Bab -55-

34.1K 4.3K 255
                                    

"Aku hanya ingin berguna sekali saja dalam hidup Puteriku, walaupun aku tak akan pernah menjadi Ayahnya."
-Arman Erlangga-

TARGET: 2,1 ATAU 2100 VOTE.

Update special 1 juta pembaca.

Walaupun target belum terpenuhi, namun aku memutuskan update untuk merayakan 1 juta pembaca.

Terima kasih untuk kalian yang sudah membaca cerita ini dan selalu mendukung cerita ini.

Tanpa kalian, cerita 'Istri Terakhir' engga akan bisa berada di posisi ini.

[][][][][][][][][][][][][][][][]

Setelah Anjani dibawa ke rumah sakit, dokter dan suster langsung bertindak untuk menolongnya. Namun sebelum masuk ruang rawat, tangan kecil Anjani memegang tangan Faisal dengan tatapan berkaca-kaca. Ini pertama kalinya Anjani sampai dirawat di rumah sakit, biasanya hanya diperiksa dokter pribadi lalu sembuh. Faisal mengerti ketakutan puterinya dan langsung balas menggenggam tangan mungil itu untuk memberikan kekuatan dan meyakinkan puterinya.

Septhi pun tak kuasa menahan tangisnya melihat kondisi puterinya, Binar beserta tim medis pun merasa terharu melihatnya. Dokter dan suster memberi waktu sejenak pads pihak keluarga untuk membuat Anjani lebih tenang. Sedsngkan Anjani yang melihat semua orang bersedih akan kondisinya menjadi menangis.

"Aku takut, Ayah."

"Jangan takut, Nak. Tidak akan terjadi hal buruk padamu."

"Bagaimana jika aku tidak kembali seperti Tante Shinta dan Adik Aruna?"

"Tidak, Sayang. Jangan katakan itu, kau pasti sembuh, ini hanya penyakit kecil."

Septhi langsung membantu menenangkan Anjani saat tak mampu mendengar kemungkinan buruk yang keluar dari bibir puterinya. Anjani hanya anak polos yang bicara sesuai pikirannya dan apa yang dilihatnya, maka dari itu Anjani bisa berkata demikian.

"Benar kata Mama, kamu pasti sembuh karena kamu adalah Puteri Ayah yang kuat."

"Aku tidak mau jadi kuat, aku hanya mau jadi Puteri tersayang Ayah, aku cuma mau selalu bersama Ayah, bermain dan tertawa bersama Ayah, aku tidak mau pergi dari Ayah."

"Ayah janji semua yang kamu inginkan akan terjadi, tapi Anjani harus mau diobati dulu biar bisa kembali sehat dan tetap bersama Ayah."

Akhirnya setelah berbagai bujukan anak perempuan cantik itu bersedia masuk ke ruang rawat dan melepaskan tangan ayahnya. Dokter dan suster pun mendorong brankar Anjani masuk ke dalam ruang rawat lalu menutup pintu.

Baru lima belas menit, suster datang dan memberitahukan bahwa Anjani butuh donor darah O secepatnya agar bisa dilakukan transfusi darah. Faisal langsung bergerak cepat masuk ke ruang donor darah untuk memeriksakan darahnya lebih dulu. Sedangkan Septhi masih terdiam berdiri di depan ruang rawat puterinya. Binar menggerakkan kursi rodanya ke arah Septhi untuk menghibur perempuan itu karena sebagai calon ibu, ia memahami perasaan Septhi yang merupakan seorang ibu.

"Percayalah, Anjani pasti sembuh. Dia akan kembali tertawa seperti dulu."

"Untuk pertama kalinya aku berharap apa yang kau ucapkan jadi kenyataan."

Di sisi lain, suster sudah menyuntik Faisal untuk mengambil darahnya untuk dicocokkan dengan darah Anjani. Faisal pun tinggal menunggu hasilnya lalu keluar dari ruang donor darah, kembali menghampiri Binar dan Septhi.

"Kenapa kau masih berdiri di sini, Septhi? Anjani butuh donor darah, ada kemungkinan darahku tidak cocok dengan Anjani karena darahnya cocok dengan darahmu, kau harus bergerak cepat agar Anjani bisa ditangani."

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang