Bab -46-

37.9K 4.3K 115
                                    

"Ketakutan terbesarku saat kau tahu siapa dia sebenarnya dan meninggalkan aku sendirian."
-Septhi Primitya-

TARGET: 1,4 ATAU 1400 VOTE!

Banyak yang bilang bahwa targetnya terlalu tinggi, aku kasih contoh ya, satu part itu bisa sampai 10 ribu pembaca bahkan lebih, tapi yang vote cuma 1,5 ribu, jadi targetnya sangat rendah apabila melihat pembacanya, beda hampir 10 kali lipat. Jadi stop protes soal target, intinya aku update jika kalian vote.
..................................

Beberapa hari kemudian ......

Faisal baru saja selesai jogging di sekitar perumahan elit ini dan baru kembali ke rumahnya, ia melihat Binar yang sedang duduk di ayunan taman sambil menulis sesuatu di buku. Ia mendekat ke arah Binar dan baru menyadari bahwa buku tersebut adalah buku diary Binar yang sempat hilang dan ditemukan Septhi. Melihat betapa seriusnya Binar menulis di buku itu sampai tak menyadari keberadaannya membuat ia nekat mengintip tulisan Binar.

"Kau menulis apa tentang Berlin?"

Faisal secara spontan bertanya saat melihat ada nama kembaran Binar di buku diary. Binar pun menyadari keberadaannya dan langsung menutup buku tersebut lalu menatap tajam dirinya. Ia merutuki dirinya sendiri yang ketahuan mengintip tulisan Binar.

"Kau harus belajar sopan santun agar bisa menghargai privasi seseorang, Faisal."

"Seorang suami boleh mengetahui apapun tentang kehidupan istrinya."

"Kau bisa berkata demikian jika pernikahan kita normal."

"Lalu bagaimana caranya membuat pernikahan kita normal?"

Faisal bertanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Binar sehingga jarak keduanya sangat dekat. Sedikit saja Binar maju maka bibir keduanya akan saling bersentuhan. Jantung Binar berdetak kencang saat menatap langsung Faisal dari jarak yang sangat dekat. Ia pun langsung mendorong Faisal agar menjauh darinya sebelum pria itu menyadari suara detak jantungnya.

"Tidak ada cara untuk membuat pernikahan ini normal."

"Kau yang tidak mau mencoba atau benar tidak ada caranya?"

Binar tak menjawab pertanyaan Faisal, ia menarik kursi rodanya agar semakin dekat namun Faisal malah menjauhkan kursi roda itu hingga ke dekat kolam renang.

"Faisal, kembalikan kursi rodaku!"

"Aku tidak akan mengembalikan nya sebelum kau menjawab dengan jujur pertanyaanku!"

Faisal ikut berteriak agar Binar bisa mendengar suaranya dengan jelas karena jarak mereka tidak sedekat tadi. Binar di ayunan dan Faisal dekat kolam. Binar memutar mata jengah melihat sikap Faisal yang tak dewasa, ia pun terpaksa menjawab.

"Aku yang tidak mau mencoba membuat pernikahan ini normal, puas?!"

Faisal pikir ia sudah siap dengan jawaban Binar namun nyatanya tidak, tubuhnya langsung lemas dan terjatuh ke kolam karena tak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. Binar yang melihat itu merasa syok, ia tahu Faisal bisa berenang namun pria itu tak berusaha berenang dan malah membiarkan dirinya tenggelam.

"Faisal!"

"Berenang, Faisal! Jangan bodoh! Kau bisa tenggelam!"

"Tolong!"

"Bantu Faisal! Dia akan tenggelam! Siapa pun tolong!"

Binar jadi panik saat tak mendengar jawaban dari Faisal dan pria itu sudah hilang dari permukaan. Ia menggigit bibirnya sampai berdarah tanpa sadar karena tak tahu harus melakukan apa saat ini sedangkan kursi rodanya sangat jauh darinya sehingga ia tak bisa meminta bantuan. Di taman tak ada siapa pun kecuali dirinya dan Faisal. Ia pun tak bawa ponsel. Binar terus menatap kolam tersebut hingga akhirnya ia tak bisa menahan diri lagi.

Kakinya langsung menapak di tanah dan berlari ke arah kolam lalu menceburkan dirinya ke dalam kolam. Ia berenang ke dalam air dan mencari Faisal lalu menariknya ke pinggir kolam saat sudah menemukannya. Dengan tenaga yang ekstra, Binar menaikkan tubuh Faisal ke tepi kolam lalu ia pun ikut naik ke tepi. Faisal tak sadarkan diri dan kemungkinan pingsan karena kehabisan nafas di dalam air. Ia pun mencoba memberi nafas buatan pada Faisal namun terhenti saat mendengar namanya dipanggil.

