"Hubungan darah lebih penting di mata pengadilan dari pada hubungan kasih sayang."
-Binar Swastika-Maaf telat update padahal bab sebelumnya sudah mencapai target, ada kesibukan yang engga bisa ditunda.
Bab ini engga aku kasih target, takutnya engga bisa update tepat waktu.
Selamat membaca.
................................"Faisal adalah pria paling bajingan yang pernah saya temui. Dia menggoda saya ketika jam kerja saat saya menjadi sekretarisnya, padahal statusnya saat itu adalah suami dari empat istri. Dia menjanjikan sebuah pernikahan pada saya apabila saya mau menjalin hubungan terlarang dengannya, namun setelahnya dia mencampakkan saya saat Istri terakhirnya yaitu Binar sudah mengandung anak laki-laki ....
Harini berhenti sejenak saat mengatakan nama Binar lalu menatap tajam ke arah Binar, namun Binar dengan berani balas menatapnya karena Binar tak merasa punya masalah dengan Harini. Hanya Harini yang merasa bermasalah dengan Binar. Harini benci Binar dan akan menghancurkan Binar beserta Faisal lewat kesaksiannya yang bisa mengambil Anjani, anak yang Faisal sayangi. Faisal dan Binar akan merasakan kehilangan dan kesedihan yang sama seperti dirinya saat ditinggal Faisal. Lalu Harini kembali menatap hakim dan melanjutkan ucapannya.
"Pria yang tidak setia, tidak menghargai perempuan, selalu menganggap rendah seorang perempuan dan menyakiti perempuan, pria seperti itu tak akan bisa menjaga anak perempuannya. Dia bisa saja nantinya merusak Anjani seperti dia merusak perempuan lain di luar sana."
"Tutup mulutmu, Harini! Aku tidak mungkin merusak Putriku sendiri!"
Faisal yang sudah tersulut api amarah karena mendengar kalimat terakhir Harini yang akan menggiring hakim untuk beropini sama akhirnya berdiri dan berteriak untuk menyangkal pernyataan Harini.
"Dia bukan Putrimu, dia Putri Septhi dan Arman!"
"Harap tenang, Tuan Faisal dan Nona Harini. Tuan Faisal, silahkan duduk kembali agar persidangan bisa dilanjut."
Hakim berusaha menenangkan keduanya agar kondisi kembali tenang, Faisal pun terpaksa duduk kembali, Harini yang sudah selesai memberi kesaksian akhirnya duduk.
"Bagaimana ini, Pengacara? Apa aku bisa mendapatkan hak asuh Putriku setelah apa yang diucapkan oleh Harini?"
Faisal tampak khawatir saat melihat para hakim seperti sedang merundingkan sesuatu. Pengacara Faisal pun tampak berusaha berpikir keras.
"Kita butuh saksi lain, aku akan mencoba meminta waktu lagi."
"Semoga berhasil."
Pengacara Faisal berdiri dan mengungkapkan permintaannya pada hakim, pengacara Septhi langsung menolak uluran waktu yang diminta sehingga ada sedikit perseteruan, namun untungnya hakim mengizinkan memberi waktu pada pihak Faisal sehingga pengadilan akan dilanjut besok.
Binar, Levron, Faisal, dan sang pengacara berjalan keluar dari ruang persidangan dengan raut wajah lesu. Septhi langsung menghadang jalan mereka untuk menghina kondisi Faisal saat ini.
"Bersiap-siaplah memberikan Anjani padaku."
"Itu hanya akan terjadi dalam mimpimu."
"Bagaimana jika aku menawarkan sesuatu padamu? Rujuk kembali denganku, maka kau tak akan kehilangan Anjani."
Septhi memulai lagi taktik menggodanya dan hendak menggapai tangan Faisal namun Binar langsung menahan tangan Septhi dan menatap tajam perempuan itu. Septhi tampak tak suka dengan perlakuan Binar, lalu hendak melepaskan tangannya namun pegangan tangan Binar terlalu kuat hingga membuatnya merintih kesakitan.
"Sekarang kau bukan lagi Istri dari Faisal, jaga tanganmu ini dan jangan mencoba menyentuh Suamiku, ingat batasan dan statusmu."
"Lepaskan tanganku atau kau akan menyesal."
Binar paham arti dari ucapan Septhi dan memilih melepaskan tangan perempuan itu karena tak mau ambil resiko. Septhi pun pergi dengan raut wajah penuh amarah karena merasa direndahkan dengan perilaku Binar.
"Ayo kita pulang, jangan pikirkan ucapan Septhi."
Binar mencoba menenangkan Faisal yang terlihat begitu khawatir, ia merasa kasihan pada Faisal yang tertekan dengan keadaan.
"Baiklah."
[][][][][][][][][][][][][][][][][]
"Faisal, cobalah mengerti. Kau tak bisa bersikap egois saat ini. Kau juga tidak bisa mengelak dari kebenaran bahwa hanya Arman yang bisa membantu kita."
"Diam, Binar! Aku tak menyangka kau akan mengatakan hal ini, perkataanmu sangat menyakitkanku! Kau tahu jika aku sudah cukup sakit mengetahui bukan darahku yang mengalir di tubuh Putriku. Lalu sekarang kau memintaku memberikan Anjani pada pria itu?! Apa bedanya dengan aku memberikan Anjani pada Septhi?! Aku akan sama-sama kehilangan Putriku."
Setelah selesai makan malam, Binar kembali membahas soal hak asuh Anjani di dalam kamar. Hal itu membuat Faisal kembali emosi seperti saat ini. Binar tahu ini sulit bagi Faisal namun ia harus berhasil meyakinkan Faisal agar Anjani tak jatuh di tangan yang salah.
"Beda, Faisal! Jika Arman yang mendapat hak asuh Anjani, kau masih bisa mengurus Anjani, merawatnya, menemuinya, memberinya kasih sayang. Tapi jika Septhi yang mendapatkan hak asuh Anjani, kau tidak bisa melakukan semua itu. Sekali saja, dengarkan ucapanku."
"Aku tidak akan melakukan itu! Baik Arman maupun Septhi, tidak akan bisa merebut Anjani dariku! Camkan itu!"
Faisal hendak pergi meninggalkan Binar karena tak mau lagi membahas hal ini, namun ucapan terakhir dari Binar membuat ia langsung berhenti berjalan.
"Kalau begitu, belajarlah melupakan Anjani dari malam ini. Belajarlah, tidak memikirkan dan mempedulikan Anjani. Belajar menghilangkan kasih sayang dan cintamu untuk Anjani karena setelah malam ini, kau bukan siapa-siapa Anjani lagi. Fakta yang sebenarnya, besok di pengadilan, Septhi akan memenangkan hak asuh Anjani dan membawanya pergi untuk selamanya darimu, hubungan darah lebih penting di pengadilan dari pada hubungan kasih sayang."
[][][][][][][][][][][][][][][][][][][]
Tangerang, 13 Desember 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Terakhir
RomanceBinar sudah terbiasa hidup bergantung pada kursi roda semenjak umur sepuluh tahun. Sejak saat itu kepribadiannya berubah, tak ada ada lagi keceriaan dan tawa, yang ada hanya kesedihan. Mimpi menjadi seorang atlet pun kandas karena satu tragedi palin...