Seorang 'Iblis' akan tersenyum saat melihat orang lain bersedih
-Binar Swastika-Binar mencoba melupakan apa yang dilakukan Faisal padanya tadi malam, ia berusaha bersikap biasa saja seakan tak ada yang terjadi semalam dan sarapan bersama yang lain dengan tenang. Ia tahu percuma menunjukkan kesedihan di depan orang-orang yang tak peduli padanya.
"Cukup, Elis."
"Baik, Nona."
Elis yang hendak menambah nasi di piring Binar pun berhenti dan kembali ke dapur. Elis tahu bahwa ada yang terjadi semalam dan pasti menyakiti hati Binar namun ia berusaha menahan diri agar tidak bertanya apalagi di depan anggota keluarga.
Sedangkan Faisal masih bisa tersenyum manis setelah memaksakan kehendaknya pada Binar. Jika saja tak ada hukum di Negeri ini yang mengatur tentang kejahatan pembunuhan, Binar sudah pasti akan membunuh suaminya sendiri.
"Sayang, aku mau buat perayaan buat memberitahukan kehamilanku ke semua orang, calon anak kita harus dikenal semua orang."
Ingin rasanya Binar dan yang lain muntah saat mendengar permintaan manja sekaligus menjijikan dari Shinta. Wanita itu sangat pintar memanfaatkan kehamilannya untuk mendapatkan keinginan yang selama ini tak bisa didapat.
"Tunggu hasil USG, kalau anak itu laki-laki maka aku akan membuat perayaan yang mewah. Tapi jika perempuan tak perlu."
"Tapi, aku sangat yakin kalau calon anak kita adalah laki-laki."
"Jangan mendebatku, Shinta. Lagi pula sebentar lagi kita akan mendengar berita kehamilan dari Istriku yang lain, jadi kita bisa merayakan dua kehamilan sekaligus."
Di saat semua istri Faisal bingung dengan ucapan ambigu Faisal karena tak ada yang merasakan gejala-gejala kehamilan kecuali Shinta yang memang sudah dipastikan hamil, Binar malah tersedak makanannya. Pelayan pun segera memberikannya minum dan Binar pun langsung meminum sampai habis. Binar terkejut dengan ucapan Faisal, terlebih tatapan pria itu tertuju padanya.
Yang lain pun mengambil kesimpulan jika ucapan Faisal tertuju pada Binar karena reaksi perempuan itu berlebihan jika bukan Binar. Namun mereka tak rela jika status Binar sebanding dengan mereka karena akan memberikan keturunan pada Faisal, terutama Shinta yang merasa marah karena Faisal sudah memikirkan perayaan kehamilan Binar namun menolak perayaan kehamilannya.
"Tapi Binar belum pasti hamil kan? Buat apa merencanakan perayaan untuk perempuan yang belum hamil."
"Aku tidak hamil, Shinta. Kenapa kau bertanya demikian?"
"Hanya orang bodoh yang tak paham kemana Faisal berbicara. Secara tidak langsung, Faisal mengatakan kau akan hamil."
Kali ini bukan Shinta yang menjawab, melainkan Levron yang menatap sinis ke arah Binar. Levron merasa kesal melihat sikap sok polos Binar padahal nyatanya perempuan itu juga menginginkan harta Faisal lewat anak.
"Tidak, Faisal mungkin hanya bercanda."
"Aku tidak bercanda, Binar. Bukankah kita akan menemui dokter hari ini untuk program kehamilan anak kembar?"
Faisal berbohong di depan semua orang karena tak pernah ada pembicaraan soal program hamil. Semua pasang mata menatap menuduh ke arahnya seakan ia adalah terdakwa yang tak bisa berbohong lagi. Binar pun memutuskan diam saja karena percuma menjelaskan juga, Faisal sudah meracuni otak semua istrinya agar membenci Binar. Sedangkan Faisal tersenyum miring karena berhasil membuat Binar kesal.
[][][][][][][][][][][][][][][][][][][]
"Nona, ada apa?"
"Hah? Apa yang terjadi?"
Binar yang sedari tadi tak fokus menata buku di rak buku jadi terkejut saat pundaknya ditepuk pelan oleh Elis dan pelayannya bertanya pasang. Ia bahkan tak mendengar apa yang Elis tanyakan, hal itu membuat Elis semakin yakin jika sedari tadi Binar melamun.
"Jika Nona sedang sakit, tidak perlu dilanjutkan pekerjaan ini, biar saya saja yang menata buku-buku ini."
"Tidak, aku baik-baik saja, Elis."
"Lalu kenapa Nona melamun?"
"Hanya memikirkan hal kecil saja."
Elis tahu jika Binar berbohong namun ia tak berani untuk bertanya lagi dan memutuskan lanjut membersihkan sebuah toko yang Binar sewa untuk perpustakaan dan toko bukunya nanti. Sekarang keduanya sedang mempersiapkan usaha baru Binar agar bisa mulai beroperasi minggu depan.
"Nona, ada Tuan Faisal datang ke sini."
"Dari mana dia tahu lokasi perpustakaan dan toko buku ini?"
Binar jelas terkejut mendengar ucapan Elis yang baru saja masuk setelah selesai menyapu di teras. Elis hanya bisa menggeleng karena ia pun tak tahu dan tak pernah memberitahu pada siapa pun tentant lokasi tempat ini. Elis cukup pintar untuk tidak menyusahkan Binar dengan memberitahu Faisal dan ia pun setia pada Binar.
Faisal masuk ke dalam ruangan sederhana yang sudah mulai ditata seperti perpustakaan sekaligus toko buku, sudah ada kursi, meja, jam dinding, rak buku, buku, beberapa dekorasi. Ia menatap usaha baru istrinya ini dengan tatapan mengejek karena menurutnya ini adalah usaha rendahan. Ia pun menghampiri Binar dan menyuruh Elis keluar lebih dulu karena ia ingin membicarakan hal penting.
"Buat apa kau ke sini?"
Tak seperti istri pada umumnya yang akan tersenyum manis dan bertanya dengan lembut saat melihat kedatangan suaminya, Binar malah bertanya dengan nada judes karena menurutnya, Faisal tak pantas diperlakukan dengan baik.
"Ingin menemui Istriku dan mengajaknya ke rumah sakit."
"Untuk apa? Dari mana kau mengetahui tempat ini?"
"Aku punya banyak koneksi untuk mengetahui apapun yang aku inginkan, termasuk usaha kecilmu ini. Kita akan ke rumah sakit untuk program kehamilan."
"Aku tak mau, Faisal. Kau tahu jika aku tak ingin mengandung anakmu."
"Tapi sayangnya aku tak menerima penolakan."
Faisal tetap pria yang sama dan suka memaksakan kehendaknya serta melakukan apapun untuk meraih tujuannya. Faisal langsung menggendong Binar seperti beras di pundaknya sedangkan Binar langsung berteriak dan meronta.
"Lepaskan, aku!"
"Faisal, aku tak mau ikut!"
"Elis, lipat kursi roda Binar dan masukkan ke dalam bagasi."
"Baik, Tuan."
Bukannya mendengarkan teriakan dan penolakan istrinya, Faisal malah memerintah Elis saat di teras lalu lanjut berjalan ke arah mobil dan memasukkan Binar ke dalam mobil. Setelah Elis selesai memasukkan kursi roda Binar, Faisal pun mulai mengemudikan mobilnya dan mengunci pintu mobil agar Binar tak bisa keluar dari mobil.
"Aku benci kau!"
"Aku tahu itu, Sayang."
"Jangan memanggilku dengan panggilan menjijikan itu!"
"Itu adalah panggilan sayangku untuk Istriku."
"Panggil tiga istrimu dengan panggilan itu, tapi jangan aku!"
"Itu spesial hanya untukmu, tak perlu cemburu, Sayang."
Faisal membalas semua ucapan penuh amarah dari Binar dengan nada lembut dan tersenyum. Namun Binar tak akan terpesona dengan sikap suaminya itu karena ia tahu itu hanya pura-pura saja. Mereka pun sampai di rumah sakit. Faisal membantu Binar turun dan menaikkan Binar ke kursi roda.
Awalnya Binar hendak kabur namun Faisal langsung menangkapnya dan mendorong paksa kursi roda Binar masuk ke dalam rumah sakit.
[][][][][][][][][][][][][][][][][][]
Tangerang, 18 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Terakhir
RomanceBinar sudah terbiasa hidup bergantung pada kursi roda semenjak umur sepuluh tahun. Sejak saat itu kepribadiannya berubah, tak ada ada lagi keceriaan dan tawa, yang ada hanya kesedihan. Mimpi menjadi seorang atlet pun kandas karena satu tragedi palin...