"Nona Binar?"

Tubuh Binar langsung terdiam mematung dan memberanikan diri mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang telah mengetahui bahwa ia tidak lumpuh. Ia menghela nafas lega saat orang tersebut adalah Elis.

"Jangan bertanya apapun padaku, Elis. Cepat minta bantuan untuk Faisal."

"Tapi, kaki Nona .....

"Aku akan menjelaskannya nanti, yang terpenting kondisi Faisal saat ini."

Elis yang masih terkejut berusaha memahami perintah majikannya dan berlari ke dalam rumah untuk meminta bantuan. Binar langsung berlari dan mendorong kursi rodanya ke arah taman belakang. Ia terpaksa meninggalkan Faisal karena sebentar lagi ada orang yang akan datang untuk menolong Faisal. Ia tak bisa membiarkan semakin banyak orang mengetahui rahasianya. Lagipula bagaimana ia menjelaskan kepada yang lain saat melihatnya dirinya dan Faisal basah kuyup.

"Kau pasti selamat, Faisal."

[][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Setelah berganti pakaian dan mengeringkan rambut, ia keluar dari kamar sambil menggerakkan kursi rodanya menuju kamar Faisal untuk melihat kondisinya. Sesampainya di kamar, ia melihat Septhi sudah ada di kamar dan sedang menyuapi Faisal. Ia menghela nafas lega saat Faisal sudah sadar.

"Pria bodoh, bukannya berenang, kau malah membiarkan dirimu tenggelam, apa maksudmu melakukan itu? Kau mau menjebakku dengan bunuh diri saat bersamaku agar aku yang disalahkan ya?"

Binar yang ingat tingkah Faisal langsung emosi saat mengingatnya, sedangkan Septhi tampak bingung karena belum tahu cerita tersebut dari Faisal. Faisal malah diam dan menatap datar ke arah Binar, tatapan Faisal membuat Binar gugup karena takut Faisal mengingat sesuatu.

"Siapa yang menolongku, Binar?"

"Tentu saja bukan aku, yang menolongmu adalah Elis. Dia kebetulan ada di sana."

Binar mencoba bersikap santai agar tidak menimbulkan kecurigaan namun tampaknya percuma karena Faisal masih terus menatapnya dan kembali bertanya.

"Bukan dirimu?"

Sekarang bukan hanya Binar yang terkejut dengan pertanyaan Faisal, Septhi pun demikian. Bodohnya lagi Binar seakan kehilangan kata-kata saat Faisal bertanya padanya. Untungnya ada Septhi yang langsung mengambil alih keadaan.

"Tidak mungkin Binar melakukan itu, Faisal. Binar lumpuh, jadi tak bisa berenang."

"Tapi ingatanku terus tertuju pada bayangan samar Binar yang menggapai tanganku di kolam."

"Itu hanya halusinasimu saja karena kau habis tenggelam. Lebih baik kau istirahat dulu, aku dan Binar akan keluar dari kamarmu untuk memberikan mu waktu beristirahat."

Binar mengangguk setuju, Faisal pun terpaksa setuju juga. Septhi mendorong kursi roda Binar keluar dari kamar Faisal. Meninggalkan Faisal yang kebingungan dengan ingatannya sendiri.

Saat di luar kamar dan sudah menutup pintu kamar Faisal serta memeriksa keadaan sekitar yang sepi, Septhi akhirnya bertanya pada Binar.

"Apa yang terjadi, Binar?"

"Faisal tenggelam, tak ada orang saat itu kecuali aku sehingga aku terpaksa berenang untuk menolongnya."

"Apa ada yang melihat kau berenang?"

"Elis."

"Astaga, Binar. Bagaimana bisa kau seceroboh ini? Bagaimana jika pelayan itu memberitahukan rahasiamu pada Faisal?"

Septhi seketika menjadi panik saat mendengar jawaban Binar. Binar malah bersikap santai dan menjelaskan pada Septhi hingga membuat perempuan itu tenang.

"Elis tak akan memberitahukan hal itu pada Faisal karena aku akan melarangnya dan dia menurutiku."

"Aku berharap demikian."

[][][][][][][][][][][][][][][][][][][][][]

Tangerang, 04 November 2021

Istri TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang