cepat ikut kami, Kakak Ipar."
Lefi dan Aruna menuntun Faisal menuju ruang persalinan dan untungnya pria itu tak menolak. Hanya Faisal yang diperbolehkan masuk ke ruang persalinan untuk menemani Berlin, sedangkan Lefi dan Aruna hanya memantau dari jendela.
Di dalam ruang persalinan, Berlin langsung tersenyum bahagia melihat suaminya, sedangkan Faisal merasa bersalah melihat kondisi Berlin saat ini.
"Aku ada di sini, Berlin. Kau harus selamat demi diriku."
"Maaf.... Faisal, dengarkan penjelasan...
"Jangan bicarakan hal itu sekarang, fokuslah pada Anak kita."
Rasanya seperti mimpi saat Faisal kembali bersikap lembut padanya dan bicara dengan nada pelan. Kehadiran pria itu menjadi kekuatan bagi Berlin untuk berjuang melahirkan putra mereka. Faisal terus menggenggam tangan Berlin selama persalinan dan memberikan dukungan pada Berlin hingga akhirnya terdengar suara tangis bayi yang sangat nyaring.
"Selamat, bayinya laki-laki dan terlahir sehat, tanpa kekurangan apapun. Silahkan digendong bayinya."
Setelah kematian Putri terakhirnya yaitu Aruna Swastika, Faisal kembali menggendong bayinya namun kali ini bayinya sehat dan menangis. Ia menangis haru melihat putranya, ia yang pertama kali menggendong putranya, ia hendak mengatakan sesuatu pada Berlin namun terkejut saat Berlin tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Terakhir
RomanceBinar sudah terbiasa hidup bergantung pada kursi roda semenjak umur sepuluh tahun. Sejak saat itu kepribadiannya berubah, tak ada ada lagi keceriaan dan tawa, yang ada hanya kesedihan. Mimpi menjadi seorang atlet pun kandas karena satu tragedi palin...