Bab -28-

46.9K 3.6K 52
                                    

"Tuhan mempermainkan hidupku dengan memberikan harapan dan impianku dalam rahim perempuan yang membenciku."
-Faisal Khasan-

Semua orang diam bergeming dengan tatapan tak percaya ke arah Binar. Terutama Elis yang tak menyangka jika Binar akan mengungkapkan kehamilan dan jenis kelamin anaknya sekarang di hadapan semua orang. Namun ucapan Binar berhasil membuat Faisal menjatuhkan ponselnya, setelah Shinta melakukan USG dan hasilnya adalah anak perempuan, Faisal sudah kehilangan kesempatan mendapat anak laki-laki dan jelas ucapan Binar mampu membuatnya mengikuti permainan perempuan itu.

"Kau berbohong kan? Kau ingin menipuku dengan ucapan itu karena kau tahu bahwa kelemahanku adalah keinginanku memiliki anak laki-laki!"

Tak menjawab apapun, Binar malah menggerakkan kursi rodanya mendekati Faisal tanpa rasa takut walaupun Faisal sedang emosi padanya. Binar mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan memberikan pada Faisal. Kening Faisal berkerut bingung saat Binar memberikan sebuah amplop dengan logo rumah sakit, ia pun langsung membuka amplop itu dan membaca isinya.

Sontak mata Faisal langsung membulat saat tahu isi amplop itu adalah surat hasil kehamilan Binar dan hasil USG yang menyatakan bayi dalam kandungan Binar adalah laki-laki.

"Jadi, kau masih ingin melaporkanku ke polisi?"

Faisal benci saat dirinya harus mengalah kali ini di hadapan Binar karena perempuan itu memegang kunci kelemahannya yaitu kandungannya yang merupakan anak laki-laki.

"Kali ini kau menang, Binar."

Yang lain menghela nafas lega saat Faisal tidak jadi melaporkan Binar ke polisi. Mereka tersenyum bahagia dan memeluk Binar namun kondisi di ruangan kembali menegang saat Binar kembali bicara.

"Berikan Liya pada Levron atau kau akan kehilangan calon anak laki-lakimu."

Septhi, Shinta, dan Elis hanya bisa menatap Binar dengan tatapan terkejut, baru saja lepas dari kandang harimau, Binar ingin masuk lagi ke kandang harimau dengan menantang harimau itu.

"Jangan berusaha mengaturku, Binar! Kau pikir kau siapa berani melakukan itu?! Kau tak akan bisa memisahkan aku dengan calon anakku!"

"Baiklah, kalau begitu tunggu surat cerai dariku, kau mungkin bisa memisahkan Liya dari Levron. Tapi kau tidak akan bisa memisahkan aku dari anakku karena anakku masih di dalam kandungan dan menyatu denganku."

Binar tersenyum miring saat melihat Faisal mulai terpengaruh akan ucapannya, yang lain menunggu jawaban Faisal dengan jantung berdebar kencang karena takut tiba-tiba saja Faisal emosi dan memukul Binar karena mereka tahu jika Faisal sedang emosi maka Faisal akan melupakan apapun termasuk kondisi Binar yang sedang mengandung.

"Oke! Aku setuju dan akan memberikan hak asuh Liya pada Levron. Sekarang kau puas?!"

"Sangat puas."

Semua orang hanya bisa menatap takjub ke arah Binar yang bisa mengendalikan Faisal. Kini mereka tahu bahwa lawan sepadan untuk Faisal adalah Binar.

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Saat ini Binar terpaksa tetap di rumah sakit karena harus menjaga Faisal yang sedang tertidur lelap. Sebenarnya ia malas dan benci berdekatan dengan Faisal namun pria itu memintanya tetap di rumah sakit dan tak mau dijaga oleh istri yang lain.

"Benar-benar menyusahkan. Apa pria ini tak sadar bahwa aku tak sudi berdekatan dengannya walaupun hanya sebentar?"

Binar bertanya pada dirinya sendiri karena tak ada teman untuk diajak bicara, Septhi dan Shinta sudah pulang ke rumah dan mungkin sudah tidur. Sedangkan Elis sedang berada dalam perjalanan kembali ke rumah sakit setelah mengambil perlengkapan untuk Faisal dan dirinya menginap di rumah sakit selama tiga hari.

"Aku mendengar ucapanmu, Binar. Jaga bicaramu."

Tanpa diduga Faisal ternyata sudah bangun dan kini menatap tajam ke arah Binar. Binar hanya memutar mata jengah dan pura-pura sibuk membaca majalah yang isinya tentang topik kesehatan. Walaupun bosan dan tak suka dengan topik majalah yang sedang dibaca, namun Binar tetap pura-pura membaca karena tak mau berbicara dengan Faisal.

"Usia kandunganmu sudah empat bulan, tapi kenapa kau tidak pernah menunjukkan gejala kehamilan seperti muntah-muntah dan ngidam?"

"Aku pun tak tahu. Mungkin karena aku dan bayiku sadar bahwa kau punya banyak perempuan dan anak di hidupmu jadi kami bukan prioritas dalam hidupmu."

"Kau harus menjaga kandunganmu dengan baik karena aku sangat menginginkan anak laki-laki."

Faisal tak menghiraukan sindiran Binar padanya. Sedangkan Binar ingin rasanya muntah mendengar ucapan sok perhatian dari Faisal. Padahal tanpa perlu pria itu katakan, ia sudah tahu harus melakukan apa.

Keheningan kembali tercipta di anatra sepasang suami istri tersebut hingga akhirnya terpecah dengan suara muntah dari Faisal. Binar terkejut saat melihat suaminya tiba-tiba saja muntah di lantai, sepertinya Faisal tak bisa menahan muntahnya hingga muntah di lantai.

"Faisal, kau kenapa? Ada yang sakit?"

Walaupun Binar membenci Faisal namun ia tetap manusia yang memiliki hati nurani sehingga khawatir saat melihat Faisal muntah.

Faisal ingin bicara namun malah muntah, untungnya Elis sudah datang. Binar pun segera meminta bantuan Elis.

"Panggilkan Dokter, Elis!"

"Baik, Nona."

Elis buru-buru keluar dari ruangan setelah meletakkan tas besar berisi perlengkapan Faisal dan Binar di atas lantai. Sedangkan Binar dengan telaten mengusap punggung Faisal, ia tak peduli jika di dekatnya ada muntah bahkan ia tak merasa jijik sedikit pun.

"Tadi kau makan apa saja?"

"Hanya bubur rumah sakit."

Dokter dan suster pun datang dan memeriksa Faisal, petugas kebersihan pun telah selesai membersihkan muntah di lantai.

"Kondisi Faisal baik-baik saja, tidak ada yang salah dengan pencernaannya, mungkin Faisal hanya masuk angin saja."

"Apa ada obat untuk Faisal, Dokter?"

"Saya akan memberikan obat untuk Faisal, namun bisa oleskan minyak kayu putih juga pada perut Faisal agar membaik."

"Baik, Dokter. Terima kasih."

Binar mengangguk mengerti lalu dokter maupun suster pun keluar. Faisal terlihat sangat lelah sekaligus lapar karena semua makanan yang tadi ia makan sudah habis terbuang karena muntah tadi.

"Elis, kau bawa minyak kayu putih tidak?"

"Bawa, Nona."

"Berikan minyak kayu putih dan pakaian ganti Faisal padaku."

Elis langsung membuka tas besar yang ia bawa dan mencari apa yang dibutuhkan oleh Binar, sedangkan Binar mengusap keringat di kening Faisal dengan sapu tangan.

"Ini, Nona."

"Terima kasih, Elis. Tolong tunggu di luar dulu, Elis."

"Baik, Nona."

Elis keluar dari ruangan karena sadar bahwa majikannya butuh privasi. Setelah Elis keluar dari ruangan, Binar pun mulai mengurus Faisal.

[][][][][][][][][][][][][][][][][]

Tangerang, 02 Oktober 2021

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang